06

75 25 1
                                    

Hari ini adalah hari Kamis. Hari yang dimana kelas Nanda sekarang pelajaran nya adalah fisika

Nanda mendengus sebal karna pak Wija yang menerangkan rumus rumus fisika disana sangat serius. Nanda tidak berniat mendengarkan apa yang pak Wija katakan, melainkan ia mengeluarkan earphone dan ponsel miliknya

Dipasang nya earphone itu di ponselnya lalu dipakai oleh Nanda. Ia mendengarkan lagu tanpa rasa takut akan ketahuan sekalipun. Ia menenggelamkan wajahnya di atas lipatan tangannya sambil sesekali mengetuk ngetukkan jari telunjuknya di meja

Teman temannya yaitu Dion, June, dan Varo hanya menggeleng pelan ketika melihat kelakuan temannya yang satu ini. Setiap pelajaran fisika, Nanda selalu seperti ini. Katanya, 'pelajaran fisika itu gak enak, pengen punya 1 pasangan tapi malah ditambah lagi 1 kan enggak setia namanya, sama halnya kayak matematika'

Jawaban yang aneh bukan? Intinya, Nanda paling malas jika pelajaran yang berisi hitung hitungan.

Sedangkan di kelas Ana, mereka sekarang pelajaran olahraga. Semua sudah ada di lapangan dengan baju olahraga khusus dan napas yang tersendat sendat. Ana menetralkan napasnya karna baru saja selesai berlari

"Woy! Hina! Kasi gue air woy!" Teriak Ana kepada sahabat sahabatnya masih dengan napas yang memburu

Ila lantas langsung berlari menuju Ana yang terduduk di lapangan dan bersandar di pohon "nih!" Ujarnya sambil menyodorkan air mineral itu

Ana langsung merampas dan menegaknya sampai habis tak bersisa "makasih, la" Ucapnya. Ila mengangguk lalu ikut duduk disamping Ana

Ana memejamkan matanya seperti sedang memikirkan sesuatu "kenapa?" Tanya Ila yang memperhatikan Ana sedari tadi

Ana menggeleng, ia masih berfikir, apakah hubungannya dengan Ditri sudah baik baik saja? Bahkan kemarin pun mereka tidak saling bicara. Yang biasanya Ditri men-chat  Ana duluan untuk sekedar bercerita, tapi kemarin tidak.

Ana jadi merasa bersalah padanya. Padahal ini bukan salahnya, kan? "La, Ditri mana? Kok gak keliatan dari tadi?" Tanya Ana akhirnya

Ila menggeleng "gue juga gak tau sih, na. Tapi tadi tasnya ada kok disamping Glory, lo pasti liat kan?" Jawabnya

Ana mengangguk "iya sih, gue liat tasnya, tapi orangnya daritadi enggak gue lihat. Oh ya la, gue mau nanya, kemarin siapa yang angkat gue buat ke UKS?"

Flashback On
Ketika melihat Ana yang tersungkur di aspal, sontak Ila dan Glory berteriak panik "Ana!" Pekik mereka berdua

Sedangkan Ditri hanya diam dan terkejut karna melihat semuanya. Dengan langkah yang terburu buru, Nanda datang dan langsung saja mengangkat Ana ala bridal style

Ditri merasa sangat marah, karna melihat seorang yang ia sukai mengangkat wanita lain di hadapannya. Dengan cepat, ia menarik lengan Nanda yang sedang menggendong Ana

Nanda menoleh dengan tatapan bertanya sekaligus khawatir. Ditri hanya menatapnya lalu menggeleng mengisyaratkan Nanda agar ia tidak mengantar Ana ke UKS

Tapi, Nanda salah mengerti gelengan Ditri, ia kira Ditri tidak akan jadi berbicara jadi ia lanjutkan saja langkahnya menuju UKS sekolah diikuti Ila dan Glory dibelakang nya

Ditri terlihat geram, ia menghembuskan napasnya kasar lalu berlalu pergi menuju kelasnya.
Flashback Off

"Jadi, yang gendong lo itu Nanda, gimana? Seneng gak lo? Digendong sama sahabat kecil plus orang yang lo istimewa kan? Hm?" Ila mulai menggoda Ana dengan menaik turunkan alisnya

Ananda [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang