09

64 22 0
                                    


Nanda berjalan santai mengelilingi sekolahnya sambil mendengarkan lagu lewat earphone. Ia memilih meninggal kan teman temannya di kelas dengan alasan gabut katanya.

Tertumben bukan seorang Nanda Sutoma gabut? Ia terus mengelilingi sekolah. Sampai ia memutuskan untuk menuju rooftop. Menjalankan kegiatan nya seperti biasa.

Setelah duduk di salah satu bangku disana, ia mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celana nya. Ia mengambil satu lalu menghidupkan nya menggunakan pematik.

Dihisap nya rokok itu lalu dihembuskan lagi. Baru ia ingin menaruh pematik itu di saku bajunya, ia merasakan sesuatu di dalam sana. Sebuah permen.

Ia tersenyum kala mengingat ini adalah kesekian permen yang ia terima dari Ana. Tapi, ia tidak pernah memakannya. Hanya menerima, lalu menaruhnya di sebuah kotak khusus.

Ia kembali memasukkan permen itu ke dalam sakunya. Lalu ia pun melanjutkan aksi merokok nya. Terus ia lakukan hingga sebuah suara mengintrupsinya

"Huft.. Gue cariin dari tadi, ternyata lo disini"

Nanda menoleh, dan mendapati Varo tengah berjalan ke arahnya. Varo duduk disebelah Nanda

"Kenapa?"

"Biasa. Nanti makan malem di rumah Ana. Sekarang kan tanggal sepuluh" Ujar Varo

Nanda mengangguk mengerti. Setiap tanggal sepuluh, keluarga Ana dan Nanda akan menjalani makan malam bersama.

Itu semua karna persetujuan mamah dan bunda mereka masing masing. Katanya, mamah Ana berteman dengan bunda Nanda saat tanggal sepuluh. Jam nya pun jam sepuluh. Pagi.

Dan, Ana dengan Nanda pun sama seperti orang tua mereka. Persis. Tidak ada yang berbeda. Maka dari itu, mereka memutuskan untuk menjalankan makan malam bersama pada saat tanggal sepuluh.

Konyol memang.

"Oke. Jam nya seperti biasa kan?"

Varo hanya mengangguk. "Sampe kapan lo ngerokok? Gak ada kapok kapoknya" Ucapnya

Nanda menggeleng "gak tau. Dan gue gak mau berhenti ngerokok. Ngerokok bikin gue tenang asal lo tau"

Varo menghela napas "kenapa lo gak mau? Karna udah kecanduan? Inget Nan! Ngerokok itu, bisa menghabiskan hidup lo. Walaupun gak secara langsung. Tapi perlahan lahan"

Nanda mematikan rokoknya yang sudah kecil itu dengan cara diinjak. "Var, kalok ada orang sahabatan dari kecil, terus tumbuh rasa suka atau cinta secara tiba tiba itu, wajar?" Ia mengabaikan pernyataan dan pertanyaan dari Varo

"Menurut gue. Wajar wajar aja, apalagi mereka lawan jenis. Pasti bakal ada aja rasa suka yang dipendem salah satu dari mereka" Jawab Varo

"Kenapa? Lo, suka sama Ana?" Sambungnya sambil menatap Nanda

"Gue gak tau Var. Disatu sisi, gue sayang sama dia. Tapi, disisi lain gue ragu buat ngasi tau dia. Takut, dia bakal jauhin gue"

"Kalok elo sayang, perjuangin. Jangan di sia sia in Nan"

"Tapi, lo tau kan? Dion suka sama Ana" Nanda tersenyum tipis. Mengingat ialah yang pertama mengenalkan Ana pada Dion ketika Sekolah Dasar dulu

"Gue tau. Tapi, apa salahnya berjuang? Siapa tau'kan? Ana juga sayang sama lo? Jodoh gak kemana Nan" Varo tersenyum penuh arti. Bagaimanapun, ia tau Ana juga menyayangi Nanda. Tapi ia memilih diam. Biarkan mereka yang akan berjuang sendiri.

Demi mendapatkan satu sama lain. Nanda menghela napasnya "makasih, Var" Lalu tersenyum tipis. Varo mengangguk kemudian beranjak dari duduknya lalu menepuk bahu Nanda

Ananda [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang