"CILOK GUE."
"DIKIT DOANG ANJIR BANG." seorang pemuda bersurai hitam berlari menghindari pemuda lainnya yang lebih tua darinya, bayangin malem-malem gini kejar kejaran cuma gara-gara cilok.
"APAAN DIKIT MATA LO." balasnya kesal sambil terus-terusan mengejar orang yang tengah berusaha untuk memanjat pohon mangga milik pak rt.
"TURUN LO WAN!"
"Bang Jihoon galak, Wawan takut." jawab Junghwan sambil memeluk dahan pohon mangga tersebut.
"Astaga, Wawan." Jihoon mendesah frustasi dengan kelakuan tetangga kurang ajarnya itu.
"Apa bang ji." jawabnya yang masih setia memeluk dahan pohon.
"Bodo amat lah, nih lo makan semua sekalian sama bungkusnya juga." final Jihoon lalu melemparkan ciloknya ke arah Junghwan yang dengan sigap langsung di tangkap oleh anak itu.
"Kalian ngapain?"
Jihoon yang hendak menjawab pertanyaan orang di depannya itu terpotong gara gara suara Junghwan. "PAK RETE BANTUIN WAWAN DONG, WAWAN MAU DI ANIAYA SAMA BANG JIHOON."
"Congor lo gue sumpel kaos kaki ya lama-lama." pemuda itu menatap Junghwan yang berada di atas sana sambil mengusap dadanya.
"Jadi?"
"Si Wawan udah ngabisin cilok Jihoon sampe tinggal seperampat." jawab Jihoon sambil menatap Junghwan dengan tatapan sinisnya.
"Cilok doang yaelah, ntar gue beliin sama abang abangnya deh."
"Ngomong doang, beliin kagak lo."
"Tau tuh, kamu ngomong doang nepatin nggak." jawab pak rt sambil memandangi anak semata wayangnya itu.
"Loh? Jadi papi gak percaya sama Hyunsuk? Iya? Gitu?" ujar Hyunsuk sambil memandangi papanya dengan tatapan dramatis.
"Enggak gitu Hyunsuk, maksud-"
"MAMI!" teriak Hyunsuk sambil berjalan ke arah teras rumahnya sambil menghentakkan kedua kakinya.
Tak lama keluar seorang wanita dengan spatula andalan di tangan kananya dan panci emas di tangan kirinya.
"Oh gitu? Udah berani bikin anak sendiri ngambek? Iya? Mau gak mami kasih makan?" ucap mami Hyunsuk sambil melipat kedua tangannya di pinggang.
"JANGAN KASIH KENDOR TANTE!!! DAN BUAT OM, SEMANGAT OM." ucap Jihoon dan Junghwan yang gak tau kenapa udah ada di gerbang rumah Hyunsuk, otw balik ke rumah.
"Itu anak kenapa ngeselin banget sih?"
BRAKK
Pak rt tersadar. "Loh buka mih, masa papi tidur di luar lagi sih." ucap pak rt sambil gedor gedor pintu.
"BIARIN." Pak rt terdiam, hanya bisa meratapi nasibnya yang sial, tatapannya mengarah pada jendela di samping rumah, terlihat Hyunsuk sedang berjoget riang di dalam kamarnya.
⍣ ◡̫࣪࣪◡̫ ⍣ ◡̫࣪࣪◡̫ ⍣ ◡̫࣪࣪◡̫ ⍣
15.45
"Doy, lo kan anak PMR, bisa obatin tangan gw gak?" tanya Junkyu sambil sesekali meniup punggung tangannya.
"Lo kenapa bang?"
"Di cakar Violetta anjir, asu emang tuh anak."
"Gak bisa apa ya kalian berdua damai sehari aja gitu?" ujar Doyoung sambil beralih membuka kotak P3K nya.
"ENGGAK." ucap mereka serempak, pasalnya gadis bernama Violetta itu juga sedang bediri di depan pintu rumah Junkyu.
"Heh cabe-cabean, lo ngapain di sini?" ucap Junkyu, yang memang mulutnya udah licin banget.
Violetta melotot tak terima. "Heh terong-terongan, lo amnesia atau bego? Yang lo bawa itu tas gue, nih tas lo." ucapnya sambil melemparkan tas berwarna hitam ke arah Junkyu.
Junkyu menggulirkan pandangannya ke arah tas yang tadi ia bawa, dan benar saja, tas berwarna pink dengan gantungan kunci senada sudah terletak di sofa.
"Jadi yang tadi gue di liatin banyak orang, gara gara tas sialan lo itu??" tanya Junkyu dengan nada tingginya.
"Malu kan lo?? Mampus." Violetta lalu meraih tas miliknya dan bergegas pergi dari rumah megah itu.
"Awas cinlok." saut Doyoung yang berhasil mendapatkan jitakan oleh kakaknya.
"Ogah banget gue sama dia."
"Sekarang ogah, ntar kalo beneran jadi gue yang bakal ketawa paling kenceng."
"Bangsat lo." ucap Junkyu lalu pergi dari ruang tamu.
"Heh, luka lo gimana bang?"
"Gak jadi, udah sembuh." ketus Junkyu sebelum suara dentuman pintu terdengar jelas di telinga Doyoung.
"Dih, pundungan." cibir Doyoung, lalu kembali memasukkan plaster yang sebelumnya ia keluarkan.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
INVISIBLE: TREASURE13 [Praquel of retaliation by cloning]
Fantasy"Jangan mati, jangan pecah, kita bertigabelas, gak kurang gak lebih." Warning‼️ Harsh word ꜱᴛᴀʀᴛ: 1 ᴍᴀʀᴄʜ 2021