Tsk
Sebuah anak panah menancap sempurna di pundak Violetta, gadis itu menoleh ke belakang. "Ck, lagi?"
Tangannya menarik kasar anak panah tersebut, tak memperdulikan rasa sakit yang kini menjalar pada sebagian tubuhnya, lalu membuangnya ke sembarang arah.
"Mau lo apa sih?"
"Perisai yang lo buat terlalu kuat, bola api gue aja kalah."
Violetta menatap lekat gadis yang berdiri angkuh di depannya itu. "Gue kasian sama lo, lo kuat cuma gara-gara permata punya Ryujin."
Gadis tadi kembali mengangkat busurnya, mengarahkan satu anak panah ke arah Violetta.
Tsk
Lagi-lagi benda tajam tersebut berhasil menancap sempurna di perut bagian kirinya. Seperti biasa, gadis itu menarik kasar anak panah tersebut lalu membuangnya. Mengusap pelan noda darah yang merembes pada kaos putihnya lalu menatap lekat gadis yang berdiri di hadapannya itu.
"Ayo bunuh gue, lo mau gue mati kan, Win?"
"Emang itu yang gue mau." ia kembali menarik busurnya.
Bugh
Gadis tadi terpental karena pukulan Junkyu. "Akhh, lo kasar banget sih sama cewek!"
"Lo? Lo bahkan lebih cocok jadi setan tau gak."
"Junkyu!" Semua anggota terlihat datang dengan seorang gadis yang terlihat bahkan mirip dengan gadis yang saat ini terduduk tak jauh di hadapan Junkyu.
"Winter."
"Kak Windy bisa berenti gak? Winter malu ya sama semua tingkah kakak selama ini, semua kekacauan yang kakak buat, semuanya berimbas ke Winter kak." ucap Winter dengan deru nafas yang terlihat berantakan.
Windy mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Diem lo, gue gak sudi punya kembaran sok suci."
"WINTER JUGA GAK SUDI PUNYA KAKAK JAHAT KAYAK KAK WINDY!"
"Sabar, sabar." lirih Victoria yang berjinggit kaget gara-gara teriakan gadis di sampingnya itu.
"Windy gue mohon, kembaliin permata Ryujin." Victoria berjalan mendekat ke arah Windy yang saat ini telah berdiri sempurna.
"Gue gak sebodoh itu-"
"Kembalikan, kamu gak punya kuasa atas permata itu." Maera berjalan mendekat ke arah gadis berambut blonde dengan sedikit warna hitam di ujungnya.
"Gak segampang itu." ucapnya lalu menghilang diikuti asap hitam tebal yang mengepul.
"Windy!"
Prang
Tsk
Brakk
Duarrr
"Semua, berlindung!" tegas Maera saat beberapa anak panah melesak dan menancap ke tanah di tambah beberapa ledakan dan suara pedang yang beradu.
Semua anggota berhamburan mencari tempat untuk berlindung, kecuali Violetta yang masih berdiri di tempatnya.
"Let jangan diem terus-"
"Lo pergi aja!" bentaknya pada Hyunsuk yang berusaha menariknya pergi.
"Let."
"Pergi kak!" ucapnya lalu mendorong keras tubuh Hyunsuk untuk segera pergi dari tempat tersebut.
Ia membalikkan tubuhnya, menatap tajam kepulan asap hitam yang muncul di hadapannya.
"Masih berani?" tanya Windy remeh.
"Karena gue bukan pengecut yang cuma ngandelin kekuatan orang lain."
Windy berdecih hingga memperlihatkan smirknya. "Serang!"
Beberapa iblis menyerupai prajurit berlari ke arah Violetta dengan kencang, sekian detik sebuah busur berwarna emas muncul di genggamannya. Menarik tali busur tersebut lalu melesakkan anak panah hingga mengenai semua iblis tadi.
Satu persatu iblis tersebut terbakar, menjadi abu hingga tersisa setengah dari seluruh iblis yang ada. Windy melebarkan kedua matanya. "Gak mungkin."
Violetta menatap remeh. "Gak ada yang gak mungkin, semua bisa gue lakuin, semua juga tau kalo gue itu licik." ucapnya dengan sedikit mengencangkan suaranya pada kata terakhir.
Tungkainya berjalan ke arah Windy, busur yang ia pegang menghilang dengan sendirinya, di gantikan oleh sebuah pisau belati kecil.
Tangannya mengangkat belati tadi, sejajar dengan letak jantung gadis yang diyakini saudara kembar Winter, perlahan benda itu memanjang hingga membentuk sebuah pedang berkilau dengan warna emas pada gagangnya.
"Pedang Athena." pekik Reyla yang saat ini mengintip dari balik batang pohon besar.
Sama seperti yang Reyla lakukan pada Jihoon beberapa hari yang lalu, gadis itu perlahan bergerak maju hingga ujung pedang tadi berhasil mengentuh permukaan kulit gadis iblis itu.
Windy masih tetap berada di posisinya, tubuhnya mendadak beku, ia tidak bisa melawan, jangankan untuk melawan, bergerak saja ia tidak bisa untuk saat ini.
"Shh."
Pedang itu semakin meringsek maju, menekan kuat bahkan merobek paksa jantungnya.
"Arrghhh." gadis itu berteriak kencang setelah pedang yang Violetta gunakan berhasil menembus tubuhnya.
Perlahan tubuh itu terbakar hingga berubah menjadi debu dan menghilang dengan sendirinya, diikuti oleh para iblis yang sama-sama terdiam membeku saat ini pun menghilang seketika, ditambah kepulan asap yang sedikit menghalangi pandangan.
Sebuah permata jatuh menyentuh tanah ketika kepulan tadi sedikit mereda, tangannya terulur membawa batu bening berukuran sedang itu ke dalam genggamannya.
Pandangannya perlahan memburam, pening menguasai indranya, gadis itu menutup kedua matanya sebelum terkulai lemas di tanah.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
INVISIBLE: TREASURE13 [Praquel of retaliation by cloning]
Fantasy"Jangan mati, jangan pecah, kita bertigabelas, gak kurang gak lebih." Warning‼️ Harsh word ꜱᴛᴀʀᴛ: 1 ᴍᴀʀᴄʜ 2021