⸙ᰰ۪۪᭢❃͜͡𝓓𝓮𝓪𝓭➢

567 84 10
                                    

"Susah, luka tusukan anak panahnya berhasil ngerobek lambung bahkan racunnya udah nyebar" Sunghoon, salah satu siswa ahli ramuan itu dijemput secara paksa oleh beberapa pengawal istana setelah kejadian semalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Susah, luka tusukan anak panahnya berhasil ngerobek lambung bahkan racunnya udah nyebar" Sunghoon, salah satu siswa ahli ramuan itu dijemput secara paksa oleh beberapa pengawal istana setelah kejadian semalam.

"Racun?"

"Racun yang sama kayak yang dikonsumsi Jihoon, tapi racun di dalam tubuhnya gak membeku, ngebuat racun itu nyebar labih mudah dan ngerusak tubuhnya perlahan."

"Lo gak ada penawarnya?" tanya Victoria berharap.

Sunghoon menggeleng. "Susah, apalagi racunnya tergolong mematikan, dan persentase buat dia sembuh cuma 10 persen."

Victoria yang mendengar penjelasan Sunghoon kini terdengar menghela napasnya. "Yaudah, lo boleh balik deh."

Sunghoon mengangguk lalu pergi dari rumah tua tersebut, meninggalkan semua anggota yang masih berkumpul di ruang tengah.

"Segitu bahayanya pengaruh carun itu?" tanya Yoonbin.

"Bukan cuma racunnya, Letta nekat merebut permata itu sendirian di mana jelas-jelas permata itu cuma bisa di rebut minimal oleh 10 orang secara bersamaan."

"Junkyu." pemuda itu mengangkat kepalanya, menatap gadis dengan status kakak dari Violetta tersebut.

"Masih simpen gelang yang Letta kasih?"

Junkyu beralih menatap pergelangan tangannya, dimana sebuah gelang hitam melingkar sempurna.

"Nih." Victoria memberikan satu gelang model yang sama dengan warna putih pada Junkyu.

"Gelang itu lepas."

"Invinity?" gumam Hyunsuk yang berada di sebelah Junkyu.

Junkyu beralih memasukkan gelang putih tersebut ke dalam sakunya. "Gue simpen."

Cklek

"Cari Letta? Di kamar bang." ucap Jeongwoo  bahkan Hyunjin belum melontarkan pertanyaannya.

Hyunjin berlari ke arah satu-satunya kamar yang berada di rumah tersebut, berjalan mendekat ke arah ranjang, memandang wajah pucat gadis bersurai hitam itu.

"Sorry, gue gak bisa jaga adek lo." ucap Junkyu yang saat ini berdiri di belakang Hyunjin

"I know he's a stubborn kid, he wants to do everything himself, tanpa mau mikirin keadaannya."

"Minggu depan acara penobatan dia sebagai ratu, keadaannya malah begini, gue tau umurnya masih terlalu muda, tapi mau gimana lagi, sikap gue aja kalah sama sikap dewasa dia."

"Jagain dia, terakhir kali ini aja, perasaan gue gak enak, Jun." final Hyunjin sambil menepuk pelan pundak Junkyu dan berlalu dari hadapan pemuda jangkung itu.

Junkyu berbalik menatap Hyunjin. "Lo gak ada niatan buat bawa dia ke istana?"

"Gak bisa, kalo gue bawa dia ke sana otomatis berita ini bakal nyebar cepet, dan lo tau kan masalah kita gak stuck sampe sini aja."

Junkyu mengangguk. "Sekarang lo tau kan kenapa kalian semua di bawa ke sini? Nama kalian bertigabelas udah tertera di Eternal Book yang ada di perpustakaan utama immortal, kalian gak cuma nyelametin dunia sihir, wilayah kerajana es, olympus, camp demigod, perairan tempat tinggal mermaid, siren, dan lainnya." ucap Hyunjin sebelum benar-benar beranjak dari posisinya.

Junkyu mendudukan tubuhnya pada sebuah kursi yang berada tak jauh dari ranjang, mengeluarkan sebuah kalung dari sakunya.

"Loh itu bukannya kalung yang lo beli pas masih kelas sepuluh ya?" Junkyu sedikit tersentak, menatap Doyoung yang datang dengan Jihoon di belakangnya.

Junkyu menoleh sekilas, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Violetta, tangannya terulur memasangkan kalung tadi dengan hati-hati.

"Kalo iya?"

"Gue jahat banget ya." gumam Jihoon yang masih bisa didengar oleh orang-orang di sekitarnya.

Seakan tuli, Junkyu memutar tubuhnya lalu pergi dari ruangan tersebut, meninggalkan kedua pemuda tadi.

Jihoon menatap kepergian Junkyu dengan wajah sendunya. "Gue tau waktu itu lo lagi emosi." ucap Doyoung menenangkan.

Jihoon memicingkan matanya ketika melihat keanehan pada tubuh gadis yang sedang berbaring di dahapannya itu. "Doy, kok hitam gitu??" ucap Jihoon panik.



Takdir memang sulit di tebak, ketika cuaca sangat cerah tidak menutup kemungkinan jika badai akan menyerang setelahnya.

Sama seperti hidup, di tengah-tengah kedamaian yang tercipta maka tidak menutup kemungkinan jika kekacauan akan menghampiri.

Semua anggota berkumpul, memandangi pemandangan yang tidak mereka inginkan selama ini.

Tidak ada satupun yang ingin beranjak dari posisinya, menatap lekat benda berukuran besar tersebut dengan ukiran beruliskan.

Violetta Heartfall

Tbc.

INVISIBLE: TREASURE13  [Praquel of retaliation by cloning]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang