Matahari kembali bersinar, cahaya yang menelusup melalui jendela kecil pada bangunan kecil tersebut membangunkan beberapa orang yang berada di dalamnya.
Hanya orang rajin seperti Yoshi, Mashiho, Verlia, Alydia dan Victoria saja, yang lain? Jangan harap.
Tungkainya berjalan mendekati jendela yang berhadapan langsung dengan danau, mengintip ke arah luar tepat pada air danau yang terlihat tenang.
"Pinjem Ryujin ya?" ucap Victoria sambil menoleh ke arah pemilik surai merah itu.
Alydia yang memang sedang duduk tepat di samping Hyunsuk yang masih terlelap dalam tidurnya-pun menoleh.
"Buat?"
Victoria berdecak. "Masa lupa sih, ya?" ia mengangkat alis serta mengedip-ngedipkan kelopak matanya sambil memohon.
"Iya."
"Yes." pekiknya lalu berjalan keluar dari rumah menuju tepi danau.
"Ryujin yang cantek imut bahenol membahana, keluar dong."
Perlahan mahkluk besar itu menyembulkan sebagian tubuhnya ke permukaan.
Air yang tadinya tenang tiba tiba bergerak heboh, memperlihatkan sisik sisik emas yang berkilauan.
Victoria berdecak. "Jangan tinggi-tinggi, gimana gue naiknya?"
Seakan mengerti perkataannya, naga itu perlahan merendahkan kelapanya, sejajar dengan gadis penyihir tersebut.
Victoria melangkah naik ke punggung Ryujin dengan sebuah kantung coklat yang ia bawa tempo lalu.
"Ayo jemput tuanmu!!" ucap Victoria kegirangan.
☆
"Lo mau kemana? Ikut dong."
"Istana, ada penyusup yang naruh racun di salah satu makanan."
"Istana?"
"Bang Hyunjin ngasih tau gue."
"Sebentar, lo itu siapa?"
"Gue Letta, amnesia Bin?"
Yoonbin memutar bola matanya malas. "Bukan itu maksud gue, lo masih di Hogwarts apa udah keluar? Status lo itu masih murid Hogwarts atau Ratu?"
"Udah keluar gue kemaren, dan gue belum jadi ratu, males."
"Heh lo tuh masih kicik, masa udah berenti sekolah."
Violetta berdecak kesal. "Terserah gue dong, siapa yang lo katain kicik?"
Yoonbin menautkan kedua alisnya. "Kasih tau gak ya?"
Violetta meraih guci kecil yang berada tak jauh dari tempatnya, berancang ancang melempar lelaki itu. "Ngomong yang bener atau kepala lo gue ancurin?"
Yoonbin meneguk kasar salivanya"Iya anjir, gue tau kalo lo itu sebenernya seumuran sama Junghwan, bahkan anak-anak yang lainnya gak nyadar kalo lo manggil kakak ke saudara kembar lo itu yang jelas jelas mereka seumuran sama Haruto Jeongwoo, mereka ngira lo itu sepantaran Junkyu Mashiho" jelas Yoonbin.
Gadis itu meletakkan kembali guci yang ia pegang. "Oh."
"Oh doang?" protes Yoonbin, benar benar jawaban yang tidak sesuai ekspektasi.
"Iya lah apa lagi." ucapnya lalu pergi dari hadapan Yoonbin.
"Woy, ngapain lo di depan pintu." ucap Vionny sambil menyenggol tubuh Yoonbin hingga tersungkur.
"Anjir!"
"Hehe." kekehnya, tak perduli sudah image nya telah hancur, memang tidak ada yang beres dengan tiga bersaudara itu.
☆
"Kurang tajem ini mah." ucap Reyla sambil memandangi sebuah pedang yang kini berada di dalam genggamannya.
Jihoon melotot. "Kurang tajem gimana lagi sih Rey? Ini udah tajem banget liat noh, sampe glowing gitu." Jihoon tak terima.
Reyla berdecak pelan. "Kurang kak, liat deh." gadis itu menggerakkan pedangnya ke arah sebuah batang pohon yang cukup besar dengan kuat hingga membelah separuh sisi batang tersebut.
Jihoon meneguk pelan salivanya, matanya berkedip polos ketika melihat gadis tadi dengan lihainya menggerakkan pedang tersebut kesana kemari.
"Hati-hati Rey itu pedang, sekali ngap mati gue."
"Belum pernah coba rasanya di tusuk pedang Athena ya kak?"
"Gak pernah, gak mau, jangan sampe pernah." Jihoon menggeleng kuat.
"Calon raja Demon macam apa ini."
Jihoon melotot seketika. "Berani kok gue, gak takut cob-"
Kalimatnya terpotong di kala Reyla mengarahkan pedangnya pada leher Jihoon. "Rey jangan bercanda lo."
"Katanya berani?" ucap Reyla dengan seringainya.
"Turunin!"
Seakan tuli gadis itu tidak mengindahkan ucapan Jihoon. "Ini cuma pedang biasa loh kak."
Tangannya perlahan mengarahkan benda tajam tersebut sejajar dengan dada pemuda bersurai hitam itu, pelahan ia menggoreskan bahkan menusuk dada Jihoon hingga terdengar ringisan oleh sang empu.
"Lo mau bunuh gue??" bentakan Jihoon tak membuat gadis itu menarik pedangnya, namun semakin menusuk.
"Jangan bergerak."
Pedang tadi menancap sempurna beberapa cm di dalam sana, pelahan Reyla memutar benda yang masih bersarang di dada Jihoon tersebut lalu di tariknya hingga terlepas.
"Tadi pagi lo makan apa?"
Jihoon ambruk di tempatnya sambil memegangi dadanya yang terus menerus mengeluarkan darah segar.
"Apapun itu." Reyla mengangkat tangannya tepat di hadapan Jihoon.
"Racunnya membeku di dalam tubuh lo." lanjutnya sambil menunjukkan sebuah benda mirip batu hitam mengkilap yang berlumuran darah.
"Lo hampir mati kak." gadis itu beralih mengobrak abrik tas miliknya.
Mengeluarkan sebuah botol kecil dengan cairan hijau di dalamnya, membuka penutup botol tersebut lalu mengarahkannya di atas luka mengaga tadi.
"Arrghhh." matanya perlahan menghitam, mungkin akan hitam total jika Relya tidak menekan begian samping lehernya agar Demon tersebut tidak bisa menguasai sepenuhnya kesadaran Jihoon.
"Udah." ucapnya ketika erangan Jihoon mereda.
"Gue cuma makan roti yang di kasih Letta." celetukan Jihoon membuat gadis itu menoleh ke arahnya.
"Jangan bohong."
Jihoon mengangguk ribut. "Beneran."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
INVISIBLE: TREASURE13 [Praquel of retaliation by cloning]
Fantasy"Jangan mati, jangan pecah, kita bertigabelas, gak kurang gak lebih." Warning‼️ Harsh word ꜱᴛᴀʀᴛ: 1 ᴍᴀʀᴄʜ 2021