⸙ᰰ۪۪᭢❃͜͡𝓔𝓷𝓭 𝓸𝓯 𝓪𝓵𝓵➢

879 90 10
                                    

Terhitung satu minggu setelah hari kematian Violetta, semua anggota sedang berada di istana penyihir saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terhitung satu minggu setelah hari kematian Violetta, semua anggota sedang berada di istana penyihir saat ini. Acara penobatan Hyunjin yang akan dilaksanakan beberapa saat lagi, tahta terpaksa dialihkan kepada Hyunjin ketika Junkyu menolak mentah-mentah untuk menjadi penerus raja penyihir selanjutnya.

"Buat apa gue berkuasa kalo ratu gue aja gak ada?" ucapan yang benar-benar melekat di ingatan setiap anggota saat itu.

Acara berlangsung lancar sesuai rencana, semua anggota berkumpul di satu tempat kecuali satu orang.

Junkyu berjalan memasuki sebuah kamar tak lupa mengunci pintunya, berhenti tepat di depan jendela besar yang tertutup tirai.

Tangannya membuka paksa tirai tersebut lalu mendorong kaca jendela hingga terbuka, hawa dingin malam menelusup ke dalam tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangannya membuka paksa tirai tersebut lalu mendorong kaca jendela hingga terbuka, hawa dingin malam menelusup ke dalam tubuhnya.

Pandangannya menoleh ke arah sebuah genangan yang terletak di ruang berbeda, entah sejak kapan benda hitam itu menarik atensi Junkyu, sesekali pemuda berkemeja putih itu menggeleng keras namun nihil.

"Berduabelas gak ada salahnya kan?"

Manik hijaunya memandang langit malam yang cerah dengan bulan sabit yang terlihat jelas dari dalam sana sebelum kakinya melangkah ke lain arah.

Sedangkan di aula kerajaan, Haruto menyadari ketidak hadiran pemuda jangkung itu. "Bang Junkyu ke mana?"

Semua orang saling berpandangan. "Tadi dia ikut kita, kan?" kata Mashiho yang dibalas anggukan oleh yang lainnya.

"Bilangnya tadi mau ke kamar Letta." timpal Yedam.

Junghwan terlihat menatap bingung ke arah Yedam. "Ke kamar ngapain? Ini udah hampir satu jam loh."

"Cek anjir ayo cepetan." pekik Yoonbin lalu berlari mencari kamar mandi yang dimaksud.

Brakk

"Kosong."

Yedam menolehkan kepalanya ke sembarang arah hingga tatapannya jatuh pada sebuah pintu di sudut kanan kamar. "Pintu pintu, gue yakin itu kamar mandi."

"Kalian ngapain disini?" Victoria, gadis dengan gaun hitamnya itu terlihat bingung dengan keadaan ramai yang memenuhi kamar adiknya.

"Ri, gue boleh masuk ke kamar mandinya kan?" tanya Jihoon.

Victoria mengulum bibirnya sejenak. "Tapi gue rasa kalian gak bisa, gue gak tau kenapa Letta ngasih mantra khusus di pintu itu."

"Coba dulu aja bang." saran Doyoung.

"Boleh kan?"

Victoria mengangguk. "Terserah lo aja sih."

Jihoon melangkah pelan, ia sadar gagang pintu itu terlihat mengeluarkan asap hijau jika di dekati, tangan kanannya terulur, menggenggam erat benda keras tersebut.

Brakk

Tubuhnya tersungkur beberapa meter sebelum pintu itu terbuka dengan sendirinya, menampilkan genangan air berjatuhan dari bathup hitam yang ada di sana.

Semua orang mematung kecuali Victoria yang entah sejak kapan berada di samping benda berukuran besar tersebut, matanya memanas, tangannya menggenggam erat kedua pundak Junkyu.

"K- kak?"

"LO SEMUA NGAPAIN DIEM DISITU?"

Pekikan keras yang membuat beberapa orang ikut masuk ke dalam, hanya beberapa seperti Jihoon, Hyunsuk, Yoonbin, Jaehyuk dan Yoshi.

Kaki Jihoon melemas, lututnya dengan bebas menghantam lantai, berbeda dengan Jihoon, Hyunsuk terpaku pada satu luka goresan memanjang yang berada di samping leher Junkyu. Hyunsuk menoleh ke arah Yoshi dan Yoonbin yang berada di sebelahnya "Dia gak mungkin bunuh diri kan?"

"Lo kira Junkyu sebodoh itu?"

"Sayangnya disini gak bisa otopsi." lirih Yoshi.

"Jangan ngelamun." ucap Maera sambil menepuk pundak Doyoung yang terdiam di ambang pintu kamar.

"Lo tau kan apa yang ada di dalem?" tanya Haruto menatap satu persatu temannya.

Junghwan mengangguk lemas. "Denger tangisan kak Ria aja gue udah bisa nebak."

Doyoung menundukkan kepalanya. "Ra?"

"Gak semuanya bakal abadi, Doyoung." Doyoung meremat kuat ujung bajunya, mengeluarkan isakan yang sendari tadi ia tahan.

"Jadi? Gue sendirian sekarang?"

Maera menatap intens pemuda di sebelahnya. "Aku saranin kalian jangan bawa masalah ini sampe ke aula, biar aku urus bagian sana". ucapnya sebelum pergi meninggalkan ruangan besar itu.


Sebuah peti berwarna putih diletakkan di tengah-tengah ruangan megah tersebut, Junkyu tidak meninggal, Maera bilang arwah pemuda itu dipaksa keluar oleh sesuatu, seperti yang Hyunsuk lihat, luka goresan di lehernya bukanlah luka biasa, luka itu disebabkan oleh Junkyu sendiri, dimana ia dengan tidak sengaja mencakar lehernya sendiri saat sesuatu yang menyerangnya itu melewati bagian lehernya.

Semua orang yang berada di tempat itu menatap peti tadi termasuk Doyoung yang sudah tidak tau bagaimana cara menangis, air matanya seakan habis setelah satu malam mengurung diri di kamar.

"Kita gak bisa memprediksi kapan dia bangun, kalo dia nyaman di alam barunya bisa aja dia mutusin buat gak balik, begitu juga sebaliknya."

"Cath?" celetuk Jeongwoo, heran banget orang orang sini hobinya muncul tiba-tiba ngilang pun tiba-tiba.

"Gue ingetin aja, jangan lengah buat saat ini, musuh makin leluasa sekarang."

"Tapi di alam barunya ada Letta." gumam Doyoung.

Tbc.

INVISIBLE: TREASURE13  [Praquel of retaliation by cloning]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang