15

38 4 0
                                    

"Aku tidak tahu apakah tempatku benar-benar di sini. Aku tidak punya seorangpun untuk diajak bicara."

-Rachell

°°°


Disitu aku sudah memastikan pasti aku akan di caci maki mereka, namun sepertinya aku sudah cukup terbiasa dengan semuanya.

"Bagus ya anak gadis pulang jam segini mana masih pakai seragam sekolah!"ucap Lia sambil menjewer telinga Rachell dengan sangat keras.

"Iya lo tuh ya udah malu-maluin nama sekolah dan keluarga tau ga!"ucap Chika sambil menepak kepala Rachell.

"Kamu mah jadi apa sih, mau jadi wanita malam? Pasti kamu pulang sekolah pergi ke diskotik ya!"sindir Gavin.

"Hahaha pasti mainnya sama om-om ya lo, murahan banget si jadi cewek!"ucap Chika sambil mendorong tubuh Rachell sambil tersungkur di lantai.

Dari tadi Rachell hanya diam dan menahan semuanya, jika di tanya sakit? Ya memang sangat sakit namun aku sudah terbiasa dengan semuanya.

Cacian dan makian mereka membuatku tidak semangat untuk menjalani hidup, aku ingin menyerah namun aku ingat aku sudah bertahan, berjuang melewati segalanya sejauh ini.

Badanku sepertinya sudah mati rasa, namun tidak dengan hatiku ketika keluargaku mencaci makiku aku selalu sakit hati dan berusaha ingin melawan namun rasanya percuma.

Tuhan mengapa mereka memperlakukanku seperti ini, apa aku melakukan kesalahan besar di sini?

"Kamu kalo ada orang ngomong di jawab!"ucap Gavin sambil memukul meja, seketika Rachell terkejut dengan hentakan itu.

"Papah kenapa berfikir negatif ke aku! Aku salah apa pah mah."ucap Rachell lalu di akhir ucapannya dirinya menangis.

"Kalian kenapa selalu kasar sama aku, Rachell cuma mau diingatkan dengan kata-kata lembut bukan di bentak, Rachell cuma mau papah dan mamah ada waktu buat Rachell apa itu susah? Pah mah tolong ngertiin Rachell."lirih Rachell.

"Plak..."satu tamparan mendarat di pipi Rachell.

"Kamu berani ya bilang seperti itu, papah dan mamah kamu ini sibuk gaada waktu buat kamu!"ucap Gavin.

"Tapi buktinya papah selalu ada buat ka Chika."ucap Rachell sambil meneteskan air matanya.

Gibran dan Lia kini hanya diam tanpa menjawab ucapan Rachell.

"Ya karena mereka sayangnya sama gue bukan sama lo!"ucap Chika sambil menendang kaki Rachell.

"Mah, pah kalian selalu tidak ada waktu buatku."lirih Rachell.

"Kami sibuk!"ucap Lia.

"Karena itu aku selalu menghabiskan waktu di luar, karena kalau aku meminta waktu kalian, kalian selalu sibuk dengan dunianya masing-masing!"bentak Rachell.

"Mengapa harus di luar ?"tanya Lia.

"Karena hanya di luar, dengan orang sekitar, stidaknya membuatku lebih nyaman dari dunia yang kelam!"ucap Rachell berdiri dan tersenyum lalu berlari menuju kamarnya.

"Rachell!"ucap Gavin namun Rachell pergi seakan-akan tidak ada yang memanggilnya.

Aku masuk ke dalam kamar lalu menguncinya, aku duduk di atas kasur sambil memeluk lututku.

Hatiku sudah sangat hancur karena orang tuaku sendiri, sesak rasanya ketika mereka mulai membentakku dan memperlakukanku dengan kasar.

Namun aku hanya bisa tersenyum karena senyuman mereka akan yakin bahwa aku tegar.

RachellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang