Chapter 21 : Semburat Merah

663 50 11
                                    

"Dia yang ada di dekatku, dia yang paling berpotensi melukaiku."

-Kageyama Konara-

~°=°~


"Bukti sudah saya serahkan pak," ucap Haru.

"Tapi itu bukan bukti yang kuat! Itu hanya omong kosong!" elak Kei.

"Baiklah, Kami akan melakukan penyelidikan dan intrograsi."

Kei benar-benar menatap mata Haru dengan penuh amarah. Haru tidak pernah main-main dengan ucapannya, ia membawa Kei ke kantor polisi dengan perekam suara sebagai buktinya.

Haru tau bahwa perekam itu masih belum dapat menjadi bukti yang kuat, tapi setidaknya itu dapat membuktikan bahwa Haru jauh lebih pintar darinya.

"Terima kasih atas bantuannya," kata Haru sembari membungkuk 90° kepada Polisi yang menangkap Kei.

Begitu meninggalkan kantor polisi, Haru bergegas menuju rumah gadisnya itu.

~°=°~

"J-jadi, Kona yang membunuh teman-teman kita?!" Jean tak percaya.

"Iya, Kei yang memberi info itu padaku," balas Vellic.

"Tapi kenapa rambutmu basah seperi ini?"

"Hiro menghalangiku," Vellic kembali kesal jika mengingat kejadian itu.

Vellic langsung berlari ke rumah Jean karena merasa takut Hiro akan kembali mengincarnya.

"Aku rasa Kona tidak akan mampu melakukan hal itu," ucap Jean.

"Sebenarnya aku juga tak yakin, tapi dia yang paling banyak memiliki alasan untuk membunuh teman-teman kita!"

"Hiro yang membuatmu seperti ini kan? Dia sangat berbahaya Vellic!"

"Aku tau, aku tau. Makanya aku ke sini untuk meminta bantuanmu."

"Untuk apa?"

"Kita harus membunuh Kona!"

"Tapi, bagaimana jika kita dibunuh oleh Hiro?! Bagaimana jika Kona tidak bersalah?! Bagaimana jika kita tertangkap polisi?!" Jean berusaha menolak.

Huft.., Vellic menghela nafas.

"Aku juga takut."

"Sudahlah, lupakan itu terlebih dahulu, lebih baik kau mandi, dan berganti pakaian, kau lusuh sekali."

"Iyakah, aku akan meminjam bajumu ya."

"Dengan senang hati."

~°=°~

Kona merasa tak nyaman, karena sedari tadi Hiro menatapnya tanpa berpaling sedikitpun.

"P-pu-pulang lah..," pinta Kona.

Hiro menatapnya tajam, "Tidak! Si Jalang itu pasti akan kembali mengganggumu."

"Hei! Jaga ucapanmu, jangan memanggilnya seperti itu."

Hiro berdecih, "Kau itu memang sangat-sangat-sangat-sangat-sangat bodoh!"

BRAK!

ARGH! Kona menendang Hiro sampai terjungkal dari kasur.

HAHAHAHA Kona tertawa puas.

Argh "Kepalaku..," ucap Hiro sambil mengusap kepalanya yang sakit.

"Rasakan! Berhenti memanggilku bodoh."

"Dasar tidak tau berterima kasih."

Hahahaha "Sudah malam, pulanglah, Ibumu pasti menunggu. Aku juga ingin tidur."

Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang