Chapter 17 : Penyesalan

1.1K 85 22
                                    

'Aku menyesal telah hidup dengan penuh kesalahan, aku menyesal hidupku terlalu panjang.'

-Vellica Sheana Sherly-

~°=°~


HIKS HIKS HIKS

Terdengar suara tangisan sesorang yang merintih.

Sebuah tangan mengusap kaca yang di dalamnya terdapat sebuah guci abu milik anaknya. Ibu Coco tak kuasa menahan tangisannya. Hatinya terlalu sakit untuk menerima kenyataan bahwa anaknya kini telah hidup bersama Tuhan.

Isakkannya berhenti saat seseorang memanggilnya.

"Tante," sapa Vellic yang diikuti dengan tiga temannya yang lain.

"Tolong jangan menangis, Tante," ucap Vellic menegarkan sembari memeluk Wanita paruh baya tersebut.

Vellic berusaha keras untuk tidak menangis. Di sisi lain, Aiko dan Cronia menangis sangat keras tak sanggup untuk menahan kerinduan kepada temannya yang sudah tiada.

Jean tidak menangis, ia menganggap itu bukan hal yang harus ia tangisi.

Vellic memejamkan matanya yang mulai memanas, namun Ibu Coco menepuk punggung gadis tersebut dan berbisik, "Tante sendiri tau kau banyak menangis untuk Coco dan Zyzya."

"Tak perlu berpura-pura, Nak, menangislah jika kau tak kuat menahannya," lanjutnya.

Tak segan Vellic menumpahkan seluruh air mata yang telah ia tahan, tangisannya parau, membuat Aiko dan Cronia menangis semakin menjadi-jadi. Ruangan duka itupun menjadi tempat yang dipenuhi dengan suasana haru.

Setelah puas menumpahkan semua kerinduan kepada Coco, Vellic Cs berniat mengantar Ibu Coco untuk pulang ke rumahnya.

Namun dalam perjalanan, "Tante!!!" Teriak Vellic dan teman-temannya saat melihat Ibu Coco tiba-tiba terjatuh pingsan ke tanah.

Segera Vellic dan teman-temannya membawa Ibu Coco ke Rumah Sakit terdekat. Sialnya, sungguh nahasnya, Ibu Coco pergi meninggalkan dunia tepat di hari kematian anaknya, sungguh memilukan hati.

Dokter menjelaskan bahwa Ibu Coco telah meninggal dalam perjalanan disebabkan oleh penyakit Jantungnya yang selama ini Ia derita.

Perasaan Vellic tak karuan. Ia ingin menangis namun tak bisa, seakan-akan air matanya habis terkuras di tempat Peristirahatan Coco tadi.

Aiko, Cronia, dan Jean memeluk Vellic yang memiliki tatapan kosong. Bagi Vellic, Ibu Coco adalah satu-satunya orang tua yang mengertinya, berbeda sekali dengan orang tuanya.

BRUK

Vellic terjatuh tak sadarkan diri, teman-temannya pun panik dan memanggil para medis yang ada di Rumah Sakit tersebut.

VELLIC'S POV

Hatiku sakit.

Hatiku terasa tak utuh kembali.

Semuanya,

Semua orang yang mengertiku,

Semua orang yang aku sayangi dan yang menyayangiku telat merenggut nyawa meninggalkanku.

Apa yang sedang terjadi?

Apa ini hukuman untukku?

Apa ini hukuman seorang yang merisak temannya sendiri?

Atau ini hukuman seorang anak yang tak patuh kepada orang tuanya?

Siapapun, tolong jelaskan ini!! Lebih baik aku mati! Tapi mengapa Tuhan ingin menyiksaku dengan membiarkan aku hidup dan melihat kematian mereka?! Ini tidak adil! Tidak adil!

Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang