6•

24 5 0
                                    

Pagi harinya, Ana sudah siap dengan seragam dan juga sudah sarapan. Tiba-tiba ada klakson mobil dari arah luar rumah mereka. Ana pikir itu Yuta, tapi itu laki-laki yang tak pernah Ana harapkan lagi kehadirannya. Dion. Dia datang dengan senyum yang membuat Ana muak.

"Pagi mama, apakabar?" tanya Dion saat menyalami mama. Mama senang Dion datang, Ayah dan Chandra juga. Tidak sama sekali dengan Ana.

"Baik, kamu kemana aja Dion, pergi gak bilang-bilang mama. Ana nangis seminggu pas kamu pergi," Mama melirik ke arah Ana, Ana hanya mendengus sebal.

"Hehehe, lanjutin sekolah di luar kota ikut papah, tapi sekarang balik lagi kesini mau lanjut disini. Aku mau anter Ana boleh kan?" Dion mengatakan to the point.

"Gak/boleh" Ana dan Mama saling lirik.

"Boleh banget dong, Dion. Yaudah sana. Chandra ikut kamu boleh kan?" tanya Mama kepada Dion.

"Boleh kok, Ma," karena paksaan Mama. Dion, Ana dan Chandra naik mobil Dion dan menuju ke sekolah Ana dan Chandra.

Diperjalanan tidak ada sama sekali percakapan. Chandra yang asik bermain game, Ana yang sangat tidak suka dengan Dion hanya fokus ke hp nya saja.
      
                                          ••••••
15 menit mereka telah sampai di sekolah. Ana buru-buru turun. Untung tidak ada Yuta atau teman-teman Ana, Ana tidak tau akan menjawab apa. Tapi sialnya dia bertemu teman-teman gak ada akhlak nya Chandra.

"Widih, naik mobil siapa nich?" Hakim bertanya dengan nada alay. Setelah Hakim bertanya, Ana buru-buru menyuruh Dion pergi.

"Bukan mobil bapak kau yang jelas,Kim," ucap Rendy dengan menggeplak pala Hakim. Setelah itu, teman-teman Chandra hanya tertawa. Ana pergi ke kelas nya.

Ana tidak menemukan teman-temannya, mungkin mereka belum sampai. Tapi lagi, ada bekal. Kali ini berbeda, itu adalah kue pukis dan teh manis hangat. Yuta kah yang memberikannya?

                                            •••••
Yuta baru sampai disekolah, dia tidak bareng dengan Taro, karena Taro dijemput temannya. Jadi dia sendiri, ingin menjemput Ana tapi dia bingung harus menjawab apa. Jadilah dia berangkat sendiri.

Di jalan, dia menyapa semua warga sekolah, dari guru sampai pohon dia sapa. Orang-orang hanya tertawa melihat Yuta seperti itu, walau sudah biasa tetap saja mereka akan mengatakan 'Yuta udah gila anjir'. Saat sampai kelas, dia mendapat Tama yang mendengarkan lagu, johnny, jefri, Juan yang joget, Mark yang ngakak dan Doni yang mau geplak kepala mereka suruh diem.

"Yutaa, udah tau belom," Tanya Doni saat melihat Yuta masuk.

"Belom," Jawab Yuta seraya duduk di bangkunya.

"Bangsat, belom selesai ngomong bego gue," Doni emosi belum selesai ngomong udah di potong.

"Yaudah apa?" Yuta penasaran juga lama-lama.

"Ana dateng sama cowok naik mobil," ucapan Doni yang tadinya Yuta senyum jadi datar. Dia tau siapa yang mengantar Ana. Nanti dia akan tanya Ana untuk memastikan.

"Anjay, Yuta ditikung dengan abang-abang bermobil, canda mobil. Tapi bener," ucapan Johnny dengan cengengesan.

"Sok tau lu kalau yang anter Ana abang-abang. Kalau ternyata bapak lu gimana John?" ucapan Jefri membuat Johnny bangkit dan memiting leher Jefri.

"Bangsat cangkem lu, jepri," Johnny yang badannya udah besar membuat Jefri susah bergerak. Juan yang melihat itu hanya mengabadikan. Mark masih setia tertawa dengan kaki yang kaya ager-ager. Tama udah misahin mereka berdua.

"Ih punya temen kok pada goblok sih, EH JONI, JEPRI UDAH TOLOL MASIH PAGI," Doni udah emosi jiwa. Yuta hanya menonton ingin ikutan tapi masih kesal. Jadi dia hanya diam aja.

                                             •••••
Jam istirahat sudah berbunyi. Sebelum bel belajar berbunyi ke tiga teman Ana bertanya banyak banget. Ana cuma bales singkat, gak ada niatan buat jawab panjang.

Kini mereka telah duduk dibangku yang ada Tama dan yang lain. Yuta dan Ana duduk bersebelahan, Ana takut melihat wajah Yuta yang datar. Tapi tiba-tiba Yuta menggenggam tangan Ana didepan teman-temannya. Teman-teman mereka hanya mendengus melihat Yuta dan Ana.

"Berangkat sama Dion?" tanya Yuta langsung.

"I-iya," Ana gugup, padahal Yuta bertanya dengan nada lembut dan tangan Ana yang digenggam juga tidak merasakan sakit. Tapi dia takut.

"Yaudah, nanti pulang sama aku," Yuta mengatakan itu tanpa melepas tangan Ana. Ana mengumpulkan jiwa untuk bertanya.

"Kamu, gak marah?" Ana bertanya dengan takut-takut. Yuta malah tertawa, membuat hati Ana tenang.

"Bukan sama kamu, sama Si Dion aku keselnya. Aku bakal pertahanin kamu, aku yakin Dion punya rencana," Yuta mengatakan dengan sungguh-sungguh.

"Aku juga akan pertahanin rumah tangga kita, Mark," ucapan Hakim membuat Mark bergidik.

"Anjing lu, sono cari temen lu yang gemes. Jangan sama gue, gue udah ada Tamara," Mark menggeplak kepala Hakim.

"Yaudah, kalau Mark yang gak mau, bang Juan mau kan sama dedek?" sebelum menjawab, Juan udah menyipratkan air ke Hakim.

"Jijik woi," Jeno dan Arjuna udah menggeplak kepala Hakim, Rendy udah siap-siap mau guyur Hakim pakai es teh dan Jivanka cuma liat-liat doang. Taro dan Chandra udah senyum-senyum liat interaksi kakak mereka.

Setelah makan, mereka pergi ke kelas masing-masing. Tamara, Savana dan Guntur jalan kearah kelas mereka.

"Kalian jadian?" Savana bertanya karena penasaran. Ana bingung mau jawab apa.

"Engga?" Ana menjawab dengan ragu

"Kayak nya deket banget tadi," Tamara ikut berbicara. Guntur sibuk dengan hp nya, dia sedang menge chat tunangan nya.

"Dia bilang, kalau gue milik nya," jawab Ana jujur.  Yang lain hanya memasang wajah terkejut, Guntur sampai melongo mendengar itu.

                                         ••••••
Sekarang sudah jam pulang, Yuta sudah menunggu diluar kelas Ana, mereka jalan bersama di koridor. Banyak pasang mata yang gemas dengan tingkah mereka. Yuta yang jalannya tidak bisa diam atau Ana yang menggeret Yuta untuk jalan biasa. Kini, mereka sudah sampai di parkiran. Wajah Yuta sudah menahan kesal. Disana ada Dion, yang susah menunggu didepan pintu mobilnya.

"Ana pulang sama mas ya," ucap Dion lembut. Ana ingin pulang dengan Yuta, tapi tangannya dicekal oleh Dion.

"Ngapain lo sentuh tangan Ana? Lo aja orang yang buat Ana sedih," ucapan Yuta membuat Ana terkejut. Ana sudah berusaha membuat cekalan itu lepas, tapi malah makin parah. Yuta juga sudah membantu, tapi tenaga Dion sangat banyak.

"Lepasin tangan Ana,brengsek. Lo gak pantas karena lo udah buat Ana sedih," lagi Yuta membuat Dion marah.

"Oke sekarang gue yang buat Ana nangis, tapi nanti lu yang bikin Ana nangis. Bahkan lebih parah daripada yang dulu gue lakuin ke dia," Dion melepas kan cekalan nya dan pergi begitu saja.

Ana dibuat terkejut dengan perkataan Dion. Lagi dibuat pusing oleh teka teki Tuhan. Ada apa dengan Yuta, sungguh Ana tidak mengerti.

~~~~~~~~~~~~
Vote dan comment ya gais, karena vote dan comment kalian sangat berguna untukku.

Terimakasih

[✓] NAYUTA || YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang