Nayana masih ada di ruang ICU. Teman-teman Ana dan Chandra datang dengan membawa makanan untuk Mama. Savana dan Tamara menenangkan Mama didalam pelukannya. Yuta merasa terpukul, dia merasa tidak becus menjaga Ana. Juan yang mengetahui itu, mendekati Yuta.
"Bukan salah lu. Doa aja, semoga Allah masih berbaik hati dengan memberikan kesempatan hidup untuknya," Yuta mengangguk lemah sebagai respon.
Dokter Fayruz keluar, Mama yang melihat itu segera mendakati Dokter muda itu. Dengan keteguhan hati, dia bertanya.
"Gimana Nayana dok?"
"Nayana masih dalam keadaan kritis, berdoa saja semoga dia siuman," setelah pamit, dokter Fayruz pamit.
Ya Allah, tolong biarkan Nayana hidup. Harus dengan apa agar dia terbebas dari penyakitnya? Kumohon berikanlah kesembuhan kepadanya, Yuta berdoa dalam hening itu.
••|••
Yuta telah sampai dirumah, setelah sejam berada di rumah sakit. Awalnya Yuta tak ingin pulang. Tapi dengan bujukan Mama, akhirnya dia pulang dengan berat hati.
"Yuta, gimana keadaan Ana?" Bunda bertanya saat melihat putranya pulang.
"Bunda," Yuta terisak di dalam dekapan Bunda. Jujur, Yuta saat ini rapuh. Hanya bunda yang dapat menangkannya.
Bunda tau, Yuta itu kuat dan pantang menangis. Tapi kali ini, ia menangisi seorang gadis yang bunda tau, bahwa putranya sangat menyayangi gadis itu.
"Yuta, lihat bunda nak," yuta dengan terpaksa menatap mata sang bunda. "Jangan sedih. Gak akan ngehasilin apapun. Kita berdoa dan meminta kepada Allah agar Ana segera sadar,"
"Bun, kalau terjadi apa-apa sama Yuta dan saat itu keadaan udah gak bisa terselamatkan, tolong. Yuta minta bunda untuk memberikan jantung ini untuk Ana," entah, Yuta tidak sadar saat mengatakan itu.
"NGOMONG APA KAMU? KAMU GAK USAH NGOMONG ANEH-ANEH YUTA. BUNDA MINTA KAMU BERDOA BUKAN MALAH BERDOA YANG JELEK KAYA GITU," orang tua mana yang tidak sedih mendengar anaknya berkata seperti itu. Bunda menangis terisak dan pergi dari hadapan putra sulungnya itu.
"Mas, gak seharusnya mas ngomong gitu. Kita berdoa dan memohon supaya Mba Ana sembuh," Taro menenangkan Mas nya itu.
Kumohon Tuhan, biarkanlah dia hidup. Berikanlah kehidupan padanya. Setelahnya, berapapun harga yang harus ku bayar padamu, akan ku bayar. Asal kau memberikan kesempatan padanya.
••|••
Pagi ini, Yuta dan keluarga nya berada dirumah sakit untuk menjenguk Ana. Ya, walaupun tidak boleh di jenguk, setidaknya mereka bertemu dengan Mama.Yuta dapat melihat raut kesedihan dari ibu kekasihnya itu.
"Mah, Ini bunda sama Ayah dateng," Yuta menepuk pelan punda Mama.
"Eh ya ampun. Maaf ya Bu, saya ga fokus," ujar Mama.
"Gak apa-apa Bu. Gimana keadaan Ana? Membaik?"
"Belum ada perkembangan, semoga aja cepat sadar. Saya gak kuat melihat dia sakit," pertahanan Mama runtuh. Bunda segara menenangkan. Ayah Ana juga ikut menenangkan istrinya itu.
"Kita selalu mendoakan yang terbaik untuk Nayana," Ayah Yuta berkata agar membuat suasana tidak lagi sedih.
"Amin terimakasih ya pak doanya," jawab Ayah Ana.
"Permisi, keluarga saudari Nayana?" Seorang suster datang dari dalam Ruangan.
"Saya ayahnya Sus, kenapa ya?" Ayah Ana menjawab dengan tegas.
"Saudari Nayana sudah sadar pak," semua orang bersyukur atas apa yang mereka dengar.
"Apa saya dan ibunya boleh masuk?" Tanya Ayah Ana.
"Silahkan, tapi harap bergantian. Agar tidak menganggu pasien lain," Suster memperbolehkan kedua orangtua Ana untuk masuk.
"Alhamdulillah ya Mas, Nayana udah sadar," Yuta mengangguk. Dia bersyukur, sangat bersyukur atas apa yang didapat. Tapi ada yang mengganjal dalam hatinya.
30 menit diluar, membuat pasangan suami istri itu keluar. Orang tua Yuta berdiri. Mama memegang tangan Yuta dan Ayah menepuk pundaknya.
"Ana mau ketemu kamu," ujar Ayah.
"A...aku?" Mereka mengangguk.
"Masuk, Yut," akhir nya, Yuta masuk kedalam ruangan itu.
Sampai didepan bangsal Ana, Yuta dapat mendengar suara patient Monitor. Dia gugup, dan berdoa agar semua berjalan baik
"Yu....ta.." Ana memanggil dengan susah payah. Mulutnya tertutup oksigen.
"Iya ini aku. Nayana-ku. Kamu hebat, kamu kuat. Kamu hebat karena dengan rasa sakit ini kamu bisa sadar dan bahagain kita. Kamu kuat, karena kamu udah mau bertahan sampai sejauh ini," Yuta berbicara dengan nada yang bergetar. "Bertahan Nayana. Untuk kita semua. Untuk diri kamu dan cita-cita kamu. Bertahan,"
Ana yang lemas hanya dapat menggenggam tangan Yuta dengan lemas. Yuta mengelus rambut sang terkasih dengan kasih sayang. Sedih rasanya melihat Nayana-Nya seperti ini. Dirasa sudah cukup, sebelum pulang Yuta mengecup kening Nayana cukup lama. Dia menyalurkan segala kasih sayangnya untuk Ana.
Setetes air mata turun dan mengenai kening Ana. Yuta tidak sadar, jika ia sudah menangis. Nayana yang sadar mencoba mengelus tangan Yuta dengan lemah.
"Lekas pulih. Aku mau jujur. Kamu dan aku bagaikan manusia dan oksigen. Jika tidak ada oksigen maka manusia akan mati, begitupun dengan aku. Jika tidak ada kamu, maka mati rasanya kehidupan ini. Kumohon bertahanlah dan sembuh. Sampai jumpa lagi Ana, tetap bahagia dan selalu tersenyum. Karena senyummu cantik," setelah mengatakan itu, Yuta hilang di balik gorden.
Ana merasa ada yang aneh dengan perkataan Yuta. Kenapa harus mengatakan hal seperti itu? Ini aneh, tapi dengan kondisi lemah seperti itu, membuat pergerakan gadis itu tak leluasa.
Saat Yuta keluar, hanya ada Mama dan Ayah Ana. Berarti Bunda Ayahnya sudah duluan. Yuta pamit kepada kedua orangtua Ana. Lalu dia turun ke parkiran motor. Dia melajukan motornya untuk pulang.
Namun saat di perempatan, sebuah mobil losbak bergerak cepat dan hilang kendali. Yuta yang saat itu sedang melamun selagi menunggu lampu hijau tidak memperhatikan dan terjadilah tabrakan massal.
×××××
MAAF KALAU GAK ADA FEEL SAMSEK. AKOH BINGUNG HARUS BUAT KAYA GIMANA..
VOTE JANGAN LUPAAAAA....
TERIMAKASIH....
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] NAYUTA || Yuta
FanficTentang dua anak remaja yang menjalin kisah dalam sebuah hubungan yang penuh lika-liku dan juga pemberian berharga. 100% murni dari otak, tidak copas dari siapapun. beberapa part mengandung kata-kata kasar. °°°° Start : February 2021 End : Novembe...