30•

16 2 0
                                    

Gagal jantung parah? Bagai tersambar petir disiang hari. Ana lemas. Sangat lemas. Kenyataan itu membuatnya merasa bahwa dirinya sangat tidak berguna.

"Apa kamu suka merasa sesak, dada berdebar dan kaki kamu bengkak?" Dokter Fayruz bertanya kepada Ana.

"Iya, saya pikir itu hanya karena kelelahan. Sejak kapan dok? Apa waktu bertahan hidup saya panjang?" Ana bertanya dengan dada sesak dan juga mata berlinang.

"Jika dilihat, ini sudah lama. Tapi memang belum parah karena daya tubuh kamu bagus, dan untuk waktu bertahan hidup. Kamu pasti bisa sembuh Ana dengan rajin meminum obat," Dokter Fayruz menjelaskan kepada Ana.

"Baik dok, saya akan melakukan apapun agar saya dapat bertahan hidup," Dion membawa Ana kedalam pelukannya.

"Kamu kuat, Mas akan selalu bersama kamu. Terimakasih ya Fay. Gue permisi," setelah berpamitan, Dion dan Ana menunggu obat yang sudah di resepkan.

"Kita harus kasih tau berita ini ke orang tua kamu. Walau sedih, tapi gimanapun juga semuanya akan ketahuan. Dari kamu atau dari orang lain," yang ditanya hanya menatap kosong sekeliling. Dion menghela napas.

Setelah di tepuk pundaknya oleh Dion, Ana mengerjab kembali. "Kenapa Mas?" Ana bertanya.

"Kita harus kasih tau orang tua kamu," Ana hanya mengangguk sebagai jawaban.

Setelah semua ini, siapa yang akan tahan bertahan dengan seorang penyakit sepertinya. Menyusahkan pastinya. Bahkan Ana yakin, Yuta pun tak akan tahan memiliki perempuan penyakit seperti Ana.

••|••

Yuta yang baru saja sampai rumah setelah mengantar Lili pulang duduk di sofa dengan memikirkan segalanya. Hubungannya dengan Ana yang merenggang karena kehadiran Lili. Dan juga Ana yang berkhianat bersama dengan Dion.

Hah, apa harus seperti ini akhirnya? Itulah pikiran Yuta.

"Mas, shalat, mandi dulu. Jangan kaya gitu, badan kamu kotor abis dari luar," ucapan Bunda hanya di angguki oleh Yuta.

"Mas mu kenapa dek?" Tanya Bunda ke arah Taro yang sedang nyemil keripik balado.

"Ada masalah Bun," Bunda heran. Masalah sebesar apa yang menimpa putranya.

"Masalah apa? Perasaan, Bunda gak pernah deh di panggil ke sekolah sama kepsek,"

"Masalah Mas sama Mba Ana Bun. Rumit deh pokoknya," Taro lanjut nyemil lagi tanpa melihat ekspresi Bunda.

Setelah 30 menit, Yuta turun dengan keadaan rambut basah. Bunda sudah bertekad akan membuat putranya berdamai dengan Ana.

"Mas, Ana kok gak pernah di ajak kesini?" Bunda bertanya untuk mengorek informasi.

"Sibuk pacaran," singkat dengan raut wajah tak senang.

"Ada masalah?" Yuta menghela napas. Apa harus ia ceritakan?

"Iya. Semenjak Lili Dateng ke kehidupan aku, Ana jadi menjauh dan sekarang pacaran sama Dion," Bunda terkejut. Tentu saja.

"Mas yakin Ana pacaran? Atau Mas juga gak bisa tegas sama perasaan mas jadi Ana pergi sama Dion?" Yuta jadi memikirkan perkataan Bunda.

"Tegasin semua. Kamu lelaki, kamu yang harus tegas dalam mengambil keputusan," setelah itu, Yuta jadi meresapi apa yang Bunda katakan. Dan itu ada benarnya.

••|••

Dua hari Ana tidak masuk sekolah. Setelah orang tua nya tau bahwa Ana menderita gagal jantung. Tentu saja mereka shock. Orang tua mana yang tidak sedih mendengar putrinya yang kelihatan sehat menderita penyakit parah seperti itu.

Namun setelah membujuk kedua orangtuanya, akhirnya Ana diperbolehkan masuk sekolah dengan catatan tidak boleh capek dan juga tepat waktu dalam minum obat. Chandra diperintahkan ayah untuk menjaga Mbaknya.

Kini mereka telah tiba di sekolah dengan senyum Ana yang merekah. Bahagia bisa ada di sekolah.

"Ayo Mba kekelas," Chandra mengikuti dari belakang.

Di lorong mereka melihat banyak murid yang tertawa bahagia, bertukar cerita dan juga lompat-lompat. Hah, andaikan Ana bisa melakukan itu pasti ia sangat bahagia.

"Ana..." Seseorang memanggil Ana dari belakang.

"Yuta?" Ana terkejut melihat Yuta berada didepannya dengan senyum healing smile nya. Ya Tuhan, sudah lama dia tidak melihat senyum itu.

"Kamu darimana aja? Kutelepon gak di jawab. Tanya Chandra jawaban ogah ogahan," Yuta merenggut.

Ana tertawa melihat itu. Ia menyuruh Chandra untuk pergi kekelas duluan.

"Aku sakit, jadi harus istirahat deh. Maaf," kata terakhir Ana membuat Yuta sedih.

"Untuk apa? Seharusnya aku yang minta maaf karena gak bisa urus kamu dengan baik," Ana dan Yuta tersenyum karena permasalahan mereka selesai.

"Oi. Jalan dong. Lu kata ni jalanan punya moyang lu?" Siapa lagi kalau bukan Doni yang julidnya minta ampun.

"Denger suara anjing ngegonggong ga sih?" Yuta bertanya dengan Ana yang tertawa. Ana tertawa seakan melupakan penyakit nya.

"Astaghfirullah, kamu ini berdosa banget," Doni mendramatisir keadaan.

"Don, minggir atau lu gue lelepin ke kolam ikan?" Tama menggusur posisi Doni.

Mereka berjalan bersama tanpa menghiraukan Doni yang sedang drama. Mereka males ladenin juragan keong.

••|••

Waktu istirahat telah berbunyi. Semua murid bahagia. Bisa makan dan juga melihat crush. Ana dan teman-temannya sudah berjalan bersama ke kantin.

Mereka melihat Yuta dkk serta Chandra dkk berada di bangku yang berada di pojok. Mereka menghampiri bangku itu.

"Mau makan apa?" Yuta bertanya kepada Ana. Ana jengah melihat Lili yang tidak tau diri.

"Makan nasi, orek, telur, sayur aja," setelah memesan itu, Yuta serta Mark yang bertugas memesan makanan pun jalan.

"Mba jangan lupa. Harus tepat waktu," Ana hanya mengangguk. Sedangkan yang lain bingung.

"Tepat waktu kenapa?" Yuta datang dengan tatapan menyelidik.


××××

PART KALI INI PENDEK. GAK TAU KENAPA PENDEK, MUNGKINN KARENA GAK MOOD.

AKU AKAN SERING UP KARENA SEBENTAR LAGI END. PERSIAPKAN MENTAL, HATI DAN DIRI KALIAN YA GENGS.

VOTE DAN KOMEN MAACIW GENGS

[✓] NAYUTA || YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang