∆ What If ∆

24 1 0
                                    

Hai....
Ada yang kangen kisah ini ga?
Atau kangen aku?
Hehehe.... Kali ini aku balik sebagai bentuk ungkapan selamat karna book ini udah satu tahun.

Janga terlalu berharap lebih ya, aku benar-benar lagi ga tau harus bikin gimana.

Semoga suka dan jangan lupa Vote. Biasin vote ya.

Terimakasih

=====

Mereka semua sudah lulus sekarang. Ya semua, tanpa terkecuali. Lili sudah berubah, dia benar-benar menerima Guntur sebagai tunangan. Hubungan Ana dan Yuta juga masih terus berjalan, sangat baik. Hubungan teman-temannya yang lainpun sama.

Semua teman-temannya sudah bekerja sesuai cita-cita mereka. Hari ini mereka sedang berkumpul dirumah Tama.

"Widih dokter kita makin putih aja gue liat-liat. Pake susuk merk apa bro?" Pertanyaan konyol yang keluar dari mulut Doni.

"Dokter yang mana yang lu maksud?" Tama bertanya untuk memastikan.

"Lu, Tama. Ngapain gue nanya Yuta," Doni menjawab dengan emosi.

"Susuk merk kanjeng ratu. Cobain deh, pasti lu langsung di kerumunin kaum hawa," Tama menjawab dengan nada meyakinkan.

"Serius lu?"

"Serius. Tapi kalau buat lu rentan usia 60-70 an," Doni melemparkan bantal sofa ke wajah paripurna Tama.

"Sialan, itu mah nenek-nenek," mereka semua tertawa karna bisa-bisanya Doni terkena tipu Tama.

"Lagi lu malah dengerin serius," Savana ikut menertawakan Doni.

Tak lama, pesanan mereka sampai. Mereka memesan pizza dan makanan lainnya. Selagi memakan itu, mereka mengobrol ringan.

"Mark kapan balik, Ra?" Juan bertanya kepada Tamara.

"Katanya minggu depan, tapi tau deh. Dia kan sibuk," Tamara merengut saat ditanya soal Mark. Dia kan sebenarnya rindu hanya gengsi saja.

"Ya gapapa sih. Nanti juga balik indo terus lamar lu," Tamara langsung menengok kearah Johnny. Lalu dia bersemu saat Johnny mengatakan itu

"Itu anak gak kangen kita apa ya? Chatting sama kita jarang lu, bener bener," Doni menggerutu karna teman mereka itu benar-benar jarang mengirim pesan.

"Sabar aja sih," jawab Tama.

"Njep ih. Kebiasaan kamu mah minuman aku kamu embat terus," Naura kesal karna pacarnya itu tidak berubah. Asal mengambil minum.

"Ya maaf sih Nau. Aku lupa gelas aku yang mana," Naura benar-benar gemas oleh tingkah ajaib Jefry.

"Ribet lu ah. Minuman gue jadi berkurang," Jefry hanya cengengesan.

"Maaf ayang," Naura menatap jijik Jefry.

"By the way, lu udah isi ya Sav? Kayanya gue liat-liat badan lu agak berisi. Ya ga sih Na, Ra?" Naura bertanya kepada Savana dan juga Nayana, Tamara.

Ya, Savana dan Johnny sudah menikah 2 bulan lalu. Acara pernikahan mereka cukup mewah. Semua teman-teman mereka hadir di pernikahan pasangan itu.

"Ha emang iya? Tapi selama beberapa hari ini sih Johnny selalu gak enak badan terus gak jelas gitu, ya walaupun dia emang ga jelas," Savana mencoba menjawab seadanya.

"Beli testpack dulu coba Sav. Nanti hasilnya kalau itu ke dokter kandungan buat lebih jelas," Tamara mencoba menjawab.

"Okey thanks sarannya,"

Setelah itu, hanya percakapan biasa yang mereka lakukan. Atau sesekali mereka melempar lelucon.

••|••

Sudah 3 bulan sejak mereka bertemu itu. Persiapan pernikahan Yuta dan Ana sudah dekat. Mereka sedang sibuk untuk membeli keperluannya. Kini mereka sedang ada di salah satu pusat perbelanjaan.

"Na, kamu mau makan dulu gak? Aku abis pulang dinas belum sempat sarapan," Yuta bertanya kepada calon istrinya itu.

"Ck, kebiasaan kamu mah. Jangan dibiasain Yuta. Nanti kamu sakit kan semua repot," Nayana ingin sekali menjewer telinga lelaki itu jika tidak ingat mereka sedang ada di tempat umum.

"Maaf sayang," setelahnya mereka pergi kesalah satu restoran cepat saji. Mereka memesan 1 makanan dan 2 minuman.

"Besok udah di pingit, jangan ketemu aku dulu," Yuta yang sedang asyik makan merasa terusik saat Ana mengatakan itu.

"Yah elah, masa gitu sih," Yuta mendumel.

"Adat Yuta adat. Awas aja kamu ngeyel," Yuta hanya mengangguk sebagai jawaban.

Setelah selesai, mereka lanjut membeli keperluan dengan bergandeng tangan. Nayana merasa bahagia sekali.

••|••

Tok
Tok
Tok

"Iya masuk aja," Nayana berteriak saat ada yang mengetuk pintu kamarnya.

"Nayana, ganggu gak?" Suara yang sangat Ana kenali.

"Mas Dion. Masuk sini. Apa kabar?" Nayana menjabat tangan Dion.

"Alhamdulillah baik. Kamu sehat ya, dikit lagi udah nikah, udah jadi istri orang. Nayana soal dulu aku benar-benar minta maaf. Aku gak tau kalau ternyata aku segitu terobsesinya sama kamu. Aku benar-benar minta maaf," Dion merasa malu berada di hadapan Nayana kini.

"Iya mas, yang dulu biar lewat aja. Sekarang kita tetap adik dan kakak. Selalu gitu, aku sayang mas Dion seperti kakak aku," Dion merasa sangat senang Nayana mau memaafkanya. Dia benar-benar bersyukur mendapatkan adik seperti Nayana.

"Terimakasih Nayana,"

••|••

Hari ini adalah hari yang sakral bagi Yuta dan Nayana. Karna mereka akan mengikat janji suci untuk selamanya. Nayana sedang bersiap di ruang rias, Nayana menunggu ijab kabul selesai baru dia akan keluar.

"Nayana ayo keluar, ijab kabulnya sudah selesai," Savana dengan perut buncitnya datang memberikan kabar itu kepada Ana. Ana benar-benar gugup sekarang.

"Rileks aja Na," Tamara berada di sebelahnya datang juga untuk membantu perempuan itu.

Mereka telah sampai di tempat ijab Kabul itu berlangsung. Terlihat sudah banyak tamu yang datang, dan bintang pada hari ini. Yuta berada disana menunggu istrinya itu. Setalahnya, Nayana duduk di sebelah Yuta.

"Ya silahkan pengantin wanita menyalimi suaminya," instruksi dari penghulu kepada Nayana. Nayana melakukan apa yang penghulu itu katakan. Penghulu itu memberikan nasihat untuk Nayana dan Yuta.

"Sekarang kita udah sah. Kita akan selalu bersama ya. Jangan ada yang ninggalin salah satu. Kamu berharga untuk aku. Aku sayang, cinta sama kamu. Selalu. Kita gak akan berpisah kalau bukan karna ajal," Yuta membisikkan kata-kata itu di telinga Nayana.

"Terimakasih Yuta, sudah mau nerima aku. Ya, aku juga sayang dan cinta kamu. Jangan tinggalin aku kalau bukan karna ajal," Nayana sangat senang. Karna Yuta lah yang menjadi imam nya kini.

°°°°

Ini adalah sebuah kisah seandainya Yuta dan Nayana bersama. Ya walau sebenarnya mereka bersama, dengan raga Yuta yang berada di tanah tapi jantungnya berdetak dalam diri Nayana.

Mengiklaskan adalah jalan terbaik untuk segalanya. Jangan terlalu larut dalam itu semua.

[✓] NAYUTA || YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang