15•

10 3 0
                                    

Hari kamis pun tiba, seluruh murid senang karena tidak ada pembelajaran. Banyak yang memakai sepatu warna warni tak terkecuali Savana. Kini mereka telah berkumpul di koridor sekolah yang sudah disediakan bangku.

"Anjay, mantap betul make sepatu warna warni lu kak," Hakim terpana melihat kearah sepatu Savana.

"Yoi dong, jarang-jarang boleh pake sepatu bebas," tak lama, teman-teman yuta beserta Ana datang.

"Widih Bang Tama keren bat. Pake sepatu boot gitu. Tau gitu gue juga pake biar banyak yang lirik," Arjuna mengatakan dengan menelisik semua sepatu yang dikenakan mereka.

"Kenapa lu jadi perhatiin sepatu si jing? Perhatiin tu acara," Jefri menegakkan kepala Arjuna untuk melihat kedepan.

"Tamara sama Mark mana dah?" sadar tidak ada sejoli itu. Mereka menelepon tak diangkat jadi mereka berpencar.

Tak diketahui, Tamara dan Mark ada di rooftop sekolah dengan memakan nasi uduk berdua. Padahal sama-sama punya duit makan nasi uduk aja berdua. Iri kali ya mentang-mentang akhir bulan.

"Mark buruan. Pasti dicariin yang lain," Mark yang disuruh buru-buru pun tersedak.

"Mi-num uhukk," Mark berkata dengan terbata-bata karena batuk.

"Ini minum. Yang bener minum nya gak bakal di colong juga," Tamara mengusapkan punggung Mark.

"Udah, turun yuk," Mark menggandeng tangan Tamara. Kalau ada yang tanya mereka pacaran atau engga, jawabannya engga. Ya, mereka tidak pacaran, Tamara masih menolak Mark.

••|••

"Bang Mark nyusahin bangsat," Hakim ngos-ngosan disebelah Rendy dan Tama.

"Gue ngeri. Mereka berduaan di tempat sepi. Masuk berdua keluar bertiga," Tama mengatakan dengan takut-takut.

"Pikiran lu, Bang. Emang lu mau dipanggil om sama anak nya Bang Mark?" Rendy menimpali karena tidak mau punya ponakan masih muda.

Mereka bertiga melihat Tamara dan Mark yang bergandeng tangan. Dongkol banget cuy, nyari-nyari kemana-mana mereka malah balik-balik pegangan tangan.

"Kak Mara, lehernya gak merah Bang," Hakim menelisik leher Tamara.

"Ngapain lu liat-liat leher gue?" Tamara risih dilihat oleh Hakim.

"Gue gak mau punya ponakan dulu. Makanya gue perhatiin leher lu, Kak," Hakim mengatakan dengan nada polos.

Sementara Rendy dan Tama hanya melihat satu sama lain seperti mengatakan 'gak kenal gue, serius'. Mark melihat kearah dua orang itu dan sepertinya dia tau siapa dalangnya.

"Gue kenal lu, Tam. Lu kan yang ngomong enggak-enggak soal gue?" Tama melirik ke arah lain. Mark yang kesal pun memiting leher Tama. Tinggalkan mereka, kita menuju ke lapangan.

Dilapangan sudah ramai dengan murid-murid. Yuta dan Ana sedang berkeliling stand makanan. Banyak makanan yang mereka beli untuk dimakan berdua. Semua teman-teman Ana dan Yuta juga berkeliling stand untuk membeli makanan yang ada disana.

Semua pengisi acara memasuki panggung. Seluruh teman-teman mereka joget-joget gak jelas membuat lingkaran dan merangkul untuk membuat momen ini tak terlupakan. Mereka senang, tapi Ana khawatir dengan Yuta. Dia tidak ingin lelaki itu jatuh sakit lagi.

"Pelan-pelan, Yuta. Jangan terlalu bahagia. Aku gak mau kamu sakit sayang," Ana mengatakan dengan menggenggam tangan Yuta menyalurkan kekhwatirannya, agar sang kekasih tahu dia khawatir.

"Akan ku kontrol, Ana," Yuta mengerti arti genggaman tangan Ana. Yuta tersenyum untuk memenangkan sang kekasih. Mereka lanjut lagi acara joget-joget nya.

"Oke, ada yang pengen nyanyi buat kekasih nya nih. Silahkan kepada bar-bar band untuk maju," Yuta dan teman-temannya maju untuk membawakan sebuah lagu. Lagu yang sangat ia dan teman-temannya sukai.

"Halo semua. Kita dari bar-bar band akan membawakan lagu Cantik dari Kahitna. Selamat mendengarkan," alunan gitar dari Mark dan jefri mengalun. Suara drum dari Johnny terdengar dan suara vokal dari Doni, Tama dan Yuta pun mengalun dengan indah.

Semua orang yang tau lagu itu pun bernyanyi dan sesekali menjawab lirik lagu itu. Hakim and the genk tak kalah heboh dari yang nyanyi. Ana sampai malu dibuatnya. Lagu pun selesai dinyanyikan, seluruh orang bertepuk tangan karena penampilan bar-bar band.

"Saya ingin memberitahu kepada seluruh perempuan yang ada disini. Kalian itu cantik. Kalian itu memiliki karakter masing-masing, jangan merasa rendah diri dengan apa yang kalian miliki. Belum tentu orang yang kalian banggakan itu memiliki apa yang kalian miliki, selalu bersyukur untuk apa yang kalian punya. Kalian akan menemukan seseorang yang dapat mengerti kalian apa adanya. Semangat," setelah mengatakan itu, Tama dan teman-temannya turun dari panggung. Banyak murid wanita yang tersentuh dengan perkataan Tama dan ada juga yang menjadi suka kepada Tama karena perkataan Tama.

Kini acara memberikan bunga kepada seseorang pun tiba, banyak para siswa yang bersemangat dan para siswi yang Ketar ketir ingin tahu siapa yang memberikan mereka bunga. Ana duduk di bangku yang telah disediakan dan ada setangkai bunga di depannya. Ana tersenyum saat tahu siapa yang memberikannya.

"Untuk perempuan yang membuat hari-hari ku bahagia. Untuk perempuan yang tidak sengaja menelpon ku dan membuat ku memikirkannya dan untuk perempuan yang bisa menerima aku apa adanya. Terima bunga ini dan aku mengucapkan Terimakasih," Yuta tersenyum serah memberikan setangkai bunga kepada Ana. Ana terharu dan ingin menangis tapi ia tahan. Ia hanya dapat mengucapkan kata Terimakasih kepada Yuta.

Ana tersenyum dan mengambil setangkai bunga itu. "Terimakasih untuk ini Yuta,". hanya kata itu yang dapat Ana katakan.

Dilain tempat, Johnny dan Savana tengah berduaan dengan Johnny yang memberikan setangkai bunga kepada Savana. Dia merasa bersyukur Savana dapat menerima nya didalam hidup nya.

"Terimakasih Savana sudah menerima aku didalam kehidupan mu. Aku harap gak akan ada masalah yang kita lewati," Johnny memberikan bunga itu kepada Savana. Savana terharu dengan perlakuan Johnny kepadanya.

"Aku yang seharusnya berterima kasih, John. Kamu mau terima aku yang kekurangan. Terima kondisi keluarga aku yang gak jelas," Savana menangis dipelukkan Johnny. Dia bersyukur karena mendapat pacar seperti Johnny.

Tamara dan Mark tengah canggung karena Mark memberikan nya bunga. Mereka bukan kekasih, sebatas sahabat yang tidak tau kapan berubah status. Tamara hanya dapat menatap nanar bunga tersebut.

"Mark. Bukan aku gak tau Terimakasih, tapi kamu pantas mendapat yang lebih baik. Aku gak mau karena aku, kamu jadi terfokus ke aku," Tamara menangis mengatakan itu.

"Mara, aku sayang sama kamu. Aku gak masalah kamu belum terima aku. Tapi suatu saat kamu akan terima aku, Mara," Mark mengatakan seraya menggenggam tangan Tamara.

Setelah acara itu selesai, mereka semua pulang kerumah masing-masing. Ada yang pulang bersama dengan pacar baru atau dengan bus angkutan umum. Mereka pulang dengan perasaan bahagia.

••|••

Pagi harinya, Ana datang kekelasnya. Bukan bekal yang ia temukan, melainkan cokelat dan setangkai Mawar merah. Ada notes seperti hari sebelumnya. Kata-kata yang dalam dan membuat hati terharu.

Halo, Ana. Kali ini bukan bekal yang aku berikan, melainkan sebuah cokelat tanda aku sangat mengagumimu dan setangkai mawar merah sebagai tanda jikalau aku menyukai kamu. Maaf Ana, aku pengecut tidak bisa menampakkan diri ku kepada mu. Aku membuat perempuan sebaik kamu bingung dengan diri ini. Ana, maafkan diri ini yang terlalu egois. Doa kan aku agar bisa menunjukkan siapa aku. Semangat untuk segala tantangan yang ada, Ana. Kuharap kamu memakan cokelat nya.

Chilli.

Ana selalu berdoa agar misterius ini menunjukkan siapa dirinya. Ana memakan cokelat itu agar si pengirim merasa bahagia. Siapa lagi dia?

~~~
Vote dan comment. Karena vote dan comment kalian berguna untukku.

Terimakasih

[✓] NAYUTA || YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang