9•

15 4 0
                                    

Sudah seminggu Yuta tidak masuk. Ana sudah mengirimi pesan kepadanya, namun tidak ada balasan. Bertanya pada teman-temannya dijawab 'lagi sakit, doain aja biar sembuh'. Ditanya Taro pun menjawab seperti itu. Kalau kalian bertanya kenapa gak ke rumah nya aja? Jujur, Ana ingin. Tapi tidak enak.

Ana frustasi, merindukan Yuta yang membuatnya bahagia. Tama mengajak Ana untuk menjenguk Yuta. Ana bahagia sangat bahagia. Seminggu merindukan kekasih. Ah, entah dianggap kekasih atau teman.

"Assalamualaikum Bunda," Tama masuk dan salim. Disusul Ana dibelakang nya. "Tama ajak Ana buat jenguk Yuta, gapapa kan?" Tama bertanya kepada Bunda.

"Boleh dong, gimana kue Bunda enak gak?" Bunda bertanya dengan nada sumringah.

"Banget. Yaudah aku mau jenguk Yuta dulu ya,Bun," Ana melangkahkan kaki ke kamar Yuta. Dia gugup bertemu dengan Yuta. Sebelum masuk, dia mengetuk pintu kamar Yuta.

"Yuta," panggil Ana dari arah luar.

"Masuk aja, gak di kunci," setelah mengatakan itu, Ana melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar Yuta.

"Yuta, udah makan?" Ana bertanya dengan lembut dan tersirat nada khawatir dan ingin menangis.

"Udah, kamu gimana disekolah gak ada aku enak?" Yuta mengusap kepala Ana dengan sayang.

"Gak. Kamu gak bales chat aku, aku tanya temen kamu gak pada kasih tau. Tanya Taro jawabannya sama. Mau nangis aku tuh seminggu mikirin kamu.. Hikss," Ana sudah tidak tahan dia menangis didalam pelukan Yuta.

"Maaf, aku gak mau sakit. Tapi-" ucapan Yuta menggantung. Dadanya sesak. "Ana, tolong ambil obat disebelah kamu," Ana panik dan mengambilkan obat yang tadi diunjuk Yuta.

"Nih. Buruan kamu pakai," setelah memberikan itu, Yuta segera menghisap obat itu.

Itu adalah obat untuk penyakit paru-paru. Digunakan jika penyakit itu kambuh. Yuta harus selalu sedia membawa obat itu kemana pun.

"Yang Bunda dan Teman-teman kamu bilang bumerang itu, penyakit kamu?" Ana bertanya dengan heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Yang Bunda dan Teman-teman kamu bilang bumerang itu, penyakit kamu?" Ana bertanya dengan heran.

"Iya. Mereka selalu ingetin aku biar gak munculin penyakit ini. Tapi setelah ketemu kamu, aku gak bisa kontrol," Yuta membeberkan kebenaran nya. "Bukan salah kamu, ini aku aja yang tambeng. Aku gak boleh terlalu bahagia dan terlalu sedih Ana. Sewaktu-waktu penyakit ini muncul lagi," Ana sudah menangis dipelukan Yuta.

"Maaf Yuta, aku bakal jaga kamu sebisa aku. Ya, terserah orang mau bilang terbalik atau apa. Yang penting kamu bisa sama aku. Aku udah terlalu sayang sama kamu hiksss," Ana menangis sesunggukan didalam pelukan Yuta.

"Udah gapapa, besok aku udah boleh masuk. Kita turun yik," Yuta mengajak Ana untuk turun.

Mereka turun dan sudah menemukan Bunda yang memasak, Tama dan Taro yang bercanda. Ayah sedang ada diluar kota dan kemungkinan akan pulang esok hari.

"Bunda, sini biar aku bantu," Ana membantu Bunda memasak sayur.

"Kamu udah tau Yuta sakit apa?" Ana menggeleng sebagai jawaban. Dka hanya tau itu obat penyakit paru-paru. "Yuta punya penyakit asma. Dokter nya bilang dia gak boleh terlalu bahagia atau terlalu sedih. Itu kenapa Bunda gak ngizinin Yuta terlalu bahagia," kini Ana tau penyakit Yuta.

"Apa Yuta bisa sembuh?" Ana bertanya dengan nada khawatir.

"Bisa. Kita doa aja" setelah itu, Ana membawakan makanan tersebut ke meja makan dan mereka makan bersama. Setelah makan, Ana dan Tama pamit pulang.

•••••
Di perjalanan, Tama bercerita seru kepada Ana. Ya, Ana masih mengkhawatirkan Yuta. Tapi, Tama sebisa mungkin membuat Ana tersenyum. Bukan hati Tama ingin merebut Ana, tapi Tama tidak tega melihat Ana murung.

"Nah udah sampe, jangan lupa besok sekolah. Jangan sedih-sedih entar Yuta tau dia juga sedih," Tama mengusap puncak kepala Ana. Setelah itu Tama pulang kerumahnya.

Didalam rumah, setelah An salim kepada Ayah dan Mama, dia mengurung diri dikamar. Ditanya Mama sudah makan atau belum jawabannya sudah. Ana mencari penyakit yang Yuta alami. Ana terkejut, laki-laki seriang Yuta mengalami penyakit yang parah. Dia bertekad akan menjaga Yuta, seperti Yuta menjaga dia.

Setelah itu, Ana mandi dan shalat Isya. Dia berdoa kepada Tuhan, agar Yuta sembuh dan bisa berpergian bersamanya.

••••••
Pagi harinya, Yuta sudah berada didepan rumah Ana. Niat hati ingin berangkat bersama dengan sang pujaan. Yuta memencet bel rumah Ana, Ana sudah keluar dan dia menemukan Ayah Ana disana. Dia menyalami Ayah dan Mama Ana.

"Ana bareng saya gak apa-apa kan, Om?" tanya Yuta kepada Ayah Ana.

"Iya gapapa. Biar Chandra sama Om," setelah itu, mereka pamit untuk pergi bersama.

Dijalan mereka tertawa bahagia. Ana yang bahagia Yuta bisa lumayan sembuh dan Yuta yang bahagia bersama Ana. Yuta selalu berdoa agar Yang Maha Kuasa masih berbaik hati untuk memberikan kehidupan yang Yuta idamkan bersama sang pujaan.

Kini mereka telah sampai di sekolah, mereka berjalan bersama dikoridor sekolah. Yuta kembali pecicilan, Ana mengingatkan Yuta agar tidak terlalu pecicilan, ya Yuta tidak peciiclan dalam satu menit dan kembali lagi pecicilan.

"Vika, muka kamu glowing. Pakai apa tuch?" tanya Yuta saat sebelahnya Vika.

"Aer wudhu," Vika tau Yuta hanya bercanda. Setelah itu, mereka bercanda bersama. Ana kesal, karena Yuta tidak ingat jika dia baru saja sembuh. Setelahnya, mereka telah sampai di kelas Ana.

"Udah sana. Udah sampe kelas aku juga," Yuta tidak mendengarkan perkaataan Ana. Dia tetap mengikuti Ana. Lagi, dia melihat bekal sarapan dari seseorang untuk Ana.

"Harus ga aku cari tau siapa?" tanya Yuta kepada Ana. Ana bingung jadi dia diam saja.

~~~~
Vote dan comment. Karena vote dan comment kalian berguna untukku.

Terimakasih

[✓] NAYUTA || YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang