18•

12 2 0
                                    

Hari Jum'at pun tiba. Banyak anak murid yang pasrah dimarahi oleh orang tuanya karena nilai mereka yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Ada juga yang bahagia mendapati nilai yang mereka inginkan.

Nayana bahagia karena nilai nya tidak parah.  Dia sangat senang saat Mama nya memujinya karena nilainya. Nilai Chandra juga lumayan bagus. Ana jadi ingin tau nilai Yuta.

Baru saja di pikirkan Yuta dan Bunda lewat didepan mereka. Ana mengajak Mama nya untuk berkenalan dengan Bunda nya Yuta. Kini mereka berhadapan di depan Bunda dan juga Yuta.

"Bunda," merasa terpanggil, Bunda nengok dan mendapati kekasih anak nya jalan bersama dengan ibunya. "Kenalin ini Mama nya Ana,".

"Saya Bunda nya Yuta,Bu," Bunda menjabat tangan Mama Ana.

"Saya Mama nya Ana. Baru pertama kali ya Mama ketemu sama Bunda mu, Yut," Yuta hanya cengengesan disebelah Ana.

"Yuta suka repotin ya Bu kalau main?" Mama tersenyum seraya mengusap kepala Yuta.

"Engga Bu. Sama sekali engga. Karena Yuta juga, Ana jadi tau daerah Jakarta. Sebelumnya dia anaknya tuh mageran. Jadi, pas deh ketemu Yuta jadi seneng jalan-jalan," Bunda tersenyum mengetahui anaknya menjadi pria yang baik.

"Yaudah Bu, kapan-kapan main ya kerumah saya. Nanti saya siapin makanan yang wenak tenan. Kalau gitu permisi," sepeninggal Bunda, Yuta juga pamit kepada Mama dan Ana karena akan langsung pulang setelah mengambil rapot 2 putranya.

Mama dan Ana juga memutuskan untuk pulang. Karena tidak enak rumah ditinggal lama-lama. Teman-teman Chandra sedang main dirumah mereka.

••|••

Dirumah Ana, suasana sangat ramai oleh teman-teman adiknya yang berisik. Ana kekamar dan turun lagi untuk membantu Mama menyiapkan camilan untuk mereka.

Sampai diruang tamu, keadaan benar-benar berisik. Jeno, Arjuna, Rendy, Jivanka dan Taro yang bermain game dengan rusuh. Chandra yang tertawa melihat teman-temannya saling mengejek satu sama lain. Dan pandangan Ana jatuh kepada Hakim. Ana tau jika Hakim pasti sangat sedih.

"Berisik banget sih. Kalau Lo pada berisik gue kasih air panas ni minumannya," mereka tidak lagi ribut.

"Ah elah Mba. Lagi seru juga. Nih si Juna bego banget mainnya," yang di tunjuk pun tidak terima.

"Lu gak pernah masuk ruang ICU ya? Kalo belom gue hajar lu terus biar lu masuk ICU," Arjuna sudah ancang-ancang ingin membogem temannya itu. Tapi tidak jadi karena teriakan Hakim.

"JANGANN," Hakim mengatakan sambil menutup telinga nya dengan tangan.

"Hakim. Gak usah takut oke? Ada Mba, Mama, Ayah dan teman-teman kamu disini. Oke Hakim tenang dulu," Ana membawa Hakim kedalam pelukannya. Tak lama, Mama datang masih memakai celemek. Dia terkejut mendengar teriakan Hakim.

"Hakim kenapa, sayang? Hakim ikut Mama kebelakang yuk," Hakim menurut apa yang dikatakan oleh Mama. Mereka bertiga berjalan ke arah belakang. Teman-temannya tetap diruang tamu dan menunggu Hakim sendiri yang bercerita.

"Sekarang Hakim cerita ke Mama. Hakim kenapa?" Hakim masih diam seperti orang linglung.

"Hakim cerita aja sama Mama. Hakim yakin kan kalau Hakim akan dilindungi sama Mama dan Ayah?" Hakim mengangguk.

"Ma, Ha...Hakim trauma Mah. Hakim gak bisa liat orang angkat tangan untuk memukul. Hakim sering dipukul Papah. Hakim trauma Ma..." Mama membawa Hakim kedalam pelukannya.

"Ada Mama, kamu tenang aja. Lebih baik kamu cerita ke teman-teman kamu biar mereka menjaga kamu. Kalau kaya gini, mereka gak tau kan kamu kenapa?" Hakim mengangguk dan pergi ke ruang tamu. Ia menceritakan segala masalahnya kepada teman-teman nya itu.

[✓] NAYUTA || YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang