Setelah pelajaran telah usai Zico langsung bergegas menuju ke kelas Vanya dan Ara. Pagi tadi, dia sudah berjanji akan kembali lagi.
"Nya!" panggil Zico, Vanya langsung menoleh bersamaan dengan Ara yang ikut menoleh ke sumber suara.
Zico menatap Vanya dan Ara secara bergantian. Begitupun Vanya yang mengikuti arah mata cowok itu.
"Ke-kenapa?" tanya Vanya, kepada Ara.
Ara hanya menggeleng pelan, "Eh, cuma kaget doang." alibinya, padahal Ara sangat merindukan Zico.
"Ayo makan! Gue takut kalo lo sakit." ucap Zico, langsung menarik pergelangan tangan Vanya dan mengajaknya untuk pergi ke kantin.
Ara hanya menatap punggung kedua pasangan tersebut. Bayangan saat Zico menggandeng tangannya dan tingkah lucu Zico yang berhasil membuatnya tertawa, seketika muncul dipikirannya.
Dinda yang melihat Ara yang sedang menatap kepergian Zico pun ikut merasakan. Dinda langsung menepuk pelan pundak Ara, "Kantin yuk?" ajak Nadia, dan Ara hanya menggeleng kecil.
"Lo aja, gue lagi gak nafsu hehe." ucap Ara, kemudian gadis itu menenggelamkan kepalanya kembali.
"Lupain Zico! Dia gak baik buat lo." ucap Dinda.
Ara berdecak kecil, "Gak usah bawa-bawa Zico, Din. Dia gak tau apa-apa!"
"Lo pikir gue harus percaya? Enggak! Karena gue tahu perasaan lu kek gimana." jelas Dinda.
"Ngapain gue suka Zico! Sedangkan gue sendiri udah punya pacar."
"Iya." Dinda hanya mengalah, agar tidak terjadi perdebatan lagi dengan Ara.
"Gue mau tidur, jangan diganggu dulu." ucap Ara memberitahu Dinda.
***
Seperti biasa suasana kantin siang ini sangat ramai. Kebanyakan siswa dan siswi disini memilih untuk membeli makanan di kantin sekolah, daripada harus repot-repot membawa dari rumah.
Vanya kini sudah duduk di deretan meja kantin bersama dengan Ogi dan Seka. Sementara Zico sedang menunggu pesanan dibalik antrian yang cukup panjang.
"Udah lama gak ketemu, lo makin cantik aja." goda Ogi, sedangkan Vanya hanya terkekeh kecil.
Vanya sudah kenal dekat dengan beberapa teman Zico. Jadi jika salah satu diantara mereka menggoda dirinya. Justru Vanya tidak perlu memasukan hal itu ke hati. Karena ia tahu, jika Zico dan teman-temannya adalah tipikal cowok humoris.
"Daripada lo, gak tinggi-tinggi." sindir Vanya, dan berhasil membuat Ogi mencibirkan mulutnya.
"Ck! Segitu aja, langsung dimasukin ke hati. Dasar baperan!" ucap Seka.
"Gapapa baperan, yang penting gak fucekboi!" jawab Ogi.
"Sendirinya ga nipak ye?" tanya Seka.
"Gak nipak gimana?" Ogi balik bertanya.
"Kita ini, tipikal cowok yang udah di cap fucekboi oleh kaum wanita. Paham?" ucap Seka.
"Lo aja! Gak usah ngajakin gue."
"Segitunya lo ke gue!"
"Apa? Kenapa?"
"Gak papa! Males gue ngobrol sama lo."
"Yaudah! Gak usah ngajakin ngobrol." ucap Ogi, cowok itu langsung pindah ke kursi disamping Vanya.
Zico datang sambil membawa satu nampan berisi bakso. Kemudian ia langsung duduk disamping Vanya. "Lo berdua, habis ngapain?" tanya Zico.
"Biasa adik kakak." jawab Vanya, dan Zico hanya ber' oh saja.
Mereka langsung melahap jajanan bakso masing-masing. Tanpa membuat kegaduhan diantara mereka satupun.
"Pulang sekolah, anterin gue beli es krim ya?" ucap Vanya.
Zico langsung menoleh, "Iya, kemana aja." Vanya tidak menjawab, gadis itu kembali melahap bakso yang dipesan Zico tadi.
"Eh, Zi! Besok malam kita ada job manggung nih." ucap Seka.
"Dimana?"
"Di kafe dekat danau, kalo gak salah."
"Yaudah, seperti biasa ya. Lo duluan aja,"
"Oke siap."
"Gue boleh ikut?" tanya Vanya.
"Boleh, nanti gue jemput." ucap Zico.
Setelah selesai makan, mereka langsung bergegas menuju ke kelas untuk mengikuti pelajaran kembali. Saat Vanya hendak duduk di kursi miliknya, gadis itu mengurungkan diri karena melihat gadis dibelakang mejanya sedang tertidur pulas.
"Eum, hello?" sapa Vanya, kepada Ara.
Namun, Ara tetaplah Ara! Jika soal rebahan dan tidur adalah salah satu kesukaan gadis itu. Dinda yang melihat Vanya hendak membangunkan Ara pun langsung berdiri, dan menghentikan Vanya.
"Jangan diganggu! Dia lagi kecapean." ucap Dinda, dan Vanya hanya tersenyum kecil. Gadis itu langsung kembali menuju mejanya.
Vanya menatap Ara hingga lekat. Sejujurnya ia hanya ingin mengatakan jika dia dan Zico adalah teman kecil, tidak ada hubungan lebih dari keduanya. Vanya tahu jika Ara menyukai Zico, jadi sebelum Ara salah paham kepada dirinya. Ia harus mengatakan hal itu secepatnya.
***
Pelajaran terakhir telah usai, kini Zico dan Vanya sedang berjalan menuju ke parkiran untuk mengambil motor dan bergegas ke toko es krim.
"Ara, suka sama lo." ucap Vanya tiba-tiba.
Zico hanya terkekeh, "Tau dari mana lo?"
"Ck! Gue bisa tau dari tatapan dia, Zi." jawab Vanya.
"Gak usah dibahas!" ucap Zico, karena meskipun memang benar jika Ara menyukainya juga percuma! Ara sudah memiliki kekasih dan hadirnya Zico untuk apa? Jadi lebih baik ia, memilih untuk menjaga Vanya dan melindungi Ara.
"Jadikan kita ke toko es krim?" tanya Vanya.
Zico hanya mengangguk. "Jangan lama-lama ya, gue mau latian soalnya."
"Iya."
Zico langsung melajukan motornya ke jalanan ibukota. Mengantarkan gadis kecilnya untuk menikmati segelas cangkir es krim. Lagipula ia juga ingin menghabiskan waktu bersama dengan Vanya. Saat seperti dulu, sebelum Vanya dipindahkan ke Belanda untuk mengikuti Olimpiade antar Negara.
___________
Jangan lupa tinggalkan jejak!
Maaf jika di part ini, ceritanya sedikit:)
Semoga gak sampe bikin kalian, bosan ya hehe.Love u all❤️
@Septianaarzc_
Indramayu, 04 Maret 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzico
Teen FictionPublish : Kamis, 16 Juli 2020 Finish : -- Rank: #1 In Fristkiss[17072020] #1 In Ogi[18082020] #1 In Ceritaremajasma[23072020] #1 In Seka[25012021] #5 In Fristlove[18042021] #9 In Kinara[17042021] _______ Cover by Pinterest Arkean Zico Pradipta, cowo...