Part 16

24 6 0
                                    

Hai? Author is kombek hehe:v
Sebelumnya minta maap nih ye, author lagi sibuk banget:) dan alhamdulillah baru bisa up sekarang:v

Btw, ada yang rindu Zico sama Ara enggak nih? Kalo ada skuy! Spam di tiap paragraf ya:v

Selamat membaca❤️.
__________________________

"Sekarang bukan soal cinta lagi, tetapi soal siapa? Yang berani melindungi separuh jiwa, walaupun jiwa itu sudah diisi oleh orang lain."

_Arkean Zico P_

Setelah mengantar Ara pulang, justru Zico tidak langsung menuju kerumahnya, melainkan ke tempat yang sering cowok itu datangi jika suasana hatinya sedang tidak baik. Zico memang sudah tahu soal konsekuensi jika mencintai seseorang itu akibatnya apa? Begitupun dengan perasaanya yang sekarang. Namun, bukan Zico namanya jika harus mundur pelan-pelan.

"Aku iso mundur, tapi ora karo atiku."

Zico memarkirkan motornya disebelah danau, ingatan tentang masa lalu yang pernah singgah dihatinya kini kembali terbayang. Jika waktu bisa diputar kembali, justru Zico tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu lagi.

Zico duduk disebuah kursi pohon buatannya sendiri, tempat ini adalah bukti perjuangan seorang Zico mencintai seseorang.

"Aku mencintainya, namun aku sadar? Jika terlalu berambisi, justru yang aku dapat bukan dirinya, melainkan perpisahan." ucap Zico

Zico menatap ke arah pohon yang cukup rindang, ada bekas coretan hasil buatan Zico dengan pisau, coretan itu mengukir sebuah namanya dengan nama seseorang.

"Hai, apa kabar? Semoga kamu baik-baik saja disana ya? Gadis cantik, aku rindu. Kamu ingat tidak? Saat pertama kali kita bertemu? Jika diingat-ingat, jujur saja! Aku malu, entah aku juga tidak sadar jika aku akan melakukan hal itu di depanmu, hai? Ingatkah tempat ini, tempat yang kamu inginkan dan menyuruhku untuk membuatnya? Masih tertata rapih, dan masih aku rawat dengan baik. Sebaik cintaku padamu, meski kamu sudah tidak ada disini? Bersamaku. Aku ikhlas, aku sadar, memang sudah catatan takdir, jika ada laki-laki pasti ada perempuan, dan aku sadar! Jika ada pertemuan, pasti akan ada perpisahan. Maafkan aku, yang sampai sekarang masih mencintaimu, yang masih mengharapkan kehadiranmu, ya meski semua itu adalah fana! Hai gadis, aku sudah berhasil mencari penggantimu, sedikit demi sedikit aku bisa menaruh hati kepada orang lain. Tetapi kamu tau tidak? Perasaan itu sekarang harus ku simpan lagi. Bukan karena aku tidak ingin berjuang seperti saat aku memperjuangkan kamu dulu, tetapi aku sadar! Untuk mencintai seseorang tidak harus dengan berambisi, aku takut hal yang dulu terjadi? Kini terulang kembali. Lebih baik aku yang sakit, daripada harus melihat orang yang aku cintai sakit."

Zico menatap danau yang ada didepannya, jika sudah mengingat kenangan bersama gadis masa lalunya. Justru, membuat separuh semangat Zico rapuh. Namun itu sudah coretan takdir, tidak ada yang bisa mengubah takdir, apalagi menghindari takdir itu.

"Aku pulang, Gadis." ucap Zico, lalu ia menghampiri sepeda motornya.

_____

"Gue kok jadi kasian sama Zico ya?" ucap Ogi kepada Adam.

Sementara Adam hanya mengerutkan keningnya, "Tumben, kena setan apa lo?" tanya Adam langsung.

"Ck! Udah berapa tahun si Zico gak berani buka hati untuk cewek, eh sekalinya buka hati si doi udah ada pawangnya." ucap Ogi dan hanya diangguki saja oleh Adam.

"Jangan gitu! Diam-diam juga Zico itu cowok kuat, ditinggal pergi sama ceweknya aja dia tetap tegar, padahal kita tahu kalo hatinya dia itu rapuh." ucap Adam

"Lo bener, gue aja sampe salut banget." ucap Ogi

"Btw, tuh bocah kemana ya?" tanya Adam kepada Ogi.

"Lah iya, apa mungkin dia nganterin si Ara?" tanya Ogi berbalik kepada Adam.

"Anjir! Mana gue tahu, kan sejak tadi gue sama lo terus." ucap Adam.

"Iya emang, tapi kan bisa jadi dia nganterin si Ara atuh." ucap Ogi.

"Dah lah, daripada mikirin si Zico kemana? Lebih baik kita berdua pulang aja." terang Adam.

"Yaudah, lagian juga badan gue udah capek banget nih."

"Kalo nanti malam mau nongky-nongky ajak-ajak gue ya," ucap Adam dan Ogi hanya mengangguk saja.

Merasa bosan dengan obrolan yang tidak ada gunanya, Adam dan Ogi memilih untuk pulang ke rumah masing-masing, mereka berdua juga sudah sepakat untuk mengajak si Zico untuk berkumpul ditempat biasa.

Sementara Zico, cowok itu sudah sampai dirumahnya. Setelah selesai mengantar Ara dan sibuk mengingat masa lalu, akhirnya rasa bosan menghampiri cowok itu.

"Zico? Tadi si Vanya nelfon lho." Ucap Anika yang baru saja keluar dari dapur.

"Vanya?" tanya Zico sambil mengingat nama gadis itu.

"Iya Vanya, kamu lupa?" tanya Anika lagi.

"Eum, bentar deh. Kayaknya Zico agak lupa hehe," ucapnya sambil meringis.

"Astagfirullah, Zico! Kamu tuh masih SMA tapi suka lupa, gimana nanti kalo udah besar?" tanya Anika dan Zico hanya meringis.

"Ya maap, Zico kan sibuk mah." alibinya.

"Sibuk, sibuk! Sibuk mikirin cinta iya." protes sang mamah, membuat Zico tertawa kecil.

Memang jika urusan hal sepele seperti ini, Anika sudah paham apalagi soal percintaan Anak-anaknya. Zico menghampiri sang mamah, lalu memeluk wanita yang tergolong masih muda itu, dielusnya pipi yang tidak terlihat sedikitpun kulit yang keriput.

"Mamah tau aja deh, utututu makin cinta." ucap Zico bak seperti anak kecil.

"Eh ngapain? Pasti kalo kaya gini kamu itu mau minta sesuatu," ucap Anika dan Zico hanya memperlihatkan senyumnya saja.

"Sip lah, mamah itu udah mirip kek cenayang tau gak? Apa-apa udah tau duluan," ucap Zico membuat Anika tersenyum kecil.

"Heh apa?" ucap Anika seketika sadar, jika dirinya disamakan dengan cenayang oleh anaknya sendiri.

"Bukan itu, ya masa mamah mirip cenayang. Maksud Zico-" ulang Zico agar mamahnya mengerti.

"Oh jadi mau kamu apa," potong Anika cepat.

"Eum gini, kalo ada kabar soal Vanya mau kesini, kabarin Zico ya." ucap Zico sementara Anika menyerngitkan dahinya.

"Lho kenapa?" tanya Anika karena bingung dengan ucapan anaknya itu.

"Males aja." ucap Zico kemudian langsung masuk kedalam kamar lalu menguncinya, karena takut sang mamah akan mengamuk.

"Heh Zico! Kamu gak boleh kayak gitu sama si Vanya." teriak Anika dan Zico hanya terkekeh kecil dibalik pintu kamarnya.

Zico merebahkan seluruh badannya diatas kasur. Hari yang cukup melelahkan dan menguras seluruh batinnya, entah kenapa jika soal percintaan justru Zico malah kembali ke masa dimana ia harus merasakan trauma lagi.

"Aaaarrghh, kok tiba-tiba ngantuk ya." ucapnya, kemudian Zico perlahan menutup matanya dan tidur.

Bagi Zico, cinta itu hanya judul, dan manusia adalah aktornya. Jika yang satu menyakiti, maka sisanya adalah yang disakiti. Jika berteman dengan cinta, maka kamu akan berteman dengan kecewa.

Indramayu, 29 November 2020.

ArzicoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang