Part 22

10 3 0
                                    

Happy Reading❤️

Tin!

Zico baru saja sampai didepan rumah Ara. Cowok itu keluar langsung keluar dari mobilnya, sedangkan Vanya memilih untuk tetap di mobil. Malam ini, ia memilih untuk membawa mobil karena harus menjemput Vanya dan Ara. Gak bisa dibayangin kan, gimana kalo Zico memilih untuk membawa motor saja? Yanga ada dirinya dibikin memar oleh kedua gadis itu.

Zico
Gue udah ada di depan.

Ara yang baru saja selesai dandan pun langsung mengambil ponsel miliknya diatas meja. Gadis itu langsung tersenyum kecil, ia langsung bergegas menuju ke bawah untuk menemui Zico.

Ara baru saja mengunci pintu rumahnya. Sebab kedua orang tuanya sedang pergi keluar kota karena harus melanjutkan bisnis mereka. Ara sempat dibuat terpesona oleh Zico, malam ini Zico dengan setelan celana jeans hitam serta dengan kemeja yang berbalut dengan kaos polos itu memberikan kesan sangat tampan untuk malam ini.

Zico yang merasa seperti ada yang memperhatikan pun lantas menoleh ke arah pintu, dimana seorang Ara yang sedang berdiri menatapnya.

Zico lantas segera berdiri. "Udah siap?"

Ara masih terdiam dengan lamunannya tentang Zico malam ini. "Ar?" panggil Zico, tangannya mengibas-ngibaskan ke arah wajah gadis itu.

Namun Ara masih tetap melamun, membuat Zico menghela nafas pelan. Cowok itu langsung menarik tangan Ara, jika ia tidak melakukan hal itu. Kemungkinan Zico akan terlambat untuk datang nanti.

Ara yang tak siap pun langsung menabrak punggung Zico. Gadis itu meringis pelan sembari mengusap hidungnya yang sedikit sakit. "Lo kalo mau narik bilang-bilang dong, sakit tau!" ucap Ara.

Zico hanya berdehem saja, "Lo dibelakang sama Vanya." ucap Zico.

Cowok itu langsung masuk ke dalam mobil. Berbeda dengan Ara, gadis itu menatap Zico dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Apakah dirinya tidak salah dengar? Vanya? Ah, ia pikir malam ini Zico hanya menjemputnya saja. Ternyata ia juga menjemput Vanya, orang yang baru beberapa hari ini sedang dekat dengan Zico.

Tin!

Zico menekan klakson mobil agar Ara segera masuk. Gadis itu terpejam sekilas, saat suara klakson yang ia tahu ulah dari Zico berhasil membuatnya kaget. Gadis itu langsung masuk kedalam mobil, disana sudah ada Vanya yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Hai?" sapa Vanya, masih dengan senyum manisnya.

Ara membalas senyum Vanya, "Maaf, lama ya?" tanya Ara, agak sedikit canggung.

Vanya hanya menggeleng pelan. "Jangan kebanyakan melamun." itu bukan suara Vanya, melainkan suara Zico.

Ara dan Vanya menatap ke arah depan, gadis itu hanya tertawa kecil. Sedangkan Ara hanya meringis mendengar ucapan dari Zico.

Zico kini melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Jika tidak ada dua gadis dibealakangnya itu, kemungkinan sekarang ia sedang mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.

"Gue seneng banget, pas Zico bilang lo juga ikut." ucap Vanya.

Ara menoleh ke arah gadis itu, ia hanya mengulas senyum ke arah Vanya. Senyum yang mengartikan antara dia ikut senang atau sebaliknya. Ara kembali fokus melihat jalanan Ibukota yang ada disampingnya.

ArzicoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang