Maaf,typo bertebaran!!!
Happy reading :-)
Dua bulan sudah kehamilan dini,tapi Revan masih saja khawatir.masalahnya dini tak mau makan dan jika ada makanan yang masuk sedikit saja,pasti tak lama langsung di muntahkan.kadang Revan merasa menjadi orang yang tidak berguna untuk istrinya,karena tak tahu cara untuk menghilangkan rasa sakit istrinya itu.
Bunda dan mertuanya sangat senang dengan berita kehamilan dini.mereka pun turut membantu menjaga dini.tapi sama sekali tidak ada yang bisa mengurangi morning sicknes yang dini derita.
Selama ini Revan selalu mendapatkan apa yang dia mau dengan mudah.Tapi kali ini dia sampai frustasi melihat dini yang semakin hari semakin kurus.Dokter yessi sampai mewanti Revan untuk membujuk dini supaya dirawat di rumah sakit.Tapi dini dengan kekeh tak ingin di rawat di rumah sakit.jadilah Revan yang sekarang bekerja dari apartemen karena tak ingin meninggalkan istrinya sendirian.kadang mama ira atau bunda rita akan bergantian menjaga dini saat dirinya ada rapat penting yang tak dapat diwakilkan oleh asistennya.
Seperti saat ini,Revan sedang membersihkan wajah dini sehabis muntah.dengan telaten Revan mengelap wajah dini menggunakan tisu basah.
"Sudah muntahnya??"tanya Revan dan di iyakan dini dengan nafas yang terengah.
Menyandarkan dini di kepala ranjang,Revan mengambil air hangat dan membantu dini untuk minum.
"Makasih mas,maaf merepotkan mas terus."ucap dini dengan suara lemah.kadang dini merasa bersalah melihat Revan yang kurang istirahat.suaminya selalu ada untuknya,kadang sangking lelahnya Revan tak sadar tertidur sambil duduk di sofa.
"Siapa bilang mas repot? Mas senang bisa ada disini nemenin istri mas dan baby."bisik Revan sambil mengelus perut dini yang belum tampak membesar.
Dini pun tersenyum bahagia,dimana lagi dia bisa mendapatkan suami yang seperti ini.dini jadi teringat pembicaraan mereka minggu lalu tentang kuliahnya.
Flashback seminggu lalu
"Dini gak usah kuliah dulu ya mas,dini mau fokus sama kehamilan dini dulu."ucap dini saat sedang duduk di balkon.padahal awalnya dini bersikeras pengen kuliah sampai ingin menolak perjodohannya hanya karena ingin melanjutkan studinya bersama sahabat tercintanya.
"Kamu yakin? Mas gak papa kalo kamu memang mau kuliah dengan teman-temanmu.ada juga kok yang kuliah sambil hamil."jelas Revan perlahan,sambil mengelus puncak kepala dini.
"Yakin mas,dini mau fokus sama baby dulu.Mas gak malu kan punya istri tamatan sma doang,secara mas kan udah s3."
"Kenapa mas harus malu,malah mas bangga sama istri mas karena lebih memilih menjaga anak mas dari pada kuliahnya.Tapi mas juga merasa bersalah karena menghamili kamu saat kamu belum menyelesaikan studi kamu." Melihat wajah muram Revan dini pun memeluk Revan dari samping,mencoba menenangkan Revan,kalau dia gak masalah dengan itu.
Flashback selesai.
Suara dering ponsel membuyarkan lamunan dini.ingin memanggil Revan memberitahu ponselnya berbunyi pun tak jadi melihat betapa lelapnya Revan tertidur.
Mencoba mengabaikan,tapi ponsel Revan kembali berdering.Tak ingin tidur Revan terusik dini mengambil alih untuk mengangkat telponnya takut ada hal penting.saat melihat layar ponsel,nama viona tertera disana.viona adalah sekretaris Revan yang suka memakai pakaian minim,dan dini tak suka melihatnya.bagaimana bisa dia bekerja dengan penampilan seperti akan ke klub malam.dengan malas dini menggeser ikon hijau yang tertera di ponsel dan suara mendayu viona langsung terdengar.
"Hallo pak, satu jam lagi ada rapat terkait pembangunan resort di bali.dan rapat ini tidak bisa di gantikan,harus bapak yang tangani langsung."Suara viona terdengar mendesah di akhir kalimatnya.
Tak ingin menjawab,dini lebih memilih mengakhiri telpon viona.dengan pelan dini membangunkan Revan.
"Mas...bangun Mas...Mas Revan..."
Mendengar suara dini,mata Revan terbuka dengan sempurna.takut terjadi sesuatu,tapi melihat dini disampingnya,Revan bisa bernafas lega."kenapa sayang,kamu butuh sesuatu?"tanya Revan sambil mendudukkan dini di pangkuannya,refleks dini mengalungkan tangannya di leher suaminya.
"Gak mas,tapi tadi sekretaris kamu yang genit itu telpon,katanya ada rapat penting."Dini mengatakan itu dengan wajah merenggut.
Mendengar itu Revan menepuk pelan kepalanya."oh yaa,mas lupa ada rapat hari ini.Tapi kenapa bibirnya gini,pengen di cium yaa?"Revan bertanya sambil tersenyum lebar.
"Ish...Mas mesum banget sih,dini kesal sama sekretaris mas.pecat aja si viona itu,terus cari sekretaris baru yang cowok tapi." Dini masih mencebikkan bibirnya.
"Kenapa dipecat? Viona bagus kok kerjanya...."kalimat Revan langsung dipotong dini.
"Oh..jadi kerjanya bagus,pakaiannya juga bagus bisa langsung ngundang orang berpikiran mesum.gitu maksud mas? Ya udah sana pergi ke kantor udah ditunggu sama sekretaris kesayangannya."Dini bangkit dari pangkuan Revan dan menjauh kembali ke tempat tidurnya dengan berlari kecil.
Revan yang melihat dini berlari pun terkejut dan dengan refleks membentak dini."Radini!!!jangan lari seperti itu.bisa gak sih kamu berjalan dengan pelan.kalau kamu jatuh dan terjadi sesuatu dengan anak aku gimana?"
Dini terkejut Revan membentaknya."Kamu bentak aku mas."ucap dini dengan mata berkaca-kaca.
"Gimana aku gak bentak kamu kalau kamu membahayakan anak aku!!"teriak Revan.
Dini yang mendengar ucapan Revan pun meradang."apa mas bilang,ini anak mas? dengar yaa pak Revan yang terhormat ini bukan hanya anak anda tapi anak aku juga.jadi gak usah sok peduli,aku bisa menjaganya.sekarang lebih baik anda pergi menemui sekretaris anda."balas dini dengan suara tajamnya.
Revan hanya bisa mengusap wajahnya kasar,dia tidak bermaksud membentak dini.dia hanya tak mau terjadi sesuatu dengan bayi mereka.Revan pun memilih keluar menenangkan dirinya,kalau tetap dikamar dia takut akan menyakiti dini lagi.
Air mata yang sejak tadi di tahan pun akhirnya luruh juga.apalagi melihat Revan yang memilih keluar alih-alih mencoba untuk membujuknya.dalam pikirannya dini sudah berasumsi macam-macam,apa Revan punya hubungan khusus dengan sekretarisnya? Kenapa Revan bersikukuh untuk tidak memecatnya,padahal dini sudah berulang kali menyuruh Revan untuk memecatnya.
Tak lama karena terlalu banyak berpikir dan menangis dini pun terlelap dengan sendirinya.
Sedang Revan sekarang termenung mengingat bentakkan dan teriakkan tadi.tidak seharusnya dia membentak dini sampai berteriak seperti itu.Tapi tadi dia terlalu takut melihat dini yang lagi lemas berlari.Revan terlalu takut untuk melihat dini jatuh dan membahayakan janin yang sedang dikandungnya.
Ini bukan seperti pikiran dini yang tak mau Revan memecat viona karena menyukainya.Revan memang sudah muak dengan cara berpakaian viona,tapi dia tak mungkin memecat seseorang hanya karena cara berpakaiannya.selama ini viona bekerja dengan sangat baik,hanya cara berpakaiannya yang salah padahal sudah sering Revan menegurnya.
Apa yang harus dilakukannya sekarang? Dini pasti sakit hati dengan perkataannya tadi.Tapi sekarang dia harus bersiap ke kantor karena rapat akan segera dimulai.
Bangkit dari duduknya Revan membuka pintu kamarnya pelan,dan melihat dini yang sedang tertidur lelap.wajahnya menampakkan airmata yang sudah kering,pasti tadi dini menangis.Revan menyesal telah menyakiti hati istrinya itu.padahal Revan tahu kalau dini sedang hamil dan hormonnya masih tidak stabil tapi tadi dia refleks tak sengaja saat membentak dini.
Dengan raut wajah yang penuh penyesalan,Revan bersiap untuk ke kantor dulu.nanti sepulang dari kantor dia akan meminta maaf pada dini.Tapi sebelum pergi tak lupa Revan menghubungi bundanya untuk menemani dini karena ada rapat,yang langsung di Iya kan oleh bunda rita.
Jangan lupa pencet bintang dan comment yang membangun!!!
Trims :-)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband,my Teachers (End)
Teen Fiction(Cover di ambil di pinterest) "dijodohin ma,tp aku kan masih sekolah ma,masa aku nikah sekarang seh,belum lagi kuliah".Dini berusaha untuk menolak rencana perjodohan ini. "ini sudah menjadi keputusan mama dan papa,dan gak bisa d ganggu gugat".kekeh...