31

2.6K 147 0
                                    




       Typo bertebaran!!!





                   Happy reading :-)




      Tujuh bulan sudah umur kandungan dini, selama itu mereka terlihat baik-baik saja,walau terkadang ada saatnya Revan kewalahan dengan ngidam dini yang aneh dan tak tepat waktu.

        Seperti saat ini,dini ngidam pengen makan es teller di jam dua pagi.dimana Revan mencari penjual es teller dini hari.

     "Besok aja yaa,ini tu jam dua pagi lho Din, dimana ada penjual es teller, yang ada orang jualannya dah tidur."Revan berbicara masih dengan mata terpejam.

      "Mas.. tapi aku gak bisa nunggu sampai besok.di kepala aku tuh sekarang cuma ada es teller.rasanya pasti seger banget mas,aku gak sanggup kalau harus nunggu sampai besok.ayolah mas...?"paksa dini dengan suara rengekan manjanya.

     Revan masih diam,tak mau menanggapi lagi ucapan dini,ayolah dia sangat lelah hari ini,tadi selesai mengajar,Revan langsung berangkat ke kantor.dan dia baru pulang jam 11 malam,di tambah dini tadi menggodanya untuk berperang di ranjang.abaikan itu karena Revan pun senang melakukannya.ha..ha... dia baru saja tertidur satu jam,dan dini dengan seenaknya membangunkannya.

      "Ya sudah,gak usah bangun lagi.biar aku cari sendiri tapi nanti..."belum selesai dini bicara Revan sudah terduduk di kasur dengan mata sayu.padahal dini ingin mengancam Revan tapi tak jadi.

       "Oke...mas Carikan!!!"jawab Revan cepat dan bergegas mencuci mukanya dengan cepat sebelum nyonya radini memberikan ancaman yang akan merugikan dirinya.

      Saat mengambil kunci mobil hendak keluar kamar,dini pun bergegas memakai jaketnya.revan memicingkan matanya melihat dini yang jelas sedang bersiap untuk pergi juga.

      "Kamu dirumah gak boleh ikut!!!"ucap Revan tak terbantahkan.

     "Tapi aku pengen ikut."cicit dini.

      "Gak boleh sayang,biar mas aja yang cari, yang ada nanti kamu capek lagi,belum tentu juga ada yang jual es teller jam segini."jelas Revan lembut.

      Dini pun mencebikkan bibirnya kesal, padahal dia pengen banget ikut mencari penjual es teller.terpaksa dia memakai jurus andalannya, supaya di izinkan ikut.

     "Mau ikut,boleh yaa mas"dini memohon dengan mata yang berkaca-kaca.

     Revan yang melihat drama dini pun hanya bisa menghela nafas dan menganggukkan kepalanya tanda dini boleh ikut dengannya.dalam hati Revan meruntuki sifatnya yang tak bisa melihat tatapan kecewa dini.beda dengan dini yang dalam hatinya tertawa bahagia.

      Sudah satu jam mereka berputar-putar tapi tak ada satu orang pun yang menjual es teller,lain halnya dengan bandrek yang masih ramai karena bisa menghangatkan tubuh pada malam hari.

       Karena tak mendapatkan apa yang dia mau,dini pun mengajak Revan pulang,tapi bukan ke apartemen melainkan ke rumah mamanya.

      Sampai di rumah mertuanya, Revan membantu dini turun dari mobilnya.
  

       "Kira-kira mama udah bangun belum ya."ujar Revan tak enak kalau harus mengganggu mertuanya.tapi dini tak perduli, dengan semangat dia mengedor pintu rumahnya.

                     
      "Assalamualaikum....ma..mama..papa....bang dino!!!"teriak dini dengan suara nyaring.

       "Sayang jangan keras-keras suaranya,nanti mengganggu orang.ini masih jam empat pagi,kamu teriaknya gitu amat."protes Revan,tapi dini tak menghiraukan protesan Revan.

       Dini masih saja menggedor pintu rumahnya,tapi suara teriakan tak lagi terdengar seperti tadi.

       Mama Ira dengan tergopoh-gopoh membuka pintu rumahnya, saat mendengar suara anak perempuannya.

      "Ya ampun dini!!!kamu kenapa kok ke rumah subuh-subuh gini sih?" Tanya mama Ira terkejut dengan kehadiran anak beserta menantunya.

      Dini tak menjawab pertanyaan mamanya,dia menerobos masuk ke dalam rumah dengan hati yang resah,karena ngidamnya belum tercapai.

       "Maaf ma,dini lagi ngidam es teller,tapi tadi kami dah keliling nyari,cuma gak ada yang jualan jam segini."Revan menjelaskan pada mama mertuanya yang melongok melihat sikap putrinya itu.

       "Oh gitu... pantesan.rupanya ngidam tak tercapai."respon mama."eh tapi di kulkas ada sebungkus es teller,tadi dibelikan Dino,gak mama makan soalnya mama tadi udah kenyang."lanjut mama.

       "Bener ada ma?"tanya Revan memastikan,takutnya cuma di PHP in aja sama mertuanya.

       "Bener dong,masak mama bohong sih.apalagi buat cucu mama gak mungkin mama bohong lah."jawab mama Ira dengan nada sewot karena hampir saja menantunya itu berpikir kalau dirinya berbohong.

      "Okay, Revan masuk dulu ya ma,mau ngasih tau dini."

      "Udah buruan, jangan kelamaan nanti cucu mama ngences lagi."ucap mama Ira sambil menutup kembali pintu rumahnya.

       Revan memberi tahu dini, kalau ada es teller di kulkas mamanya.dan respon dini sungguh di luar dugaan.

     "Dini gak mau lagi mas,dini udah keburu kesal sama es tellernya.tadi di cariin gak ada,tiba gak dicari langsung ada.pokoknya dini gak mau makan es teller lagi!!"cerocos dini panjang kali lebar, sampai Revan cuma bisa mengelus dadanya, mencoba lebih bersabar.

     Mama Ira yang berada di dekat dini ,hanya bisa menganga takjub dengan ngidam putrinya itu.tak menyangka dini bisa bertingkah menjengkelkan seperti itu.

     "Mas...aku tidur duluan ya.mas tidur aja di kamar tamu, jangan tidur bareng aku."dini beranjak naik ke kamarnya.

       "Lho kok gitu, jangan laa sayang,mas gak mau tidur sendiri!!"Revan semakin frustasi melihat kelakuan dini,tapi dia tetap bersabar.

      "Pokoknya aku gak mau tidur bareng mas,tadi gara-gara mas aku gak dapat makan es tellernya."

      "Loh kok jadi gara-gara mas sih.."Revan bingung dengan tuduhan istrinya itu.

     "Iya emang gara-gara mas,coba tadi sewaktu aku bilang mau es teller mas langsung cari,pasti dapet.tapi tadi mas malah tidur dan berdebat sama aku."jelas dini yang sudah berlalu dari hadapan Revan.

     Sedang mama Ira hanya bisa menahan diri untuk tidak tertawa keras di depan menantunya,jadi hanya senyum lima centinya yang tampak dari wajahnya.revan terlihat tak bersemangat,pasti anaknya selalu merepotkan Revan.

     "Maafin kelakuan dini ya nak?"pinta mama Ira tulus, yang dibalas Revan dengan senyuman hangatnya.

      "Kayaknya dini banyak merepotkan kamu ya?"tanya mama dengan tak enak hati.

     "Gak juga ma,mungkin karena hormon kehamilan aja.malahan sewaktu dini belum hamil, dini mandiri banget ma,sampai Revan ngerasa gak dibutuhkan."cerita Revan sambil tertawa.

      Mama Ira pun ikut tertawa mendengar cerita Revan tentang anak perempuannya.hatinya menghangat melihat Revan sangat mencintai dan menyayangi dini.tak terlihat gurat kekecewaan di matanys karena di tinggal tidur dini,yang ada hanya kebahagiaan di mata Revan.

     

    



My Husband,my Teachers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang