#16 : HYANGARA - Keputusan

22 6 0
                                        

Di malam hari yang dingin dengan cahaya bulan menyinari, suara-suara serangga terdengar dari segela arah, angin malam ini sangat tenang. Aku dan Aries berada di luar kastil, aku sedang duduk di teras kastil dengan tangan di atas lutut sedangkan Aries sedang berdiri bersandar pada tembok sambil melipatkan tangannya.

Aries menemaniku untuk membantuku memikirkan pilihan yang tepat, dia bilang aku memiliki waktu untuk memikirkannya. Aku berkata padanya bahwa yang aku takutkan adalah apabila ketika aku tak dapat keluar dari dunia ini dan terjebak selamanya.

Dia juga mengatakan padaku bahwa sepertinya kekuatan yang kudapat memang dimaksudkan untuk bertahan hidup di dunia lain, mengingat Bumi hanya berisi makhluk hidup yang biasa dan tak memiliki keistimewaan kekuatan super apa pun sedangkan aku ini sebaliknya.

Selain itu, kekuatan yang kudapatkan pun berasal dari dunia lain, dan aku pikir kekuatan ini juga tak pernah dimaksudkan untuk digunakan di dunia aku berasal. Sepertinya takdir telah memilihku.

"Jika kau ingin menjadi pahlawan di duniamu, pulang dan tunggulah kedatangan mereka. Tapi, kau bisa mencegah kedatangan mereka dengan mengikatkan jiwamu." Itulah yang dikatakan Tyeru saat aku di atas tadi.

Aku mencoba memikirkan apa yang akan terjadi jika aku memilih salah satu pilihan.

Jika aku memilih untuk pulang dan melawan segala kejahatan dari dunia luar, meski jika aku dapat mengalahkan mereka hasilnya akan tetap buruk, akan selalu ada kerusakan, kekacauan, bahkan korban jiwa.

Dan jika aku memilih untuk tetap di sini dan memasang sebuah pembatas untuk mencegah seseorang dari dunia luar masuk, Bumi akan tetap aman, aku harap.

Aku menjernihkan pikiranku, membulatkan niat dan keputusan. Sudah jelas apabila aku tidak mengambil risiko untuk tinggal di dunia ini dan memulai hidup baru, niscaya Bumi akan terancam bahaya. Dan sudah jelas pula bahwa tanpa persiapan dan keberanian, tinggal di dunia yang baru itu akan sangat sulit. Maksudku, ini membicarakan tentang hidup di dunia lain.. bukan seperti hanya hidup di negara yang berbeda tetapi ini adalah dunia yang berbeda, keadaannya jelas sangat jauh berbeda.

Aku mengerti saat ini aku adalah satu-satunya anggota keluarga yang tersisa, meninggalkan dunia itu tak terlalu benar-benar meninggalkan sesuatu yang berharga. Kecuali teman-temanku, dan kehidupanku di Bumi. Mereka telah bersamaku dalam waktu yang lama, saat-saat bersama merekalah hidupku tak terasa kosong dan lebih berwarna.

Dan sepertinya sebentar lagi aku hanya akan dapat mengingat mereka di pikiranku bersama dengan seluruh kenangannya, sepertinya aku tak akan bertemu dengan mereka lagi, tidak di dunia ini.

Setelah sekian lama aku berdiam diri sambil duduk di teras kastil, aku sudah membulatkan keputusanku. Aku berdiri menghampiri Aries yang dari tadi hanya berdiri bersandar pada tembok menungguku mengambil keputusan.

Aries menatapku. "Sepertinya kau telah menentukan pilihanmu," ucapnya.

Aku menunduk dan memejamkan kedua mataku. Ini tak dapat dihindari, aku harus mengambil pilihan itu.

Aku mengangkat kepalaku lalu menatap mata Aries. "Ya.." kataku yakin.

Kemudian kami kembali menuju lantai paling atas di kastil itu. Ketika aku dan Aries sampai, Tyeru masih berdiri di luar, ia sambil bersandar pada tembok dan melipatkan tangannya.

"Aku sudah menentukan pilihanku," ucapku pada Tyeru.

Dia menoleh dan menatapku.

"Aku akan membuat pembatas itu," lanjutku.

Tyeru menurunkan tangannya lalu berjalan melalui kami dan menuruni tangga, aku dan Aries mengikutinya.

Dia pergi keluar kastil dan berhenti di halaman kastil, kemudian di tangannya muncul sebuah pedang berwarna hitam dan biru tua. Dengan pedang itu dia membuka portal dunia, aku terkejut dia memiliki kemampuan untuk membuka portal dunia dan lebih mengejutkan lagi portal itu untuk menuju ke Bumi, di dalamnya terlihat kota dimana aku tinggal.

Tyeru mengarahkan pedangnya padaku, aura berwarna biru keluar dari tubuhku dan menuju ke arah pedang miliknya. Lalu setelah aura biru itu menyelimuti pedangnya, dia mengarahkan pedangnya ke portal itu. Portal itu terlapisi oleh aura tersebut dan terbentuklah sebuah penghalang, kemudian Tyeru menebas portal itu dengan pedangnya sehingga portalnya hancur layaknya kaca yang pecah.

Kurasa inilah akhirnya, sekarang aku tak dapat keluar dan pulang ke duniaku lagi. Aku telah terjebak di dunia ini selamanya dan harus memulai hidup baru.

"Sekarang duniamu sudah terbebas dari ancaman dunia luar," ucap Tyeru sambil membelakangiku.

Aura biru yang menyelimuti tubuhku memudar, aura biru itu sepertinya adalah bentuk dari jiwaku. Sekarang sudah terikat dengan pembatas itu.

"Semoga beruntung," Tyeru berkata sambil berjalan melaluiku dan memasuki kastil kembali.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Jangan lupa tekan tombol vote dan juga share untuk support cerita ini ✨. Saya menghargai setiap masukan dari pembaca, jadi jangan sungkan untuk berkomentar. Beritahu saya part favorit kalian di kolom komentar ya. 🌹 Terima kasih 🌹

Into the Worldverse : Worlds Gate OpeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang