Yang tadi itu aneh sekali.. ada percikan listrik muncul dari tanganku, selain itu tadi aku mengalami mimpi buruk. Aku terus memikirkannya sambil berjalan menuju ke sekolah, kejadian dalam mimpi masih kuingat dengan jelas.
Selain pada itu aku baru teringat saat aku ingin menyalakan handphone milikku baterainya lupa tak ku isi tadi malam.
"Tunggu dulu.." jalanku terhenti. "Jika aku dapat menghasilkan listrik.. " Aku langsung mencoba menempelkan jariku pada lubang charging yang terdapat pada handphoneku, lalu kulihat handphoneku menyala dan bertuliskan Mengisi daya. Mulutku sedikit menganga. "Tidak mungkin.." kataku dengan ekspresi terkejut.
Saat aku sudah sampai di depan pintu kelas lalu aku membuka pintu, kulihat ada Lusi dan teman- teman kelasku yang lainnya. Aku menghelakan napas, melihat mereka semua rasanya sungguh melegakan, mimpi burukku tadi sungguh membuatku cemas. Setelah itu aku berjalan memasuki kelas, lagi-lagi Lusi melihat ke arahku saat aku baru saja tiba.
"Evan, selamat pagi," ucapnya sambil melambai lambaikan satu tangannya.
"Pagi," balasku.
Suara bel masuk telah berbunyi, tak lama kemudian guru pengajar datang. Di saat guru sedang menerangkan aku teringat dengan mimpiku semalam, lalu aku menoleh ke luar jendela dan melihat ke arah gedung dimana orang-orang dengan jubah hitam yang berada di dalam mimpiku muncul.
Aku hanya khawatir dengan kejadian dalam mimpiku, aku menatap atap gedung itu dengan waktu yang sedikit lama tetapi tidak ada apa-apa dan itu membuatku melamun.
"Kau yang di belakang, apa yang sedang kau lihat?" Guruku memanggilku.
Aku yang sedang melamun reflek langsung berdiri dengan cepat "Ehh.." aku menoleh kepada Guruku lalu menatap keluar jendela dengan cepat dan kembali menoleh lagi kepada Guruku. "Tidak ada pak."
"Katakan, apa yang sedang aku terangkan tadi?" ia menatapku dengan sedikit melotot.
"Anu.." ucapku sambil menggaruk kepalaku. "Ya ampun karena mimpi itu aku jadi melamun tak memperhatikan Guru," lanjutku dalam hati.
Guruku menghelakan nafas sambil meletakkan kedua tangannya di pinggangnya sambil tetap melihat ke arahku yang tidak bisa menjawab.
* * * * *
Bel istirahat berbunyi, Guru pengajar meninggalkan kelas dan sebagian teman kelasku pergi ke kantin. Aku menoleh ke luar jendela lagi dan tak melihat apa-apa selain sebuah kota dengan langit yang indah, sepertinya aku terlalu khawatir dengan mimpi itu. Yah.. bagaimana lagi, mimpiku sangat buruk.
"Apa yang sedang kamu lihat?" Lusi mengajakku bicara.
Aku menoleh padanya. "Ah, tidak ada," aku berhenti melihat ke luar jendela.
"Ini tidak seperti dirimu yang biasanya, kenapa kamu tidak memerhatikan Guru saat belajar tadi?" katanya sambil menaikkan satu alisnya.
"Oh itu, aku tidak sengaja melamun tadi," ujarku.
"Alasan macam apa itu?" Lusi masih menaikkan satu alisnya.
"Sudahlah, apa kamu membawa bekal?" tanyaku. Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Tentu saja," katanya. Kini alisnya turun dan ekspresinya berubah menjadi tersenyum. Pertanda aku telah berhasil mengalihkan pembicaraan.
"Aku juga membawanya, ayo makan," kataku lalu mengeluarkan bekalku dari tas dan meletakkannya di atas meja.
Setelah itu kami memakan bekal kami. Kemudian Lusi selesai menghabiskan makanannya, dia cepat sekali.
"Kamu belum selesai juga?" katanya sambil membereskan wadah makan miliknya.
"Kamu terlalu cepat.." kataku sambil mengunyah makanan.
"Benarkah?" Lusi berdiri. "Aku ingin ke toilet dulu," katanya sambil meninggalkan bangkunya.
Tak lama kemudian aku juga selesai dengan makananku, saat aku ingin mengambil botol air minumku, tanganku tak sengaja menggeser botolnya hingga terjatuh dari atas meja dalam keadaan tak tertutup.
Dengan reflek tanganku langsung mencoba menangkapnya akan tetapi gravitasi membuat botolku sedikit lebih cepat dariku, pada akhirnya botolnya terjatuh ke lantai.
Lagi-lagi aku dikejutkan oleh sesuatu yang tak masuk akal, botolnya terjatuh. Tapi tidak dengan airnya, seluruh airnya terkumpul di atas telapak tanganku terapung-apung.
Dahiku mengerut, kugerakkan tanganku ke kanan dan ke kiri dan air ini mengikuti gerakan tanganku dan tetap terkumpul di atas telapak tanganku.
Aku mengambil botolku yang terjatuh dengan tanganku yang satunya, lalu kucoba menuangkan airnya kembali ke dalam botol dengan mengendalikannya. Aku dapat melakukannya, airnya mengalir masuk ke dalam botol.
"Hei.. yang tadi itu keren sekali!" Aku tidak menyadari Maki melihatku saat aku memasukkan air ke dalam botol dengan tanganku. "Apa kau bisa sulap?" lanjutnya.
Aku bingung tak tahu harus mengatakan apa. "Ah.. i-iya sedikit," ujarku bohong.
Maki menghampiriku. "Ajari aku caranya, trikmu tadi keren sekali!" dia berkata dengan semangat.
"Se-sebenarnya yang tadi itu kebetulan. Aku melakukannya dengan asal, tadi itu hanya beruntung dan aku tak ingat caranya," aku hanya asal berbicara.
"Begitu ya.." Ekspresi semangat Maki memudar dalam sekejap lalu pergi melangkah meninggalkanku.
Aku hanya bingung dan memikirkan apa yang sedang terjadi dengan diriku, lalu aku pun meminum airku.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Jangan lupa tekan tombol vote dan juga share untuk support cerita ini ✨. Saya menghargai setiap masukan dari pembaca, jadi jangan sungkan untuk berkomentar. Beritahu saya part favorit kalian di kolom komentar ya. 🌹 Terima kasih 🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Into the Worldverse : Worlds Gate Opening
FantasíaSeorang remaja bernama Evan mendapatkan kekuatan yang berasal dari dunia lain. Dengan kekuatan itu, Evan harus melindungi Bumi dari ancaman dunia lain yang tak terhitung jumlahnya. Demi tujuannya, Evan berpetualang memasuki dunia lain untuk menghen...