#23 : HYANGARA - Penyihir Muda

21 5 0
                                        

* * * * *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * * * *

Suara kicauan burung-burung di pagi hari terdengar dari sebelah rumah olehku, aku membuka mataku terbangun dari tidur. Aku harus bermalam di sini karena luka-lukaku, bahkan aku menginap di rumah orang yang tak kukenali, aku juga belum sempat menanyakan siapa nama perempuan itu.

Aku merasa ingin buang air kecil, tubuhku masih terasa sakit karena luka-luka ini, tetapi aku memaksakan diri karena tidak tahan ingin ke kamar kecil. Aku tidak ingin perempuan itu membantuku atau mengantarkanku ke kamar kecil, kupikir rasanya akan memalukan.

Aku pun memaksakan diriku untuk berdiri dan berjalan sendiri pelan-pelan, aku keluar dari kamar dan menengok-nengok dimana arah ke kamar kecil. Kulihat perempuan itu sedang tidur di atas kasur tipis di lantai serta ditutupi selimut, ruangan tengah ini memiliki tungku api sebagai penghangat. Perempuan itu tidur di sekitar tungku api itu, aku rasakan memang udara di sini cukup dingin sekali.

Aku berjalan perlahan agar tidak membangunkan perempuan itu sambil mencari-cari kamar kecil, aku melihat sebuah pintu di arah depanku kemudian aku membukanya. Syukurlah pintu yang ini merupakan pintu kamar kecil, aku pun menggunakan kamar kecil itu.

Saat aku keluar dari kamar kecil, perempuan itu sudah dalam keadaan terbangun dengan posisi duduk di atas kasur tipisnya.

"Eh? Apa kau sudah kuat untuk berjalan sendirian?" dia menatapku sambil menggosok-gosok salah satu matanya.

"Ah, iya begitulah.." jawabku.

Aku berjalan lagi dengan pelan-pelan sambil terpincang-pincang, ini membuatku terlihat kesulitan untuk berjalan sendirian. Dia berdiri dan membantuku untuk berjalan, pada akhirnya dia menuntunku lagi.

"Kau tidak perlu berbohong, kau masih kesulitan untuk bergerak.." ucapnya sambil memegangiku.

"Maaf.. aku hanya tak ingin merepotkanmu," ujarku.

"Duduklah di sini."

Dia menuntunku untuk duduk di sekitar tungku api, kemudian dia membereskan dan menyimpan kasurnya lalu menggeserkan meja ke arah depanku.

"Aku akan menyiapkan sarapan untukmu," katanya sambil menuju ke arah dapur.

Ruangan tengah ini cukup kecil, namun rumah sebesar ini cukup untuk ditinggali oleh satu orang. Kamar kecil berada di ujung ruang tengah ini, sedangkan dapur berada di ujung yang sebaliknya dan dapurnya tidak memiliki pintu. Kamar tidur yang kupakai semalam berada di sebelah pintu kamar kecil.

Kulihat perempuan itu sedang menyalakan kayu bakar dengan api, di atasnya terdapat wajan. Gaya hidup perempuan itu persis seperti orang dulu-dulu.

Jika aku membandingkannya dengan dapur milik Siera di kediaman para Duri Malam tentu keadaannya sangat jauh, dia sudah memakai kompor yang sama seperti kompor pada umumnya.

Perempuan itu sedang memasakkan sesuatu untukku, ketika dia sudah selesai dia kembali kepadaku lalu menyimpan makanannya di atas meja, dia pun membawa satu piring untuk dirinya sendiri. Makanannya tercium beraroma lezat, sepertinya makanan ini akan terasa enak.

Into the Worldverse : Worlds Gate OpeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang