Pagi hari aku terbangun dari tidurku, kemarin malam aku tidur nyenyak sekali. Aku bangkit dari kasur dan merapihkannya lalu membuka gorden agar cahaya dari luar dapat masuk ke dalam, burung sedang bergerombol di atas pohon, mereka sedang berkomunikasi satu dengan yang lain dengan suara indah mereka.
Aku keluar dari kamarku, kulihat ada Reia sedang menuruni tangga dari lantai 3. Kami bertatapan sebentar lalu aku berjalan menuju kamar mandi, suara langkah Reia terdengar berada di belakang mengikutiku.
Di depan pintu kamar mandi ketika aku akan memegang gagang pintu Reia berbicara dari belakangku.
"Hei.." ucapnya.
Aku melirik padanya. "Ada apa?" tanyaku.
Dia berjalan menghampiri pintu kamar mandi. "Aku ingin menggunakan kamar mandi ini.." ucapnya sambil menatap ke arah pintu.
"Apa? Aku yang pertama sampai di sini," kataku dengan nada sedikit menyolot. Aku pun memegang gagang pintu lalu dia memegang tanganku, kami berebut kamar mandi.
"Minggir, biarkan aku masuk!" kata Reia sambil menarik tanganku dari gagang pintu.
"Tidak, aku yang duluan sampai!" balasku sambil berusaha untuk melepaskan tangannya dari tanganku.
"Cepatlah minggir aku sudah tidak kuat lagi!" ekspresinya tampak sedang menahan buang air.
Dia terus menarik tanganku, aku melihat wajahnya yang mengkerut, giginya mengeram dan matanya mengerut.
Melihat ekspresinya yang seperti itu, aku melepaskan tanganku dari gagang pintu dan membiarkannya masuk. Kemudian aku menunggu Reia keluar dari kamar mandi, lama sekali.
"Sebenarnya apa yang dilakukan perempuan di dalam kamar mandi sih?" kataku dalam hati.
"Reia, apa kau sudah selesai?" tanyaku sambil mengetuk pintu.
Dia tidak menjawabku, dari dalam hanya terdengar suara air mengocor.
"Ya ampun.." Aku berjalan keluar kastil dan pergi ke belakang untuk buang air kecil.
Tiba-tiba Raskra mengejutkanku dari belakang, dia heran kenapa aku buang air kecil di belakang. Aku mengatakan bahwa aku berebut kamar mandi dengan Reia, mendengar hal itu Raskra hanya tertawa saja.
Setelah itu aku dan Raskra pergi ke tempat makan seperti biasa untuk sarapan di pagi hari, setelah sarapan kami lanjut melakukan latihan di tempat biasa.
"Kita akan melakukan pertarungan jarak dekat, aku tidak akan menahan diri jadi persiapkan dirimu," ujar Raskra dengan wajah serius.
"Hei-hei.. Aku tidak punya pengalaman bertarung, kenapa kau seserius itu?" aku mengerutkan dahiku.
"Ini agar kau dapat merasakan pertarungan sesungguhnya," kata Raskra.
Angin berhembus, siang hari ini cerah sekali, terik cahaya matahari menyoroti kami. Raskra mengeluarkan pedangnya dan berlari menghampiriku, aku memasang posisi bersiap.
Raskra mengayunkan pedangnya padaku, aku menghindari serangan pertamanya tetapi dia terus menerus menyerangku sedangkan aku hanya terus menghindar.
"Ada apa? Keluarkan kemampuanmu!" ucap Raskra sambil terus mengayunkan pedangnya padaku.
Aku menggunakan elemen petir di tanganku untuk menyerangnya, Raskra menahannya menggunakan pedang miliknya. Suara benturan pedang terus berbunyi, pertarungan ini cukup sengit untuk pemula sepertiku.
"Bagus, teruslah seperti itu," ucap Raskra lagi.
Kemudian dia melompat mundur sambil menyerangku dengan serangan jarak jauhnya, aku pun meluncurkan serangan jarak jauh milikku untuk menahan serangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into the Worldverse : Worlds Gate Opening
FantasíaSeorang remaja bernama Evan mendapatkan kekuatan yang berasal dari dunia lain. Dengan kekuatan itu, Evan harus melindungi Bumi dari ancaman dunia lain yang tak terhitung jumlahnya. Demi tujuannya, Evan berpetualang memasuki dunia lain untuk menghen...