Seorang remaja bernama Evan mendapatkan kekuatan yang berasal dari dunia lain. Dengan kekuatan itu, Evan harus melindungi Bumi dari ancaman dunia lain yang tak terhitung jumlahnya.
Demi tujuannya, Evan berpetualang memasuki dunia lain untuk menghen...
Aku terkejut orang hebat seperti Aries menundukkan kepalanya kepada seseorang membuatku semakin bertanya-tanya siapa sebenarnya orang itu.
"Tampaknya kau membawa seorang tamu, Aries," katanya dengan suara datar. Dia tidak membalikkan badannya.
Dia juga mengetahui nama Aries, sudah pasti mereka mengenal satu sama lain. Namun aku tetap penasaran kenapa Aries menundukkan kepalanya.
"Benar, aku membawa seseorang dari dunia bernama Bumi, dia ingin mengajukan pertanyaan padamu."
Kemudian orang itu setengah memutarkan badannya dan menatapku, dia memiliki mata biru yang indah. Dan juga baru kusadari bahwa telinga miliknya adalah telinga ras Elf.
Entah kenapa aku merasa bahwa orang ini memiliki karisma yang berwibawa namun orangnya sangat tenang jika dilihat dari ekspresinya.
"Aries, siapa orang itu?" tanyaku.
"Dia adalah orang yang kau cari," jawabnya.
Orang yang aku cari? Berarti orang itu adalah Tyeru.
Kemudian aku menatap orang itu. "Ah, kuyakin kau adalah orang yang bernama Tyeru. Perkenalkan namaku adalah Evan, aku ingin bertanya padamu tentang pembatas dunia."
Dia menatapku dengan wajah tanpa ekspresi, sepertinya ini bukan pertama kalinya dia mendengar kata "pembatas dunia", aku berpikir dia sudah mengetahuinya.
"Begini, duniaku sedang terancam bahaya. Aku yakin kau baru mendengar nama Bumi, itu karena duniaku tidak terhubung dengan dunia-dunia lain seperti ini sebelumnya. Aku dan Aries sudah berdiskusi bahwa ada sebuah pembatas yang mungkin menghalangi akses ke duniaku yang menyebabkan duniaku tidak terdeteksi sehingga tak dapat dimasuki oleh penduduk dunia lain, dan aku sudah mendengar tentang ancaman dunia lain terhadap dunia lainnya dan itu mengerikan. Duniaku tak mungkin dapat bertahan jika suatu hari terjadi invasi dari dunia lain yang datang karena orang-orang di duniaku tak memiliki kekuatan seperti orang-orang yang ada di dunia ini. Maka dari itu aku membutuhkan bantuanmu untuk menutup kembali akses duniaku sehingga tak akan ada seorang pun dari dunia lain yang dapat memasukinya." Aku menjelaskan panjang lebar dengan wajah serius sambil terus menatapnya.
Dia masih menatapku tanpa menunjukkan ekspresi apapun. "Kau salah, aku tahu dunia itu."
Kedua alisku terangkat, mataku terbuka lebar. Aku terkejut, bagaimana bisa? Bukankah sebelumnya terdapat pembatas yang tak dapat ditembus oleh orang dari dunia lain? Bahkan sebelumnya Bumi tak terdeteksi sama sekali. Walaupun baru-baru ini pembatasnya terbuka, bagaimana dia bisa dengan cepat mengetahuinya.
Aries menunjukkan ekspresi yang sama, dia pun sepertinya terkejut bahwa Tyeru mengetahui duniaku.
"Kalau begitu kau sudah mengetahui situasinya," kataku.
"Pembatas.. Bumi.. hanya duniamu yang memiliki sebuah pembatas, dan kali ini telah terbuka lebar." Dia menutup matanya dan kembali menghadap keluar. "Jika kau ingin menutupnya kembali kau harus berkorban," katanya sambil membelakangi aku dan Aries.
Angin dari luar kembali menerpa. Aku sedikit terkejut mendengar kata berkorban, apa yang dia maksudkan dengan berkorban.
"Jiwamu akan terikat dengan pembatas yang kau buat, dan kau tak akan bisa pulang," ujarnya.
Kali ini aku lebih terkejut dengan perkataannya, mendengar aku tak bisa pulang adalah hal yang sungguh mengerikan.
"Jadi maksudmu aku akan terjebak di dalam dunia yang seharusnya bukan tempatku? Kenapa seperti itu?" tanyaku.
"Itu seperti kau mengunci sebuah pintu dari dalam, kau takkan bisa keluar jika kau tidak membukanya." Kata Aries sambil menatapku.
"Sekarang apa yang harus aku lakukan, aku mendapatkan jawaban untuk menutup akses Bumi dan dapat memasang pembatas itu tetapi aku tidak akan bisa pulang. Jika aku memilih untuk pulang aku tak dapat memasang pembatas itu, dan jika tak kupasang aku yakin seratus persen akan terjadi sesuatu yang buruk," ucapku dalam hati.
"Firasatku mengatakan mimpi buruk yang kualami merupakan gambaran yang akan terjadi jika aku tak memasang pembatas itu, tapi aku juga ingin pulang, di sini bukan tempatku. Tapi jika aku pulang.."
Aku tertunduk sambil terus bergumam di dalam hati. Takut dan bingung bercampur jadi satu, pilihan mana yang harus kupilih, waktu yang tersisa tinggal 1 hari 1 malam.
Jangan lupa tekan tombol vote dan juga share untuk support cerita ini ✨. Saya menghargai setiap masukan dari pembaca, jadi jangan sungkan untuk berkomentar. Beritahu saya part favorit kalian di kolom komentar ya. 🌹 Terima kasih 🌹