#24 : HYANGARA - Kembali

19 5 0
                                        

"Mulai sekarang kau punya satu." Ucapku.

Pipi Julia memerah lagi. "Ma.. Maksudmu.." Dia tampaknya tidak percaya.

"Mulai sekarang aku temanmu," kataku dengan tersenyum sambil menatapnya.

Dia membuang mukanya. "A.. Aku tidak pernah punya teman sebelumnya.." Dia kembali terkuasai oleh perasaan gugup miliknya.

Seperti yang aku duga Julia tidak memiliki seorang teman, mengingat hidupnya sendirian di tengah hutan.

"Selamat, kau memilikinya sekarang," kataku sambil tetap menatapnya.

"Iya.." Katanya sambil tersenyum dan mengangguk.

                            * * * * *

Siang hari aku sedang duduk di atas anak tangga teras rumah Julia. Angin berhembus membuat pohon di sekitarnya menari-nari, aku penasaran bagaimana situasi di kediaman para Duri Malam. Aku ingin kembali tetapi tubuhku masih terasa sakit akibat pertarungan kemarin, aku lebih penasaran lagi pada orang-orang yang menyerang Hyangara. Apa motif mereka menyerang secara membabi buta.

Sialnya mereka menyerang di dekat kediaman para Duri Malam, mereka sangat tidak beruntung. Melihat kemampuan para Duri Malam aku yakin Tyeru dan yang lainnya sudah berhasil menanganinya.

"Evan.." Kata Julia dari belakang.

Aku menengok ke arahnya.

"Kelihatannya kau sedang memikirkan sesuatu," katanya sambil menghampiriku.

Wajahku menghadap ke depan lagi. "Aku ingin kembali ke kediaman duri Malam, kemarin aku meninggalkan seseorang saat terjadi penyerangan. Tapi lukaku masih belum sembuh, akan sedikit sulit untuk berjalan ke sana, aku juga bahkan tidak tahu kemana arah untuk ke sana."

"Kediaman Duri Malam? Kemarin kau juga mengatakan itu, sebenarnya tempat apa itu?" tanya-nya sambil menatapku.

"Itu tempat dimana aku tinggal," jawabku.

"Mungkin jika aku membawamu ke tempat saat kau pingsan kau akan ingat jalan menuju ke sana,"

"Itu ide yang bagus! Ayo kita pergi!" Kataku dengan semangat sambil menatapnya.

"Eh? Bukannya tadi kau bilang kau masih belum kuat?" Tanya-nya dengan heran.

"Tidak apa-apa, aku masih bisa menahannya. Lagipula ketika kita berada di sana, lukaku akan disembuhkan karena di sana ada seorang Healer yang hebat bernama Siera, dia dapat menyembuhkan luka seperti ini dengan cepat," kataku sambil berdiri.

"Tapi.. apakah aku harus ikut?" katanya sambil menundukkan kepalanya dan memandang ke arah bawah.

"Tentu saja, kau akan senang. Di sana terdapat beberapa orang, jadi kau tidak akan kesepian lagi."

"Ba.. baiklah.." balasnya.

"Ya sudah, ayo pergi.." ajakku.

"Tunggu.." ucapnya sambil menghentikan langkahnya.

"Ada apa?" Tanyaku sambil menoleh padanya.

Julia mengeluarkan tongkat sihirnya kemudian tongkat itu menyala dan Julia mengarahkan tongkat itu ke arah rumahnya, setelah itu rumahnya menghilang begitu saja seperti saat pertama kali.

"Sudah, ayo," ucapnya.

Kami berdua berjalan bersama ke arah tempat saat aku pingsan, Julia berjalan di sampingku sambil menunjukan arah jalannya. Aku berjalan secara pelan-pelan, Julia menyesuaikan jalannya denganku.

Matahari tepat berada di atas kami, tetapi angin dan juga pohon-pohon tinggi yang menghalangi sinar matahari membuat kami tidak kepanasan.

"Evan, dengan apa kau bertarung?" sambil berjalan dia bertanya padaku.

Into the Worldverse : Worlds Gate OpeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang