#13 : HYANGARA - Melesat

34 7 0
                                        


Kami menuju ke kediaman para Duri Malam menunggangi Pegasus melalui udara, aku mengamati sekitar saat perjalanan berlangsung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami menuju ke kediaman para Duri Malam menunggangi Pegasus melalui udara, aku mengamati sekitar saat perjalanan berlangsung. Pemandangan yang kulihat saat pandanganku ke bawah adalah pohon-pohon besar sebagaimana hutan, apabila aku melihat ke arah kiri dan kanan akan terlihat pegunungan.

Angin sore hari menerjang tubuh kami. Aku mengenakan jaket, celana jeans panjang serta kaos. Sudah beberapa waktu lalu sejak aku berada di dunia baru ini keberadaanku terasa sangat asing dan merasakan perasaan tidak nyaman. 

Sepanjang waktu dari saat pertama kali aku masuk ke dunia ini rasanya seperti sedang bermimpi. Pemandangan, kejadian, dan suasana semuanya terasa sangat baru untukku.

"Kau, apa tujuanmu menemui tuan Tyeru?" Reia menatapku dari depan sambil menunggangi seekor Pegasus seorang diri.

"Kudengar dia mengetahui soal pembatas dunia, duniaku sedang dalam bahaya. Jadi aku ingin mengetahui apakah pembatas yang disebut itu dapat kembali digunakan pada duniaku," ujarku.

"Aries, kau bilang dia dari dunia mana?" dia bertanya menatap Aries.

"Aku berasal dari Bumi," aku mewakili Aries untuk menjawab pertanyaannya.

Reia menaikkan alisnya. "Dunia apa itu? Aries, apa dunia itu merupakan ancaman juga?" dia menatap Aries lagi.

"Tidak, orang-orang di dalamnya lemah. Mereka tak memiliki kekuatan kecuali orang ini," jawab Aries.

Reia menyipitkan matanya lalu memalingkan wajahnya ke depan lagi.

Beberapa jam kemudian kami bertiga masih dalam perjalanan menuju kediaman para Duri Malam, perjalanan mulai terasa membosankan. Beberapa lembah, sungai dan danau sudah kami lewati.

Hari sudah semakin sore, matahari mulai menyembunyikan dirinya di antara pegunungan. Aku bahkan baru saja menyadari bahwa di dunia lain pun memiliki cahaya penerang yang sama dengan Bumi.

Hingga akhirnya matahari pun telah terbenam, tubuhku terasa sedikit lelah dan itu membuatku mengantuk. Mataku menjadi berat dan perlahan kelopak mataku menutup pandanganku.

Aku pun tertidur sambil berpegangan pada pelana kuda. Tak lama saat aku mulai tertidur, aku diperlihatkan kembali pada mimpi burukku sebelumnya. Aku mendengar teriakan, jeritan, dan tangisan. Kemudian aku diperlihatkan gambaran Bumi dengan kondisi yang sangat buruk, kota kota terlihat berantakan, lalu terdapat orang-orang asing memperlakukan warga layaknya budak, ada yang dipekerjakan dengan paksa sambil diawasi orang-orang bersenjata di sekitarnya.

"Ini tidak mungkin.." kataku dalam kondisi tertidur. Aries melirikku.

"Ini tidak mungkin.." kataku lagi.

"Ada apa?" tanya Aries

"INI TIDAK MUNGKIN TERJADI!!" aku berteriak dalam kondisi masih tertidur. Kini Reia pun menoleh ke belakang dan menatapku penasaran.

Tanganku menggeram lebih erat pada pelana kuda, menghasilkan percikan listrik yang kemudian menyebar pada Pegasus sehingga mengakibatkan hewan itu bergerak melesat dengan cepat meninggalkan Reia.

Aries kini berpegangan dengan erat. "Hei apa yang terjadi?" katanya sambil menatapku yang masih dalam keadaan tertidur dengan gigi mengeram.

Pegasus bergerak dengan kecepatan berkali-kali lipat. Aries tak tahu apa yang sedang terjadi, ia hanya berfokus pada Pegasus agar bergerak ke arah yang ditentukan.

Aku berteriak berulang kali, Aries menatapku dengan dahi mengerut dan gigi sedikit mengeram. Sementara itu dalam pandanganku aku sedang mengamuk dalam mimpiku melawan orang-orang penjajah itu.

Hingga akhirnya aku berhenti menggila dan terbangun dalam keadaan berkeringat dan bernapas terengah-engah. Pegasus bergerak dengan normal kembali, listrik yang menyelimutinya memudar.

"Kau sudah tenang," ucap Aries sambil melirikku.

Saat ku sadari bahwa tadi aku mengalami mimpi buruk lagi, aku menghelakan napas. Kemudian aku melihat ke sekitar dan tidak melihat Reia.

"Kemana Reia pergi?" tanyaku pada Aries.

"Dia tertinggal di belakang," ia menjawab tenang.

"Kenapa? Apa kau dapat membuat hewan ini bergerak lebih cepat?"

"Tidak, kau yang melakukannya," katanya sambil menoleh ke depan lagi.

"Aku? Apa yang dikatakannya? Aku tidak mengerti."

"Apa maksudmu?" tanyaku heran.

"Kau yang melakukannya, kau menyalurkan kekuatan petirmu pada hewan ini sehingga dia melaju cepat sekali," katanya sambil memandang ke depan. "Yah, walaupun kau melakukannya secara tidak sadar," lanjutnya.

"Secara tidak sadar ya.. mungkin saat aku tertidur dan bermimpi tadi."

"Sebentar lagi kita akan sampai," ucap Aries.

Aku menunduk kembali mengingat mimpi buruk tadi, mengakibatkan kekhawatiranku semakin bertambah. Apalagi gambaran yang ditunjukkan kali ini lebih buruk dari yang sebelumnya.

Tetapi Aries berkata bahwa aku akan segera sampai di kediaman para Duri Malam, aku harus segera menemui orang bernama Tyeru itu, selagi aku masih memiliki waktu.

Aku merasa keberuntungan sedang memihak padaku.


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Jangan lupa tekan tombol vote dan juga share untuk support cerita ini ✨. Saya menghargai setiap masukan dari pembaca, jadi jangan sungkan untuk berkomentar. Beritahu saya part favorit kalian di kolom komentar ya. 🌹 Terima kasih 🌹

Into the Worldverse : Worlds Gate OpeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang