Setelah aku telah benar-benar jauh dari desa itu, aku berhenti berlari dan kami kini berada di tengah-tengah hutan dengan keadaan gelap. Hanya cahaya bulan yang menerangi aku dan Julia saat ini.
Aku menurunkan Julia dari genggamanku. "Sepertinya sudah aman sekarang, apa kau baik-baik saja?"
"Iya, aku tidak apa-apa," jawab Julia.
"Sebenarnya ada apa dengan desa itu, kita tiba-tiba diserang seperti tadi," ucapku sambil terengah-engah.
"Aku tidak tahu," kata Julia sambil menggelengkan kepalanya.
"Bagus sekali, sekarang kita semakin bingung akan pergi kemana. Kita bahkan tidak sempat menanyakan lokasi hutan Yeras kepada orang-orang di desa tadi." kataku sambil duduk di atas batu, aku merasa lelah.
Julia mengeluarkan tongkat sihirnya, tongkat itu menyala lalu dia arahkan ke atas. Tanpa kusadari, aku tiba-tiba duduk di atas kursi dan saat aku melihat ke sekitar, aku berada di dalam sebuah rumah. Lalu aku ingat Ini adalah rumah Julia yang seperti sebelumnya.
Ternyata Julia memakai sihirnya untuk mengeluarkan rumah miliknya dan menempatkannya di mana kami berada.'
"Lebih baik kita beristirahat dulu untuk malam ini, besok kita bisa melanjutkan perjalanan." Tongkat sihir Julia menghilang kembali.
"Baiklah, tapi sebaiknya kau tidurlah di kamar. Aku yang akan tidur di ruang tengah," kataku. Aku berpikir lebih baik jika Julia memakai kamarnya dan aku yang tidur di ruang tengah kali ini.
"Baiklah, selamat malam," kata Julia sambil berjalan memasuki kamarnya.
Sesaat kemudian di ruang tengah, aku sedang dalam posisi terlentang dengan kedua tanganku berada di bawah kepalaku.
Aku teringat pertengkaran di desa tadi, aku berpikir bahwa latihan bersama Raskra sangatlah berguna. Aku tidak menyangka akan mampu melawan 2 orang pertama yang menyerangku, tapi aku merasa masih lemah jika dibandingkan dengan laki-laki yang menggunakan armor hitam itu.
Kemudian aku melamun sebentar mendengarkan suara-suara hewan malam, lalu tak lama setelah itu aku pun tertidur.
* * * * *
Keesokan harinya, di pagi hari aku terbangun. Aku duduk menggosok mataku, aku melihat pintu kamar Julia terbuka.
Aku pun memeriksa kamar itu, kulihat Julia tidak ada di dalam.
"Bisakah kau dan temanmu ikut bersama kami?" Suara seseorang yang tak kukenal terdengar berasal dari luar.
Aku pun berjalan menuju pintu keluar, saat aku membuka pintu aku melihat sekelompok pria berjumlah 5 orang pria berpakaian seperti pribumi dari desa yang kemarin sedang berbicara pada Julia, satu di antaranya merupakan orang yang bertubuh besar.
Mereka pun melihatku berjalan keluar dari pintu kemudian berbicara kepadaku.
"Kau.. kau ikutlah bersama kami, kami membutuhkan bantuanmu," ucap orang yang paling depan sambil menunjukku.
"Ada apa ini? Siapa kalian?" kataku pada mereka.
"Kami adalah penduduk desa di arah utara, kemarin malam aku melihat kemampuanmu di pedesaan yang kemarin kau kunjungi, kau cukup hebat," jawab orang yang paling depan.
"Lalu?"
"Aku ingin meminta bantuanmu, ada sesuatu yang kami miliki telah dicuri oleh sekelompok pencuri. Barang itu adalah sesuatu yang sangat penting untuk desa kami dan seseorang telah mencurinya, aku tahu persis dimana lokasi kelompok pencuri itu. Oleh karena itu, kami meminta bantuanmu untuk merebut kembali barang berharga itu." Orang itu menjelaskan dengan ekspresi serius.
Aku mendengarkan dengan seksama, mereka bersungguh-sungguh meminta bantuanku. Aku pun memutuskan untuk membantu, aku pun berharap mereka mengetahui sesuatu tentang hutan Yeras dan bersedia membantuku mencarinya setelah aku selesai membantu mereka.
"Sebenarnya barang seperti apa yang telah dicuri?" Aku menanyakan agar lebih jelas.
"Kami akan memberitahumu sambil berjalan nanti," ucapnya.
"Baiklah, tunggu sebentar," jawabku.Aku memanggil Julia untuk menanyakan pendapatnya, ia berkata tidak keberatan dan ini akan menjadi kesempatan yang bagus untuk mencari tahu lokasi hutan Yeras. Dengan begitu, kami berdua setuju untuk membantu orang-orang ini.
Julia mengeluarkan tongkat sihirnya untuk menghilangkan rumahnya kembali dengan cara yang sama, semua orang terlihat kaget dengan apa yang bisa Julia lakukan. Setelah itu, kami pun mulai berjalan bersama orang-orang itu.
Kami berjalan di pimpin oleh orang yang mengajakku tadi, aku berjalan paling belakang dan Julia berada di belakangku.
"Seberapa jauh lokasi yang kita tuju?" Aku bertanya kepada salah satu orang itu.
"Kita memerlukan beberapa jam untuk sampai ke sana dengan berjalan kaki, mungkin siang nanti kita baru akan sampai." jawabnya. "Ngomong-ngomong seperti apa kemampuanmu sampai-sampai ketua kami ingin meminta bantuanmu?" tanya-nya penasaran.
"Aku dapat melakukan ini." Aku menunjukan tanganku yang dialiri elemen petir.
"Wah, apa itu?" katanya. Ia tampak tertarik dengan kekuatanku.
"Ini adalah elemen listrik, aku dapat menggunakannya untuk meningkatkan kecepatan gerakku, dan aku juga dapat melakukan ini." Aku mengeluarkan Lightning Blade, orang-orang itu langsung menoleh ke arahku dari depan, mereka tampak tertarik.
"Itu hebat sekali, ini akan sangat berguna."
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Jangan lupa tekan tombol vote dan juga share untuk support cerita ini ✨. Saya menghargai setiap masukan dari pembaca, jadi jangan sungkan untuk berkomentar. Beritahu saya part favorit kalian di kolom komentar ya. 🌹 Terima kasih 🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Into the Worldverse : Worlds Gate Opening
FantasySeorang remaja bernama Evan mendapatkan kekuatan yang berasal dari dunia lain. Dengan kekuatan itu, Evan harus melindungi Bumi dari ancaman dunia lain yang tak terhitung jumlahnya. Demi tujuannya, Evan berpetualang memasuki dunia lain untuk menghen...