16 | Terkuak

488 35 18
                                    

"Jalan Tulip nomor 12,"

Malvin kembali mengecek alamat rumah yang ia tuju. "Pas, ini rumahnya!"

Tanpa menunggu lama, Malvin keluar dari mobil dan mengetuk sebuah pintu rumah yang menjadi tujuan perjalanannya.

"Permisi!"

Tok! Tok! Tok!

"Permisi!" ulangnya lagi.

Tak kunjung ada balasan, membuat Malvin menjadi ragu apakah ini rumah yang tepat atau tidak.

Krek!

Suara pintu yang terbuka membuat mata Malvin terjaga, seorang gadis cantik dengan pakaian sederhana layaknya anak rumahan kini menjadi fokus pandangnya.

Ia mengukir senyuman, ini rumah yang tepat. "Hai!"

Gadis itu Tamara, sedang menatap syok lelaki di depannya. Tamara hendak menutup kembali pintu rumahnya, tetapi Malvin lebih sigap menahan pintu.

"Kok langsung tutup pintunya? Gue 'kan mau bertamu!" celetuk Malvin.

Tamara mencoba melawan tenaga Malvin. "Gue gak terima tamu!"

"Gak bisa gitu dong, gue udah jauh datang kesini malah lo usir!" balas Malvin.

Tamara mengalah, ia membiarkan pintu terbuka namun tidak membiarkan Malvin untuk masuk. "Lo ngapain kesini?"

Malvin memerengkan wajahnya dan menatap lekat mata Tamara. "Jalan-jalan sore yuk!"

"Hah?"

Malvin menyingkirkan tangan Tamara dan menerobos masuk rumah. "Tante! Om!" serunya ingin memanggil penghuni rumah lainnya.

"Gue nge-kos!" cetus Tamara.

Pemuda itu mematung, sedikit malu sebenarnya. Tapi tidak masalah, ia harus tetap cool.

"Lo bukan orang asli Jakarta?" Malvin bertanya.

Tamara menggeleng.

"Jadi lo orang mana?"

"Bukan urusan lo!"

Malvin menggerutu dalam hatinya. Tamara mengingatkannya pada satu perempuan yang paling menyebalkan yang pernah ia temui, siapa lagi kalau bukan Clara Darsono.

"Gue gak mau jalan sore bareng lo, ntar gue diculik lagi," ucap Tamara.

"Ini orang kepedean banget sih!" tutur Malvin begitu pelan.

"Lo bilang apa?" tanya Tamara yang mendengar samar penuturan Malvin.

"Gue bilang kalo gue gak terima penolakan, cepat ganti baju lo!" jawab Malvin.

"Gue udah bilang gak mau,"

Malvin menghela nafas kasar kemudian ia melipat kedua tangannya kedepan. "Lo seharusnya bersyukur diajak jalan bareng gue. Banyak orang yang pengen ada di posisi lo, tahu gak?"

Dirinya berbicara sesuai fakta. Malvin Alistear, siapa yang tidak mengenal dirinya di kampus? Berwajah rupawan dan otak cemerlang membuatnya menjadi idola di Universitas Rasuna.

Tamara merasa tidak enak hati jadinya. Benar kata Malvin, ia seharusnya bersyukur karena ada pria yang ingin dekat dengannya jika mengingat bahwa dirinya hampir tidak dianggap di kampus.

"Maaf," ucap Tamara singkat.

Malvin yang merasa bangga memenangi perdebatan pun mengukir senyuman di wajahnya. "Nah gitu dong, cepat ganti baju lo sana!"

Tamara keluar dari kamarnya dengan pakaian mini berwarna hitam. Malvin sudah menduga hal itu, apa isi lemari pakaian Tamara penuh dengan warna hitam?

"Kita naik mobil?" ujar Tamara ketika melihat sebuah mobil putih terparkir di depan kos nya.

MALEVOLENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang