21 | Ego

255 22 17
                                    

Dengan kericuhan kantin, perempuan itu tetap fokus membaca buku yang ada di hadapannya. Ditemani jus jeruk dan semangkok cireng membuatnya merasa lebih baik. Tidak ada yang menemaninya di sini, hanya sendiri. Teman-temannya yang lain sedang sibuk dalam urusan masing-masing. Tidak masalah, novel berbahasa Inggris yang dipegangnya sudah dapat menjadi teman sekarang.

Tanpa disadari, segerombolan lelaki datang kearahnya dengan pakaian urak-urakan lalu memukul meja yang Ailee tempati.

"Selamat pagi Kakak cantik!" cetus mereka lalu duduk mengelilingi Ailee. "Lagi ngapain, Kak?" tanyanya dengan nada menggoda.

Tidak ada balasan dari Ailee.

"Kak Ailee diam mulu deh," celetuk salah seorang pemuda.

Walaupun merasa risih, Ailee tetap diam karena buku yang dibacanya jauh lebih menarik perhatian dari pada orang-orang tidak jelas ini.

Rasa kesal sudah memenuhi sebagian diri mereka, bahkan ada yang sampai berdecak di depan kakak kelasnya itu. Kemudian salah satu dari cowok tersebut mengangkat tangannya, hendak menyentuh pipi Ailee dan mengambil buku bacaannya.

Namun, sebuah tangan kekar hinggap di pergelangan tangan pemuda itu sebelum mendarat di pipi Ailee.

"NYARI MATI LO!" pekik seorang lelaki yang menjadi penghalangnya.

Kantin yang tadinya ricuh kini hening seketika. Semua mata tertuju pada Carlos, sang pemilik suara. 

"B-bang Carlos?" lafalnya gelagapan. Rasa takut sudah mendominasi sekarang, terlebih ketika Carlos meremas tangannya dengan sangat kuat.

"Mau lo apain cewek gue!?" tatap Carlos dengan tajam, rahangnya ikut mengeras siap untuk memusnahkan segerombolan orang ini.

"Gak ada Bang, serius!" ucap adik kelas itu sembari menggelengkan kepala.

"Kelas berapa lo semua?!" ujar Carlos.

Jangankan menjawab, mengangkat dagu saja mereka takut. Rencana mereka untuk mendekati Ailee gagal sempurna ditambah dengan rasa malu yang akan selalu menghantui nantinya karena suasana kantin tidak pernah sepi.

"Jawab!" bentak Carlos sampai menciutkan nyali mereka.

"Kelas 11, Bang," balasnya.

Carlos mengingat mereka sekarang. Mereka adalah orang yang sama yang mencegatnya sepulang sekolah karena ingin mengambil uangnya secara paksa. Dan itu menjadi kesalahan terbesar mereka dengan mencegat seorang mantan ketua geng motor tersebut. Buktinya, bekas luka yang Carlos berikan masih tercap jelas di tubuh mereka.

Pemuda itu tertawa layaknya pemenang judi. "Lo gak ingat gimana sakitnya pukulan gue?"

"Ingat Bang, ampun!" mohon mereka ketakutan.

Ailee sendiri sudah menutup bukunya, Carlos jauh lebih menarik perhatian tentunya. Ia tidak akan melerai pria itu jika tidak terjadi adegan perkelahian, maka itu Ailee hanya duduk tenang dengan senyum menyeringai.

"Pergi lo semua, gue hitung sampai 3!" perintah Carlos tegas.

"I-iya, Bang!"

Semua siswa itu pergi meninggalkan kantin dengan tergesa-gesa kecuali dia, orang yang sudah berani mendaratkan tangan kotornya pada pipi bersih Ailee.

Carlos mengangkat sebelah alisnya. "Lo mau kemana, hah?"

"Lo ketuanya, 'kan? Lawan gue kalo berani!" kata Carlos, tetapi ia menarik kembali ucapannya. "Ck! Gue lupa, lo bertujuh aja kalah lawan gue seorang. Apalagi lo sendirian, yang ada lo babak belur!"

MALEVOLENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang