31 | Pupil yang Hitam

164 24 16
                                    

jangan lupa vote & komentarnya gais, terima kasih karena udah nunggu cerita ini 💗

•   •   •   •

Setelah berulang kali memencet bel rumah Franklin, akhirnya Claudy dapat melihat wajah pria itu di hadapannya setelah pintu terbuka.

"Ada apa, Claudy?" ujar lelaki itu.

"Maaf mengganggumu lagi Frank, tapi aku butuh bantuanmu," kata Claudy.

"Aku gak merasa terganggu sama sekali," ucap Franklin.

"Flashdisk-ku hilang entah kemana, sementara aku membutuhkannya untuk presentasi besok di kampus. Apa boleh aku meminjam flashdisk-mu?" pinta Claudy melemas seakan pria ini adalah satu-satunya harapan yang tersisa.

"Ya, biar aku ambilkan."

"Tidak perlu repot-repot. Biar aku saja yang mengambilnya, katakan di mana tempatnya," ungkap Claudy sebab ia segan telah meminta bantuan Franklin berulang kali.

"Di ruang billiard laci ketiga, jangan yang ada di laci kedua karena itu sudah rusak."

Claudy menaiki tangga sambil berlari kecil dan tiba di ruangan yang dimaksud Franklin. "Laci ketiga," lafalnya seraya menunjuk satu per satu laci berwarna coklat gelap tersebut. Dirinya tersenyum karena telah menemukan apa yang ia cari dan butuhkan, kini waktunya pergi.

Kenapa laci kedua menarik perhatianku?

Claudy diam-diam membuka laci kedua dan mengaku terkejut ketika melihat banyak sekali flashdisk yang bertumpuk di sini.

"Gak mungkin ini semua rusak," tuturnya sembari memegang beberapa flashdisk untuk diteliti visualnya.

"Claudy, apa sudah dapat?"

Begitu mendengar suara seruan Franklin yang memanggil namanya, Claudy buru-buru menutup laci dan meninggalkan ruangan.

"Ya, aku sudah dapat. Terima kasih Franklin, kau selalu membantuku!" tutur Claudy sambil melangkahkan kaki menuruni anak tangga.

"Tidak masalah, selamat malam!" kata Franklin yang merasa tidak diberatkan sedikitpun.

"Selamat malam, Frank!" ujar Claudy kemudian beranjak kembali menuju rumahnya.

•   •   •   •

Jangan pikir Lala, guru BK hanya memberikan hukuman satu hari pada Helen, Sharon, dan Jihan. Hari ini adalah hari kedua mereka menjalankan hukuman untuk membersihkan perpustakaan karena pekerjaan mereka kemarin belum selesai.

"Ini sekolah juga ngapain punya perpustakaan segede gaban sih?" gerutu Jihan sembari memilah buku demi buku.

"Kita juga bersihkan perpustakaan terbuka?" tanya Sharon.

"Anjir! Jangan bilang iya!" celetuk Jihan.

Di sisi lain ada Helen yang bekerja sendiri. Mood-nya sedang tidak bagus, jadi dia lebih memilih untuk menjauhi teman-temannya. Tujuannya hanya satu sekarang, yakni menyelesaikan hukuman ini agar dapat kembali belajar di kelas.

"Psstt!"

"Pssttt! Helen!"

Merasa namanya disebut, gadis itu segera memalingkan pandangannya pada sumber suara. Terdapat Arsen yang sedang bersembunyi diantara rak-rak buku yang tak terpakai.

MALEVOLENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang