35 | Kegelisahan yang Berlanjut

26 2 0
                                    

Lelaki itu menyenderkan tubuhnya di mobil sembari mengamati tangga yang tak kunjung memunculkan Ailee. Sudah 20 menit dirinya menunggu, namun gadis itu tidak terlihat batang hidungnya. Xerano sudah merasa sangat lelah hari ini, istirahat yang cukup saja sudah jarang ia dapatkan.

"Kamu di mana, Ailee?" ucap Xerano seraya melihat jam tangannya.

Akhirnya gadis yang ditunggu datang juga, Ailee terlihat sangat santai berjalan kearahnya. Hal itu justru membuat Xerano semakin kesal.

"Kamu dari mana aja?" semprot Xerano.

"Dari kelas," jawab Ailee.

"Saya sudah nunggu kamu lebih dari 20 menit di sini dan kamu malah datang dengan santai," tambah pria itu.

"Tadi aku udah bilang untuk Bapak pulang duluan karena hari ini Carlos bawa mobil, tapi Bapak bersikukuh tadi, 'kan?" jawab Ailee.

"Setidaknya kamu bisa beritahu jam berapa kamu pulang biar kaki saya gak pegal nunggu kamu," tutur Xerano.

"Bapak 'kan bisa masuk ke dalam mobil," tunjuk Ailee.

"Kuncinya 'kan sama kamu,"

Ailee meraba kantong roknya dan memang benar kunci mobil Xerano ada padanya.

"Kalo gitu kenapa Bapak kasih ke aku kunci mobilnya?" cetus Ailee seraya menyerahkan kunci itu kasar.

"Saya bukan peramal, saya gak tahu bakal seperti ini," ujar Xerano.

"Kok Bapak jadi marah sih?"

"Saya gak marah,"

"Itu namanya marah!"

"Saya gak pernah marah sama kamu, Ailee," balas Xerano.

"Terserah deh! Aku juga pernah nunggui Bapak lebih dari 40 menit di sini!" ungkit Ailee tak terima.

"Xerano? Ailee?"

Suara wanita itu sukses membuat sang pemilik nama membeku di tempat.

"Megna?" ucap Xerano.

"Apa yang kalian berdua lakukan di sini?" ujar Megna.

"Ailee menemuiku untuk bertanya soal proyek di kelas karena dia yang kutunjuk sebagai ketua," kata Xerano sebagai alasan.

"Oh, begitu,"

"Iya, Bu," jawab Ailee.

"Tapi ini masih hari pertama mereka bersekolah, kenapa kamu sudah memberikan mereka proyek, Xerano?" tanya Megna.

"Proyek ini untuk bulan Februari, aku cuma membahasnya sedikit di kelas dan menunjuk ketua kelompok mereka. Itu saja," balas Xerano.

"Aku paham, pasti kamu ingin mereka tidak terlalu repot nantinya saat pengerjaan proyek, maka itu kamu sudah membahasnya, 'kan?" pikir Megna.

"Benar."

Lalu Megna beralih pada perempuan berseragam sekolah yang berdiri di sampingnya. "Ailee, kamu pulang dengan siapa?"

"Umm—aku,"

"Mau bareng Ibu aja?" tawar Megna.

"Tidak perlu, Megna. Ailee denganku saja. Kebetulan hari ini aku melewati rumahnya," ujar Xerano.

"Kamu tahu di mana rumah Ailee?" tanya Megna.

"Ya, dia memberi tahuku barusan. Ya 'kan, Ailee?"

"Iya, Pak," balas Ailee dengan sedikit senyuman.

"Ya sudah kalau begitu, aku pamit pulang duluan," ungkap Megna sembari melambai kearah keduanya.

Xerano dan Ailee saling melirik satu sama lain. Mereka menghela nafas lega di waktu yang bersamaan dan masuk ke dalam mobil dengan gerakan yang sama juga. Untung saja Xerano berhasil menipu Megna dengan wajahnya yang tampak baik-baik saja dan postur tubuh yang normal padahal mereka habis berdebat tadi.

MALEVOLENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang