HMH || Part 21

1.6K 94 2
                                    


Sudah dua hari Dara dan Harsa tinggal di rumah Indra. Ini sudah menjadi kesepakatan bersama yang telah mereka rencanakan sebelumnya. Setelah menikah Dara sendiri tidak tahu ia akan tinggal di mana, tapi dulu Harsa pernah bilang bahwa ia sudah menyiapkan rumah untuk mereka huni. Dara belum pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri, hanya sebuah foto yang memperlihatkan bentuk rumahnya. Ia akui desain rumah modern berlantai satu dengan halaman yang luas. Katanya untuk interior rumah akan dilakukan bersama-sama.

Selepas membangunkan Harsa untuk menunaikan solat subuh dan membantu menyiapkan pakainya Dara langsung tertidur lagi. Karena sejak dua hari terakhir ia kedatangan tamu bulan, seringkali setiap datang bulan ia akan merasakan kram perut dan mulas selama tiga hari setelah itu sakitnya akan berkurang. Untunglah, Harsa mengerti tentang keadaannya.

Maka dari itu, Dara baru bangun pukul tujuh pagi. Ia melihat disampingnya sudah tidak ada keberadaan suaminya. Kemudian Dara bangkit lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, tidak lupa ia juga membawa baju untuk Dara pakai di dalam. Tidak lucu saat ia sedang memakai pakaian lalu datang Harsa dan melihat apa yang Dara lakukan. Itu sangat memalukan.

Hari ini Dara memakai baju one set dengan motif abstrak berwarna abu-abu. Selain daster, ia juga sangat suka pada baju one set. Di lemari rata-rata banyak sekali pakainya, tentunya berbeda-beda motif dan warna. Lebih praktis menurut Dara.

Saat keluar, berbarengan dengan Harsa masuk ke dalam kamar. Pria itu  mengernyitkan dahi terlihat sedikit aneh menatap dirinya. "Lho, Mas kira kamu belum bangun."

Dara menyegir sambil membetulkan rambut yang terbungkus oleh handuk. "Habisnya udah nggak enak, mau ganti ya udah sekalian aja mandi." Harsa mengangguk lalu berjalan ke arah ranjang dan meletakkan segelas air putih dan semangkuk bubur yang ia disimpan di nakas.  Dara mengekori suaminya. Harsa duduk di tepi ranjang diikuti oleh Dara yang duduk dihadapannya.

"Ini buat siapa?" tanya Dara.

"Buat istri Mas lah, siapa lagi?" jawab Harsa membuat Dara tersenyum malu.

"Kapan belinya? Kok nggak bilang."

"Tadi jam 6, diajak sama ayah yang kebetulan lagi mau beli sama Eca." Dara menganggukkan kepala. Rutinitas sehari-hari saat Eca ke sini akan diajak oleh Indra untuk berjalan pagi-pagi menikmati udara segar. Pulangnya mereka akan membawa beberapa kantung kresek yang didalamnya berisi jajanan Eca. Indra memang sering memanjakan cucunya, dulu Dara pun sempat iri saat keberadaan Eca menggantikan posisinya.

"Lah, mereka nggak jadi pulang sekarang, Mas? Pas malam bilangnya mau berangkat lagi pagi-pagi."

"Iya, nggak jadi. Mau bareng sama kita katanya. Padahal udah siap-siap, Eca nya ngamuk nggak mau pulang. Kamu emangnya nggak dengar?" Dara menggelengkan kepala sambil tersenyum. Di mata Harsa istrinya sangat lucu. Ia mengambil alih mangkuk yang berada dipangkuan Dara, gereget karena Dara belum menyuapkan bubur itu, malah asik mengajaknya untuk mengobrol. Lantas Harsa menyuapkan sendok berisi bubur kedalam mulut Dara. Sempat menolak, namun kemudian Dara menuruti.

"Kalau nggak gini, kamu nggak selesai-selesai makan." Harsa terus menyuapkan bubur itu, tidak memberikan celah untuk Dara berbicara kembali. Dengan cara ini bisa cepat untuk menghabiskannya. Setelah habis, ia menyimpan mangkuk lalu mengambil gelas kemudian memberikannya pada Dara.

Sungguh enaknya jadi Dara dimanjakan oleh suaminya.

"Alhamdulillah," kemudian Dara melanjutkan obrolan yang sempat terjeda. "Terus pulangnya kapan? Kan Mas Chandra besok harus kerja."

"Mas Chandra udah berangkat duluan." Dara ber-oh menanggapinya.

Dara merangkak hingga duduk bersampingan dengan Harsa, bersandar di kepala ranjang. Entah dorongan dari mana, kenapa ia jadi tidak merasa malu lagi saat berada didekat suaminya itu, suatu kemajuan pesat supaya ia bisa lebih dekat dengan Harsa. Sementara Harsa, ia agak kaget melihat pergerakan Dara yang tiba-tiba menjadi seperti ini, meskipun ia merasa senang akan perubahan sedikit demi sedikit pada istrinya.

Hi, My Husband!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang