Hai, aku update lagi. Apa kabar? Sehat selalu buat yang baca.Buat yang lupa, boleh liat dulu part sebelumnya.
Aku juga mau mengucapkan terima kasih banyak yang udah ngikutin cerita ini dari awal. Gak nyangka banget yang awalnya cuma satusan sampe sekarang udah menginjak angka 25,8k yang baca. Ini sungguh diluar ekspektasi aku🥺
Makasih ya. Aku sangat bahagia.
Tanpa kamu, cerita ini gak bakalan sesukses sekarang. Aku jadi semangat buat nulis lagi.
Happy reading❤️
****
"Mas Harsa seleranya jadi turun drastis banget ya?"
"Iya. Aku juga kaget, Mbak. Dia kan tipenya yang seksi sama bajunya yang agak terbuka. Beda banget sama yang sekarang malah tertutup dan islami."
"Betul. Contohnya kayak kita-kita. Aku sama kamu kan pernah jadi bagian masa lalu Mas Harsa."
"Haha iya, Mbak. Aku jadi kangen deh. Eh-- jangan dibahas lagi takut istrinya cemburu."
Perkataan dua wanita tadi malah jadi terngiang-ngiang di otaknya. Insiden sepulangnya Dara membeli dari tempat jualan nasi uduk di komplek yang tidak jauh dari rumahnya. Dara yang tahu bahwa ia sedang dibicarakan oleh dua wanita tersebut hanya bisa diam sambil mendengarkan obrolan mereka. Mereka mengira sedari tadi jadi bahan perbincangan Dara tidak mendengar kali ya?
Pagi-pagi gini sudah bikin moodnya rusak hanya karena perkataan mereka yang membuatnya jadi overthinking. Dara sangat kesal dan marah sebetulnya, dua wanita itu menganggap bahwa Dara adalah wanita yang memiliki standar rendahan begitu? Hanya karena Harsa memilihnya menjadi istri. Persoalan penampilan dari cara berpakaian itu kembali lagi pada orangnya, kenapa malah dipermasalahkan penampilan Dara? Coba tanya kenapa Harsa lebih memilihnya dari pada orang yang menurut wanita itu selera Harsa. Kalau saja Dara tadi sedikit berani untuk berbicara.
"Dasar buaya! Banyak juga ternyata mantan-mantan Mas Harsa."
Napas Dara kembang kempis tak karuan. Melempar barang belanjaan tadi ke sofa, hingga tergelak mengenaskan tanpa berniat untuk membetulkan. Kesalnya masih terbawa di tempat tadi, Dara duduk pada sofa sambil memangku bantal lalu meninju dengan brutal. Dara menyerah, kemudian terdiam dengan segala pikiran berkecamuk dalam otaknya. Hingga tidak sadar seseorang tengah berdiri di depannya. Dara membuang muka ke arah lain, tidak ingin melihat muka Harsa.
Harsa mengernyit bingung atas perubahan sikap Dara yang sangat aneh setelah pulang membeli nasi uduk. Padahal sebelum pergi Dara masih bersikap biasa saja tidak seperti sekarang, wajahnya berubah jadi jutek dan judes. Apa terjadi sesuatu di tempat itu?
"Say--" ucapan Harsa terhenti karena Dara tiba-tiba berdiri berniat untuk menghindar. Namun sebelum itu terjadi, Harsa dengan sigap mencekal lengan Dara dengan pelan.
"Lepas!" Dara mencoba melepaskan tangannya tapi tenaganya tidak cukup kuat untuk melakukannya.
"Hei? Kamu kenapa?" Harsa menatap lekat pada wajah Dara, ia membuang muka lagi tidak suka jika ditatap sedekat ini. Salah satu lengan Harsa tergerak untuk menarik dagunya hingga kemudian matanya saling bersitatap. "Mas ada salah sama kamu? Kalau iya, bilang. Jangan diam seperti ini."
"Aku lagi kesel!"
"Iya kesel kenapa? Coba sini cerita sama Mas." Harsa mencoba untuk mengajak Dara duduk tapi rupanya Dara kembali menolak.
"Nggak mau duduk!"
Harsa mengangguk, lebih baik ia ikuti saja kemauan Dara. Mending cari aman karena sepertinya Dara bak macan betina yang sedang marah saat ini. Ia juga tidak tahu sebab pastinya Dara se-kesel ini padanya. "Sini peluk, Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, My Husband!
ChickLitApa jadinya jika seorang pria tiba-tiba datang dan mengajaknya untuk menikah? Bahkan ia sama sekali tidak mengenali pria itu. Semua cerita tersebut sama persis yang tengah dialami oleh Adara Indraswari. Dara tak menyangka jika pertemuannya dengan Ha...