Part 8 : Apartemen Gue!

5.5K 477 25
                                    

"Dimaaas! Congrats!"

Kedua sudut bibir Dimas dipaksa terangkat setinggi mungkin ketika mendengar suara itu. Mengabaikan dasinya yang belum terikat sempurna, dia berbalik menyambut wanita berambut cokelat sebahu itu.

Wanita yang mengenakan halter dress itu adalah Felicia. Cinta pertama sekaligus cinta matinya Dimas. Sayang, hanya bertepuk sebelah tangan.

"Gue nggak nyangka lo bakalan sama Brisia. Kalo gue ingat-ingat, waktu itu lo mati-matian menghindar dari acara perjodohan kalian. Kena karma kan lo!" cerocosan wanita itu membuat Dimas menipiskan bibirnya dan mengangguk pasrah. "Iya ... Thanks Fel sudah datang. Suami lo mana?" tanya Dimas basa-basi. Aslinya dia tidak menanti kehadiran pria itu.

"Lagi parkir mobil. Kalo ada dia pasti gue nggak dibolehin ngobrol lama-lama sama lo," cibir Feli.

"Heran deh. Masih aja cemburu sama gue. Dia udah nikah sama lo. Nggak bakalan gue ganggu kok," sahut Dimas santai, walau hatinya berdenyut nyeri.

Takdir memang kejam. Pria sebaik Dimas tidak bisa bersama wanita lembut dan kalem seperti Feli. Dia malah disatukan dengan perempuan histrionik dan pecicilan macam Brisia.

"Ya, gitu deh. Tapi gue seneng liat dia cemburu," balas Feli sambil terkekeh.

"Gue yang takut kena bogemnya dia," balas Dimas sambil berdecak tidak suka.

"Kok lo nggak cerita-cerita sih kalo udah jadian sama Brisia? Gue kan pengen jadi sahabat yang selalu kasih saran. Kayak lo dulu." Dimas tersenyum masam mendengar omelan Feli. Tangannya sudah sangat gemas ingin mengacak rambut Feli, tapi dia menahannya.

Selain rambut itu sudah tertata rapih, ada suami Feli yang akan mengamuk jika Dimas melakukannya. Kadang, Dimas merindukan masa-masa mereka kuliah. Di mana dia bisa berlindung di status friendzone. Sekarang, Dimas tidak tahu mereka ada di zona mana. Hanya rekan kerja-zone mungkin.

"Kalo Brisia nggak WA kirim undangan digitalnya, gue nggak akan tau mungkin. Beruntung lo tuh punya istri sebaik dan sesupel dia."

"Gue mau cerita, tapi tuh anak lebih dulu bilang ke lo," ujar Dimas tidak sepenuhnya bohong. Perempuan itu mengirim undangan digital di siang hari dan malamnya datang ke tempat praktek Dimas. Ya, Brisia dan rencana-rencana liciknya.

Perempuan itu benar-benar tahu kebahagiaan Feli sangat berarti bagi Dimas. Dalam chat itu terlihat Feli sangat bahagia dan antusias dengan pernikahan mereka. Sesuatu yang membuat Dimas hampir setuju melanjutkan pernikahan mereka.

Feli pernah bilang akan merasa bersalah jika Dimas tidak dapat menemukan pendamping hidup. Tentu saja Dimas tidak mau wanita yang dia cintai terus menerus merasa bersalah.

"Ck! Dasi lo kok miring, sih," decak Feli. Tangannya baru saja terulur untuk merapikan dasi hitam itu, tapi sebuah deheman menghentikannya. "Biar aku yang rapihin."

"Yaelah masih cemburu aja," gumam Dimas ketika melihat kemunculan suami Feli. Pria itu tidak membalas melainkan mulai merapihkan dasi milik Dimas. "Congrats, Bro. Gue lebih tenang sekarang," ujarnya lalu memberi tepukan di bahu Dimas.

"Thanks, Bro," ucap Dimas dengan senyum yang masih dipaksakan.

Feli dan Matt terlihat bahagia. Jenis kebahagiaan yang mungkin tidak bisa Dimas berikan jika Feli bersamanya. Bisa terlihat dari binar-binar yang ada di tatapan mereka berdua.

"Eh, kayaknya banyak yang mau salaman sama lo. Gue sama Matt ke ruang acara ya," pamit Feli saat sadar ada seorang pria yang menunggu giliran bertemu Dimas.

Drama QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang