Part 21 : Mengikhlaskan

6.6K 531 57
                                    

Brisia baru akan membuka pintu mobil ketika Dimas menahan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brisia baru akan membuka pintu mobil ketika Dimas menahan tangannya. "Kenapa?" tanya Brisia bingung dengan sikap Dimas sejak tadi. Suaminya ini malah sering membalas semua perkataannya.

Anehnya lagi, muncul sikap lembut Dimas yang tidak ngomel-ngomel.

Kalau ini terjadi pada pasangan suami istri lain mungkin normal, tapi Brisia mengenal suaminya. Ini sedikit aneh. Meskipun Brisia senang dengan perubahan Dimas.

"Ada yang mau aku bilang ke kamu. Tapi, ehm..." Dimas terlihat bingung untuk menyelesaikan kata-katanya.

"Tapi apa, Sayang?" ulang Brisia. Wajah Dimas terlihat murung. Brisia jadi berpikir apakah semenyedihkan itu bersikap lembut padanya?

Lebih anehnya lagi, Dimas menarik Brisia ke dalam pelukkannya. Mengusap rambutnya lembut disertai hembusan napas berat. "Liam baru saja pergi meninggalkan kita," ucap Dimas akhirnya.

Brisia menarik dirinya cepat. "Nggak mungkin." tandas Brisia.

"Dimas? Kamu bohong, kan?" Kesepuluh jemari Brisia sampai meremas bahu Dimas. Karena dia tahu, suaminya tidak pernah berdusta menyangkut nyawa seseorang.

"Panggilan telepon di ponsel aku tadi. Itu dari dokter yang merawat Liam dan-"

"Kenapa kamu nggak bilang ke aku?! Kenapa kamu baru bilang sekarang?" bentak Brisia.

"Karena aku tahu kamu akan langsung ke rumah sakit. Kamu belum makan sejak tadi pagi dan aku nggak mau kamu sakit. Kamu harus kuat. Liam-" ucapan Dimas langsung berhenti ketika Brisia membuka pintu keluar dan berlari ke rumah sakit.

Bukan hanya Brisia. Dada Dimas juga sesak karena sejak tadi menyimpan berita duka ini. Apalagi dia harus berakting sebaik mungkin di depan Brisia. Karena jika dia tidak melakukan ini, Brisia pasti akan melewatkan makan siangnya.

Dimas tidak mengejar Brisia saat wanita itu berlari menuju ruang perawatan intensif tempat Liam dirawat. Sesuatu dalam dirinya tidak ingin melihat Brisia menangis seperti sekarang. Tetapi, sebagian dirinya ingin menjadi kekuatan untuk wanita itu.

Di depan ruang rawat sudah ada keluarga besar Brisia. Bahkan Mama dan Papa Dimas juga sudah di sana. Di antara mereka semua, tangisan pilu Brisia yang paling terdengar.

"Ma, Dimas bohong kan? Aku belum ketemu Liam."

"Liam sudah bahagia sekarang. Dia sudah ketemu Mama dan Papanya."

Dalam pelukkan Rianti, Brisia menggeleng. "Brisia masih mau jagain Liam, Ma."

Suara tangis kembali pecah saat jenazah Liam dibawa keluar. Semuanya mendekat, menatap tubuh kaku Liam dibalik selimut putih. Sesuatu serasa mencengkram napas mereka melihat wajah pucat yang sudah terbujur kaku.

Drama QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang