Part 1 : Oh No!

19.9K 916 24
                                    

Ada yang aneh dengan rongga dada Dimas pagi ini. Napasnya terasa sesak. Seolah ada benda berat yang sedang menindihnya. Rasa aneh itu sampai membuat dahinya berkerut meski matanya masih tertutup.

Setahu Dimas, dia tidak punya riwayat penyakit paru atau jantung. Merokok saja hampir tidak pernah. Dimas kan lelaki baik dan sangat menyayangi tubuhnya. Yah, meskipun pilihan tidak merokok itu juga berkaitan dengan profesinya.

Merasa tidak tahan, perlahan matanya membuka. Mencari tahu penyebab dadanya terasa sesak dan apakah dia perlu ke rumah sakit atau tidak. Rasa sesak itu sekarang ditambah dengan rasa geli karena sesuatu yang melingkar-lingkar di dadanya.

Kelopak matanya yang baru terbuka setengah millimeter melihat wanita cantik berambut pirang sedang berbaring di dadanya. Jari telunjuknya menari-nari di atas dada Dimas. Membentuk lingkaran-lingkaran abstrak.

Apa wanita ini malaikat? Ternyata malaikat di surga benar-benar cantik. Sexy juga karena malaikat itu sudah mengangkat tubuh polosnya sambil bertopang dengan kedua sikunya di dada Dimas.

"Halo, baby," sapa malaikat itu.

Dimas mengangkat kelopak matanya lebih ke atas untuk melihat jelas wajah malaikat itu. Seketika kedua matanya membulat sempurna saat wajah malaikat-ralat-iblis penggota itu terlihat begitu jelas.

"Oh no!! Menjauh dari gue!" seru Dimas seperti melihat bakteri mematikan. Secepat kilat dia bangkit duduk dan beranjak mundur sampai punggungnya menabrak sandaran tempat tidur. "Argh!" ringisnya.

"Good morning Calon Suamiku. Akhirnya kita ketemu juga. Nggak capek ya lari terus dari acara perjodohan?"

Dimas memalingkan wajahnya saat wanita itu merangkak mendekat. Ya Tuhan ini bukan surga! Dia ada di nereka sekarang dan wanita ini adalah iblis penggoda. Iblis ini bahkan tidak merasa risih dengan tubuh telanjangnya yang terpampang jelas di depan Dimas.

"Kenapa lo bisa tidur sama gue?" tanya Dimas geram sambil sekuat tenaga memejamkan matanya. Tidak, dia tidak boleh membuka mata dan menikmati pemandangan menggairahkan di depannya.

"Tidur? Hmm ... Aku lebih suka menyebutnya kencan buta. Kan kita dijodohin." Suara menggoda iblis ini membuat Dimas menghembuskan napas kuat. Meredakan berbagai rasa kesal sekaligus gairah yang sedang dia coba redam.

"Lo pasti jebak gue! Nggak mungkin gue mau tidur sama lo!" bentaknya.

Wajah Dimas berjengit ketika jemari lentik milik iblis penggoda itu menyentuh rahangnya. Dagunya ditarik agar menatap si iblis yang sekarang pasti sudah berjarak beberapa senti meter dari wajah Dimas. "Salah kamu sendiri selalu menghindar dari rencana perjodohan kita," bisiknya sambil menghembuskan napas ke wajah Dimas.

"Lo benar-benar keterlaluan!" seru Dimas lalu membuka matanya. Tatapan mereka beradu. Dimas dengan binar kekesalan dalam manik cokelat terangnya dan wanita itu dengan binar geli dalam manik hitamnya.

"Dimas Sayang, perjodohan sambil ketemu di restoran terdengar biasa buat kamu. Itu sebabnya aku pakai cara ketemu langsung di ranjang," godanya lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Dimas. Sengaja membuat ujung dadanya mengenai bahu telanjang Dimas. "Toh, cepat atau lambat kita akan menikah," bisiknya dengan nada menggoda.

Merasa tidak sanggup lagi menahan gairahnya, tangan Dimas terangkat lalu mendorong wanita itu. Selama ini dia tidak pernah mendorong seorang perempuan. Dia tidak menyukai kekerasan pada kaum hawa. Tapi iblis penggoda ini berbeda. Kalau dibaikkin akan ngelunjak.

"Kamu suka main kasar, tapi kenapa semalam lembut banget?" tanya wanita itu sambil berguling telungkup dan menopang tubuhnya dengan siku.

Drama QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang