Part 4 : Apartemen Brisia

6.4K 582 20
                                    

Kepalan tangan Dimas begitu keras ketika menimbang akan mengetuk atau meletakkan rantang ini di depan pintu. Ini pasti hanya akal-akalan Brisia saja. Wanita itu pasti tidak sakit. Dia kan drama queen.

Bagi Dimas, Brisia itu perempuan dengan gangguan kepribadian histrionik. Di mana penderitanya memiliki perilaku suka mencari perhatian, berperilaku berlebihan, juga suka bersandiwara. Tidak hanya itu, penderita gangguan kepribadian ini membutuhkan penghargaan atas dirinya. Hal itu akan membuatnya merasa lebih baik.

Biasanya ada pemicu di masa kecil sehingga saat dewasa muncul gangguan ini. Entah apa yang di alami perempuan itu di masa lalu. Dimas tidak peduli.

Kalau ada yang bertanya apa yang paling Dimas malas lakukan di dunia ini, jawabanya adalah terlibat dalam drama kehidupan Brisia Clairine. Seperti sekarang, tangannya belum memencet bel pintu, tapi pintu di depannya sudah terbuka. Si Brisia sudah tahu tentang kedatangannya karena satpam di apartemennya sudah memberi informasi lewat interkom.

Jakun Dimas bergerak turun naik ketika melihat pakaian Brisia. Tanktop putih bertali spaghetti dan sebuah celana pendek berwarna lilac. Cukup minim untuk memamerkan kulit putih mulusnya. Warna hitam dari balik tanktopnya membuat Dimas bernapas lega. Karena setidaknya perempuan itu memakai bra dibalik tanktop tipisnya.

Dimas mengedipkan mata untuk mengembalikan fokusnya. Wanita ini pasti sengaja menggoda Dimas. Tenang, dia tidak akan tergoda.

Yang tadi itu hanya respons alami lelaki jika melihat pemandangan seperti ini.

"Mau dong payudara aku diperiksa, jangan-jangan ada tanda keganasan." Kedua mata Dimas memicing menatap arah pandang Brisia yang sudah tertuju pada tulisan di kaosnya. Wanita ini benar-benar sinting.

"Punya kamu kayaknya baik-baik saja."

"Sudah periksa kemarin malam, ya dok?" goda Brisia yang langsung membuat Dimas mengernyit kesal. Kemarin malam itu kesalahan. Dan dia tidak suka jika kesalahannya dibahas berulang-ulang. "Berhenti membahas masalah itu, Brisia."

"Ini makanan dari Mama. Semoga cepat sembuh," ujar Dimas datar sambil menyodorkan rantang empat susun ke hadapan Brisia.

"Masuk aja dulu. Aku pindahin ke piring dulu makanannya."

"Nggak perlu. Gue mau langsung pergi," tolak Dimas. Mengantisipasi segala bentuk ajakan Brisia agar dia tidak masuk perangkap.

"Oh, kamu pasti nolak karena mau balik ke sini lagi besok cuma buat ambil rantangnya, kan?" Kedua alis Brisia terangkat dengan senyum lebar menghiasi bibirnya.

"Lo kirim aja rantangnya balik ke rumah gue."

"Nggak mau. Gue bakalan bilang ke Tante-"

"Kenapa sih bawa-bawa nyokap gue?"

Brisia maju selangkah sambil mengusap lengan kekar Dimas. "Kalau kamu masuk dan tunggu aku pindahin makanannya malam ini, aku nggak akan bawa-bawa Mama kamu. Semuanya beres malam ini."

Tidak ada pilihan lain. Dimas menepis tangan Brisia kasar lalu berjalan masuk melewati perempuan itu. Dia akan keluar hidup-hidup dari kandang singa.

Dimas mengernyit ketika melihat Brisia berjalan masuk ke salah satu pintu, bukannya ke dapur. "Mau ke mana?"

"Minum obat sebentar, beb. Sabar sedikit dong. Udah nggak tahan, ya?" balas Brisia sebelum menutup pintu yang di duga Dimas sebagai pintu kamar perempuan itu.

Apartemen ini di dominasi warna putih dengan desain skandinavia yang membuatnya terlihat bersih. Pada beberapa dinding tergantung foto Brisia dengan berbagai pose. Wanita ini rupanya memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi.

Drama QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang