Part 12 : Wanita Manja (?)

6K 504 11
                                    

Kotak tisu di mobil Dimas sudah berpindah ke pangkuan Brisia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kotak tisu di mobil Dimas sudah berpindah ke pangkuan Brisia. Tempat sampah mungilnya sudah tidak berpenutup lagi karena tidak cukup menampung tisu bekas ingus dan air mata.

Tubuh Brisia gemetar sekaligus tegang. Dimas bisa melihat semua itu begitu jelas meski hanya sebuah lirikan singkat. Dia juga tidak mau menatap Brisia lama-lama. Yang ada perempuan itu malah baper.

"Dada kamu masih sakit?" tanya Dimas hanya untuk mengalihkan kesedihan Brisia. Tidak ada pembicaraan selama lima belas menit perjalanan. Alunan lagu Blue Jeans yang menjadi pemecah keheningan di antara mereka tidak bisa menghilangkan kesedihan Brisia.

"Uhm, sebenarnya dada aku nggak sakit," aku Brisia yang mendapat lirikan singkat dari Dimas. Wajahnya masih berleleran air mata. Bulu mata extension yang biasanya terlihat lentik sempurna kini sudah terlepas di beberapa bagian. Namun, tatapan selugu mungkin sengaja dibuat agar Dimas tidak marah.

"Kamu masih bisa bohongin aku di saat begini?!" omel Dimas. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Brisia yang masih sempat-sempatnya berbohong. Yang meninggal barusan adalah Kakak kandungnya bukan orang lain.

"Kalau aku nggak bohong, kamu nggak mau anterin aku ke rumah sakit." Brisia menghapus air matanya lalu menatap Dimas dengan wajah memelas. Berharap Dimas luluh dengan tatapannya. Sayangnya, Dimas tidak melirik sedetik pun lagi ke arahnya.

"Brisia," panggil Dimas sambil menahan emosinya. "Mas Gilang itu kakak ipar aku, nggak mungkin aku nggak ada di saat terakhir dia."

Brisia mengubah posisi duduknya menghadap ke depan lagi. "Ya udah. Aku minta maaf sekaligus terima kasih."

"Nggak perlu terima kasih. Ini memang kewajiban aku."

"Bukan karena anterin aku. Tapi karena tadi mau gendong aku sampai di parkiran. Jadi aku nggak nyesel udah bohong ke kamu," ujar Brisia polos.

Dimas berpaling menatap Brisia. Sudah siap dengan rentetan omelan yang siap untuk diluncurkan. Namun, tatapan polos Brisia tanpa senyum jail seperti biasanya membuat Dimas batal melakukan itu.

"Lain kali, aku nggak peduli kalau kamu sakit," geram Dimas. Bibir Brisia hanya bisa mengerucut mendengar ini. Dia tidak protes. Karena Dimas tetap akan peduli.

"Turun. Kita sudah sampai," pinta Dimas yang langsung dipatuhi Brisia. Wanita itu tidak menunggu melainkan langsung berlari meninggalkan Dimas.

"Brisia!" teriak Dimas yang tidak dihiraukan. "Ya ampun ni cewek memang nggak bisa diatur!" gerutu Dimas sambil mengejar istrinya.

Sampai di depan kamar mayat, suara tangis sudah terdengar. Langkah Dimas melambat, membiarkan Brisia berlari ke pelukan Mamanya. Kakinya berhenti saat melihat wanita itu jatuh terduduk ke lantai dan kembali terisak.

Drama QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang