Part 32: Ide Para Sepupu

3.4K 303 21
                                    


Menjadi dokter membuat Dimas tahu kalau ada ribuan hal di dunia ini yang masih menjadi misteri. Ada ratusan penyakit yang obatnya belum ditemukan. Berbagai penelitian dilakukan untuk menjawab semua teka-teki ini.

Namun, menjadi suami membuat Dimas sadar kalau ada hal yang lebih sulit daripada menjadi seorang dokter. Dia tidak bisa mencari jurnal penelitian tentang wanita itu. Dia tidak bisa membuat riset tentang bagaimana mengerti pikiran istrinya.

Dimas hanya mementingkan dirinya sendiri selama ini. Hampir setahun mereka bersama. Tetapi banyak hal tentang Brisia yang belum dia ketahui.

Saat ini, Dimas hanya bisa menatap langit sore dari jendela kamar mereka. Lebih dari seminggu kepergian Brisia. Dan dia masih buntu. Tanpa arah. Tidak tahu harus mencari ke mana.

Sebuah helaan napas berat keluar dari mulutnya. Secangkir kopi yang mulanya mengepul kini sudah tidak terlihat uapnya lagi. Dia tidak sadar sudah hampir setengah jam berdiri. Memutar berbagai memori keberadaan Brisia.

Drrrt..

Ponsel yang bergetar di sakunya berhasil membuat lamunan Dimas buyar. Nama Joe, sepupunya muncul sebagai penelpon. "Halo,"

"Dim, kita semua tahu lo lagi pusing mikirin istri lo. Gimana kalau kita ngumpul dan pikir rencana buat cari di mana istri lo sekarang."

Dimas menyesap kopinya yang sudah mulai dingin. "Thanks. Gue nggak tahu lo semua seperhatian itu sama gue."

"Ya iyalah kita semua sayang sama lo. Kita juga nggak mau punya sepupu yang gila di usia muda cuma karena ditinggal ngambek istrinya," seru Dion dari seberang sana.

"Kalian di mana?" tanya Dimas.

"Kita lagi di jalan mau ke apartemen lo."

"Ngumpul di cafe biasa dekat apartemen gue aja. Apartemen berantakan."

"Oke," sahut Joe.

"Tuh, kan lo baru merasa sedih dan repotnya ditinggal Brisia." Ini seruan terakhir Dion sebelum panggilan telepon ditutup. Cukup telak menohok Dimas. Betapa dia telah menyianyiakan Brisia selama ini.

Butuh waktu sepuluh menit untuk Dimas berjalan kaki menuju cafe yang dimaksud. Hanya sebuah kedai kopi biasa yang sekarang sedang ramai dikunjungi anak muda di sekitar tempat tinggalnya. Interior simple dengan dominan warna putih dan beberapa quotes di pasang di dinding cafe ini menjadi daya tarik untuk para kaum muda.

Sebuah quotes di dinding menarik perhatian Dimas. "Sayangi selagi bisa. Relakan jika sudah tak bisa."

Merelakan? Dimas tidak akan melakukannya. Dia akan mencari Brisia dan anak mereka.

"Hoi, Dim!"

Suara Dion membuat Dimas berpaling dan menemukan ketiga sepupunya yang duduk di salah satu sudut cafe yang menghadap jalan. Sepertinya mereka belum lama tiba karena belum ada minuman di atas meja.

"Sumpah lo kacau banget!" komentar Wulan yang langsung mendapat anggukan dari Joe.

"Gilak sih. Se-dahsyat ini ya pengaruh Brisia Clairine dihidup Dimas. Dulu aja lo seneng kalau dia pergi," sindir Dion yang langsung mendapat delikkan tajam dari Dimas.

"Memang benar. Cinta bisa mengubah semuanya," cetus Joe.

"Lo udah jatuh cinta sama Brisia?" tanya Wulan sambil menyerahkan buku menu ke arah Dimas.

Drama QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang