30. Teror (2)

258 15 22
                                    

Happy Reading!❤

Setelah Malvin membuang kotak tersebut, ia dan Resta segera masuk rumah. Malvin menghembuskan nafas gusar berkali-kali lalu memasuki kamarnya yang terletak disamping kamar Resta. Malvin tidak habis pikir, ada saja orang jahil yang berbuat seperti itu.

Resta duduk ditepian ranjangnya untuk menetralkan pikiran. Ia menduga bahwa ini perlakuan Anya. Siapa lagi jika bukan gadis itu? Ataukah ada orang lain yang membencinya sejak lama hingga berani melakukan hal itu? Entahlah, Resta tidak tahu. Namun ia tidak bisa menuduh orang sembarangan sebelum adanya bukti.

Sebenarnya Resta ingin bercerita pada Keano maupun sahabat-sahabatnya tentang kejadian tersebut. Tetapi mengingat waktu sudah larut akhirnya ia menundanya. Resta sendiri memutuskan tidur. Tidak mau terlalu memikirkan kejadian tadi.

Resta menarik selimut berwarna rainbow miliknya. Ia mulai memejamkan matanya. Agar esok hari, ia dapat bangun lebih awal dari biasanya.

Prak!

Tiba-tiba saja Resta mendengar suara lemparan dari balkon kamarnya. Resta beringsut duduk. Jantungnya berdegup lebih kencang. Nafasnya memburu lebih cepat.
Apalagi ini? Sungguh bukan kemauan Resta. Ia ingin tidur nyenyak untuk malam ini. Bukan malah di teror terus-terusan seperti ini.

Ia berjalan mendekati gorden penutup pintu kaca. Perlahan namun pasti. Sedikit demi sedikit ia membuka gorden tersebut untuk menuju balkon.

Kemudian ia membuka pintu kaca itu. Mencari sebuah benda yang membentur dinding kamarnya.

Suasana begitu gelap karena lampu sekitar komplek perumahan nya tak semua hidup. Ada yang sengaja dimatikan.

Resta masih mencari benda itu disekeliling balkon. Akhirnya ia pun menemukan sebuah batu yang dibalut dengan kertas dan sedikit berlumuran darah.

"KAK MALVIN!!!" Resta berteriak ketakutan. Suara teriakan itu sampai ke telinga Malvin yang kebetulan masih belum tidur.

Malvin segera lari ke kamar Resta. Ia membuka pintu secara kasar. Lalu mencari Resta yang ternyata tidak ada diranjangnya. Kemudian ia berjalan menuju balkon, dan pintu menuju balkon itu terbuka, Malvin yakin sekali Resta ada disana.

Resta duduk sambil menutupi wajahnya. Malvin melihat darah berceceran disana.

"Resta, apa yang kamu lakukan? Ayo bangun." tanya Malvin begitu syok.

Begitu Resta bangun, ia langsung memeluk Malvin. Tangisannya terdengar begitu keras, ia benar-benar takut.

"Res, apa yang terjadi? Kenapa bisa kamu jam segini belum tidur?" tanyanya lagi.

"Kakak tau? Baru aja tadi aku mau tidur, ada suara dari arah balkon. Benda itu kayaknya sengaja dilempar kesini, aku yakin." jawab Resta.

Malvin melihat benda keras berupa batu itu. Disana ada sebuah kertas yang membalut batu itu. Meski sedikit berlumuran darah, Malvin harus tahu apa isi kertas itu. Tanpa rasa jijik Malvin memungutnya. Ia harus tahu motif dibalik teror ini semua.

Malvin telah membuka kertas itu. Membaca beberapa kata yang membuatnya tertegun tidak percaya. Lo akan mati, cepat maupun lambat, Faresta. Begitulah isi kertas yang berada dalam genggamannya.

Kertas itu dibuang Malvin ke sembarang arah. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras. Siapapun yang berani menyentuh adeknya, Resta. Ia berjanji tidak akan melepaskan orang itu. Mau sekalipun pelakunya seorang perempuan Malvin tidak peduli.

"Lo berani nyentuh adek gue, gue pastiin tulang rusuk lo hancur nggak bersisa, anjing!" batin Malvin.

Resta melihat Malvin dengan tatapan sayu. Malvin segera mengajaknya untuk masuk. Karena hari begitu larut. Besok Resta harus sekolah. Begitupun Malvin, ia harus kuliah.

KEANO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang