36. Raider dan Arlega

382 26 0
                                    

Happy Reading!❤

Semangat puasanya bagi yang menjalankan🦋

Mereka telah kembali ke basecamp utama. Tatapan dingin dari Keano seolah masih ingin menghabisi Aldo. Buku-buku tangannya memutih. Rahang tegasnya semakin terlihat jelas.

Sejenak masuk ke dalam masalah ini. Cowok itu menjadi lupa jika ia masih ada masalah lain. Masalah yang baginya cukup menyiksa secara batin. Bagaimana nasib hubungannya sekarang dengan Resta? Ia tidak tahu. Sepertinya sudah diambang perpisahan.

"Lo putus sama Resta?" tanya Jordi pada Keano.

Cowok itu menoleh. Tahu dari mana Jordi tentang hal ini padahal ia saja belum memberi tahu. "Kenapa?" tambah Jordi.

Keano menarik nafasnya cukup dalam lalu bersuara. "Bukan gue yang minta, tapi dia sendiri."

"Lo bisa selesaiin secara baik-baik, Ken. Setidaknya lo ada usaha buat mempertahankan hubungan lo sama Resta."

"Gue tahu. Ini semua cuma salah paham sebenarnya. Dan kesalahan gue juga."

Percakapan keduanya cukup keras hingga mungkin sebagian anggota Raider mendengarnya termasuk yang inti juga.

Brak!

"APA? LO PUTUS SAMA RESTA? HEH GILA AJA ANJIR JANGAN GITU DONG! GUE KESTA GARIS KERAS INI!" teriak Sanu dengan suara yang mungkin terdengar sakit di telinga. Hingga seluruhnya menoleh ke arahnya saat ini.

"Sanu goblok! Nggak usah mukul meja anjir! Telinga gue hampir putus denger lo teriak-teriak. Emang anak anjing!" kesal Gibran pada Sanu. Cowok ini benar-benar kaget sampai air mineral yang ia minum disemburkan ke baju Jordi.

"Kaget sih kaget tapi ya jangan baju gue jadi korban dong bangsat! Lihat nih, basah gara-gara lo." kesal Jordi karena Gibran tanpa sengaja menyemburkan air mineral dari mulutnya ke baju Jordi.

"BWAHAHA, EMANG BEBEK LAUT SIALAN!" Sanu tertawa melihat Jordi marah-marah.

"Wah basah kenapa tuh? Hahaha," Deo membalas ucapan Jordi sambil tertawa.

"Jangan-jangan lo habis...." Gibran menggantung ucapannya sengaja.

"Habis apaan anjir? Ini mah kelakuan lo anjing!" Jordi membela dirinya.

Sanu berdecak sambil menahan tawanya. "Jadi lo habis anu anuan sama Gibran? Istighotsah gak lo? Istighotsah!"

"ISTIGHFAR LAH BANGSAT!" Deo menonyor kepala Sanu secara keras.

Suara tawa menggema di ruangan ini. Anggota yang mempunyai selera humor receh seperti mereka berempat pastinya paham dengan apa yang mereka bicarakan.

"Lo udah nggak doyan sama cewek lagi, Di? Innalillahi bencana ini bencana! Ken, sahabat kita udah belok," ucap Sanu heboh. Cowok ini benar-benar meresahkan. Suka sekali mengerjai teman-temannya itu.

"Otak lo kayaknya perlu gue service!" Jordi meletakkan tangannya tepat di dahi Sanu. Mempraktikkan ruqyah seperti Pak Ahmad, guru agama disekolah mereka.

Plak!

Spontan Jordi menjitak dahi Sanu sampai memerah. "JANGAN SAMPAI MENGUNDANG PUKULAN YA ANJING!"

Sanu membulatkan mata seperti ingin menantang Jordi. Sudah biasa bagi mereka terjadi hal seperti ini.

"Lagian lo ngadi ngadi aja ya asu. Gue masih suka cewek yang bohay, bahenol sama montok. Biar bisa di grape grape gitu. Ya emangnya lo?"

"Lo ngatain gue? Gila sih, parah banget. Maura juga bohay tuh kalo lo udah bosen bolehlah buat gue,"

KEANO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang