37. Peran Antagonis

365 24 0
                                    

Happy Reading!❤

Cowok berwajah rupawan yang sedang terbaring lemah di brankar rumah sakit ini belum juga sadar sejak semalam.

Semua anggota Raider bergantian menjaga dari awal Sanu masuk UGD sampai ia dipindahkan ke ruang rawat inap. Mereka belum diperbolehkan untuk melihat keadaan Sanu. Padahal semuanya rindu dengan candaan konyolnya itu.

Karena pagi ini semua anggota harus sekolah, Keano meminta izin pamit pada orang tua Sanu yang berada disana begitupun dengan yang lain. Senakal-nakalnya mereka, seberapa sukanya bolos dan melanggar aturan, mereka harus tetap sekolah.

Gerbang sekolah terbuka lebar untuk para siswa-siswinya. Sekolah dengan nuansa biru dan putih ini benar-benar terlihat sangat megah. SMA Mentari namanya. Disetiap kelasnya terdapat sejumlah tanaman hias yang cukup menarik. Sama sekali tidak membuat mata bosan.

Keano berjalan beriringan dengan yang lainnya setelah memarkirkan motor. Kemudian saat melewati koridor ia berpapasan dengan Resta. Keano menatapnya dengan penuh harap, semoga mereka bisa kembali lagi seperti kemarin. Tatapan Resta sendiri sepertinya juga berarti begitu.

Jordi menyenggol pelan lengan Keano. Memberikan kode agar cowok ini mengatakan atau bertindak sesuatu. Namun Keano ternyata tak paham akan hal itu.

"Ken," panggil Jordi.

"Apa?" balasnya sambil masih menatap Resta yang telah melewatinya.

"Resta tuh,"

"Iya gue juga tau,"

Jordi menghela nafasnya kasar. "Ya samperin kek, nggak ada usaha-usahanya sama sekali lo."

"Belum saatnya," Lalu Keano pergi meninggalkan Jordi dan yang lainnya.

"Kebiasaan nih anak suka ninggal ninggal," cibir Jordi.

***

"Bolos nggak nih?" tanya Deo sambil menyalakan rokoknya.

Keano mengangguk pertanda ia setuju. Lagipula untuk siswa-siswa seperti mereka mana pernah masuk saat jam pertama yang ada mereka pergi dari sekolah lewat pagar belakang dan akan kembali saat jam istirahat.

"Cabut! Sebelum si tua bangka datang." Keano bangkit diikuti oleh kelima temannya. Geri dan Bara akhir-akhir ini juga sering bolos. Sepertinya keduanya ada masalah berat.

Ditengah perjalanan menuju lapangan belakang sekolah Pak Bambang melihat mereka secara tak sengaja. Guru ini sudah hafal sekali dengan tampang tampang siswa langganan keluar masuk Bk ini terutama Keano dan gengnya.

"MAU KEMANA KALIAN?!!" teriak Pak Bambang segera lari sambil membawa tongkat kayu yang selalu dibawanya saat patroli.

Gibran menoleh, cowok ini sudah siaga satu dan langsung memberitahu teman-temannya.

"Anjir si tua bangka woy! Cepet lari!"

Pak Bambang mengejarnya sampai lapangan belakang sekolah. Dan seperti biasanya Pak Bambang ketinggalan jejak lagi.

"Awas saja mereka!" Pak Bambang langsung meninggalkan lapangan belakang dan akan memberikan hukuman untuk mereka saat kembali nanti.

KEANO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang