~Part 6~

16.1K 1.5K 32
                                    

Happy reading

'''''

Setelah kejadian dimana Bulbul, membanting ponsel Kenzo dengan dramatisasi. Akhirnya Aldan juga yang harus bertanggung jawab menggantikan ponsel anaknya itu dengan membelikannya yang baru.

Seperti apa yang di katakan Bulbul tadi, gadis itu berencana akan main ke rumah Eful. Namun karena kejadian tadi, Kenzo sama sekali tidak mau mengantarkannya ke rumah Eful. Jadilah ia harus sedikit berdrama dengan menangis dan merengek kepada Winda agar ada yang mengantarkannya.

Dengan bujukan serta janji yang di katakan oleh Aldan yang di telpon terlebih dahulu oleh Winda ke kantor, yaitu akan membelikan anaknya itu handphone keluaran terbaru jika Kenzo mau mengantarkan Bulbul terlebih dahulu. Bukan apa-apa pasalnya jika Winda yang harus mengantarkan anaknya itu, ia sedang repot-repotnya.

Akhirnya setelah mendengar apa yang di katakan Aldan. Kenzo dengan gesit dan mata yang berbinar mau mengantarkan Bulbul ke rumah Eful.

"Udah noh, udah sampe," ujar Kenzo sambil menggendikan dagunya ke arah rumah si Eful.

Bulbul menatap Kenzo sekilas dengan susu kotak rasa coklat menggantung di mulutnya. "Kok cepi benel Bang." Bulbul menyahuti, menatap rumah berlantai dua itu.

"Abang gak tau! Sana panggil aja sendiri."  sewot Kenzo. Sebenarnya di lubuk hati yang paling dalam, ia masih teramat kesal pada Adiknya ini atas kejadian tadi dimana ponsel mahalnya sekarang sudah jadi rongsokan. Tapi ya sudah lah ikhlas aja, Bapak nya sultan bre.

"Panggilin dong Bang," pintanya sambil menggoyang-goyangkan susu kotaknya.

"Enggak, kamu aja. Kamu kan yang mau main, Abang pulang yah?"

"Iih Abang! Bulbul malu tau, ental kalo Abang ci Eful yang nyaut giana?" sewot Bulbul bertanya, tak lupa wajahnya merenggut kesal.

Kenzo berdecak. "Ya terus kenapa, kan ini emang rumahnya juga Bul!"

"Bulbul malu!"

"Alah kaya punya muka aja, pake malu segala!" sahut Kenzo menatap malas Bulbul.

Bulbul mengerucutkan bibirnya. "Ini muka Bulbul Abang!" Tangannya terulur memegang pipi gembilnya.

Kenzo merotasi bola matanya. "Terserah lu ah. Abang pulang yah. Entar kalo mainnya udahan, minta anterin pulang sama Emaknya si Eful atau Abangnya!"

Bulbul mengangguk, masih dengan susu coklat yang menggantung di mulutnya. Menatap Kenzo yang sudah melangkah dengan santai untuk pulang.

Kenzo kembali berbalik badan menatap Bulbul yang sudah berjarak satu meteran. "Heh, inget jangan banyak tingkah, jangan buat rumah orang kaya kapal pecah!" ujar Kenzo memperingati, menatap Bulbul tajam.

Bulbul kembali mengerucutkan bibirnya, dan meresponnya dengan anggukan singkat.

Gadis itu melangkah dengan riang masuk kedalam melewati pagar rumah Eful yang dibiarkan terbuka.

Bulbul berhenti sejenak tepat di dekat tong sampah, tangannya terulur membuang bekas susu kotak yang telah habis itu.

Pandangannya melirik-lirik ke teras serta pintu rumah si Eful terlihat yang satu di antara kedua pintu itu sudah terbuka.

"Efuuuuuuul, maiin yuuuuk," panggil gadis itu secara bernada, tak lupa tangannya yang dimainkan ke depan dan belakang. Serta pandanganya yang melirik kesana-kemari.

"EFUUUUUUUL! MAIN YUUUUK!" ujarnya lagi dengan meninggikan suaranya.

Bulbul berdecak karena sudah dua kali ia memanggil tidak ada yang menyahuti.

BULBUL! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang