~Part 8~

14.4K 1.4K 57
                                    

Happy reading

~~~~

Bulbul keluar dari kamar, gadis itu baru bangun dari tidurnya. Segera beranjak turun ke lantai bawah menemui Winda yang kemungkinan berada di dapur.

Wajahnya masih kusut, rambut yang acak-acakan, pakaian yang di kenakannya masih baju tidur berkarakter pororo.

Kaki pendeknya melangkah menghampiri Winda yang dugaanya benar berada di dapur, tengah sibuk berkutat dengan peralatan dapurnya.

"Mama, Bulbul pengen cucu," pintanya pada Winda sambil menarik-narik ujung baju yang di kenakan wanita itu.

Winda melirik sekilas Bulbul, decakan keluar dari mulut wanita itu. "Ck, kebiasaan banget, baru bangun minta susu. Bukannya cuci muka dulu sikat gigi dulu sana Bul," suruh Winda, sambil kembali melakukan kegiatannya.

Bulbul menguap. "Ental aja Mama, Bulbul mau minum cucu dulu!"

Winda hanya mengangguk mengiakan. "Iya, mau susu kotak atau yang harus di seduh dulu?" tanya Winda.

"Bulbul mau cucu yang pake cangkil minumnya,"

Winda kembali mengangguk. "iya."

Bulbul berjalan menuju meja makan, untuk duduk di kursi yang tersedia. Bulbul menaiki kursi itu dengan susah payah terlebih dahulu dan duduk manis sambil menunggu susunya jadi.

Tangannya bergerak meraih selai strowbery yang telah tersedia di atas meja sana dan mencoleknya untuk menyemilinya.

"Pagi!" ucap Aldan, pria itu berjalan dari arah tangga menghampiri meja makan. Pakaian yang melekat pada tubuh pria itu sudah rapi, dengan mengenakan kemeja putih di balut dengan jas hitam.

"Pagi Papa," sahut Bulbul, tersenyum menampilkan deretan giginya yang terlihat terdapat selai yang di cemilinya.

Aldan mengecup kedua pipi anaknya itu dan ikut duduk bersama Bulbu.

"Ngapain si Bul, nyemilin selai kaya gitu," Aldan berujar sambil mengambil selembar roti tawar dan mengolesinya dengan selai kacang.

"Pengen, Papa," sahutnya tersenyum kembali. "Mama mana cucu Bulbul!" lanjut Bulbul pada Winda.

"Iya. Bentar!" sahut winda berjalan ke arah anaknya itu. "Nih!" Winda memberikan apa yang di minta Bulbul. Yang langsung di terima dan diteguk oleh gadis cilik itu. Winda kembali beranjak melangkah ke area dapur.

"Papa mau ke kantol yah?" tanya Bulbul menghentikan sejenak acara meneguk susunya.

Aldan mengangguk, meneguk teh yang sudah di sediakan oleh Winda. "Iya. Kenapa?"

Senyuman merekah pada bibir gadis itu. "Bulbul ikut yah Pa."

Aldan hampir saja tersedak mendengar perkataan anaknya itu. "Mau ngapain Bul?"

Bulbul mengerucutkan bibirnya. "Di lumah bocen, tiap hali endak ada yang bica di ajakin main!"

"Kan ada Mama. Biasanya juga keluar main sama si Eful," sahut Aldan, menyuapakan roti yang telah di olesi selai favoritnya.

Bulbul mengendikan bahu kirinya. "Endak mau, main cama Mama endak celu cemuanya endak di bolein!"

Aldan kembali mengambil selembar roto tawar dan menaruhnya di atas piring. "Si Eful?"

Bulbul kembali mengerucutkan bibirnya kesal. "Ci Epul kan cekalang udah cekulah Papa!"

Aldan menghela napasnya. "Sama Bang Kenzo aja, tungguin dia pulang dari sekolahnya terus nanti mainnya sama Bang kenzo!"

BULBUL! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang