~Part 25~

6.3K 826 76
                                    

Happy reading

VOTE DULU!

~~••~~

Jam baru saja menunjukan pukul 15.45. Namun, tidak biasanya Aldan, pria itu pulang kantor lebih awal dari hari biasanya.

Dan kini pria itu tengah menarik langkahnya memasuki kediamannya, tepat memijakkan kakinya di pintu utama, Aldan membuka jas kantornya yang masih melekat di tubuh tegapnya, tak lupa setelahnya pria itu menggulung lengan kemeja putihnya sampai siku.

"Iihh! Meong emana cih, ayo dong main cini cama Bulbul!" kesal Bulbul bermonolog sendiri, sembari merangkak di teras ruang tamu, mencari anak kucing miliknya, yang kemungkinan berada bersembunyi dibawah sofa.

Mendengar suara Bulbul, Aldan yang berniat langsung ke kamarnya, pria itu urungkan. Dan mencari terlebih dahulu dimana asal suara Bulbul.

"Bul? Kamu lagi ngapain sayang?" tanya Aldan setelah menemukan keberadaan anaknya itu.

Bulbul menolehkan kepalanya terlebih dahulu ke belakang menatap siapa yang bertanya. Lalu  mengubah terlebih dahulu posisinya menjadi duduk sambil menekuk wajahnya dongkol.

Kemudian Bulbul melengakkan kepalanya sedikit menatap Aldan. "Bulbul lagi cali ci meong Papa! Dali tadi Bulbul naliin meongna tapi enta etemu-etemu Papa!" jelas Bulbul kesal, taklupa dengan kebiasaanya, yakni, bibirnya yang mengerucut kesal.

"Sini," pinta Aldan sambil mengulurkan tangannya agar Bulbul menghampirinya. "Nyarinya jangan sambil ngerangkak-rangkak gitu dong!"

"Bulbul kan lagi cali ci meong Papa!"

Aldan mendengus pelan, dan menyimpan terlebih dahulu jasnya pada sandaran sofa disana. Dan mendudukan bokongnya di sofa itu juga.
"Iya, tapi jangan gitu juga, kalo lantainya kotor gimana? Nanti tangan Bulbul bisa gatel-gatel. Mau?" tanya Aldan.

Mendengar itu, Bulbul menggelengkan kepalanya  sampai kedua kuncirnya ikut bergerak. "Endak mau!" jawabnya, "Telus Papa liat meongna Bulbul endak?" lanjutnya bertanya.

Aldan terkekeh, dan mengangakat tubuh anaknya itu, membantu Bulbul untuk duduk di sebelahnya, di sofa yang sama. "Enggak dong Bul, kan Papa baru pulang."

Bulbul memanyunkan bibirnya. "Bulbul cebel deh cama ci meong, dali kemalin-kemalin Bulbul mau main cama meongna tapi dia ilang telus! Hikk!" adunya diiringi tangisan kecil di akhir ucapannya.

"Udah jangan nangis. Coba deh tanya sama Bang Jojo, siapa tau meongnya dikamar Bang Jojo kaya kemarin," saran Aldan, sambil menyeka kedua mata Bulbul.

Bulbul mengusap matanya terlebih dahulu. "Oh iya, Bulbul ke kamal Bang Jojo dulu deh!" ujarnya dan turun dengan susah payah dari sofa itu

Anak itu berlari, naik ke lantai dua. Dimana kamar Kenzo berada.

"Jangan lari Bul! Nanti jatoh!" peringat Aldan setengah berseru, menatap Bulbul yang susah payah menaiki satu persatu anak tangga.

Namun, Bulbul tak mengindahkan apa yang diucapkan Aldan dan memilih mempercepat larinya agar segera sampai di kamar Kenzo.

Bulbul mendorong pintu kamar Kenzo yang tidak tertutup rapat dengan kasar, sampai-sampai menimbulkan bunyi yang cukup nyaring.

"Abang?" panggil Bulbul, sudah berada di dalam kamar Kenzo. Gadis itu memandangi Kenzo yang tengah asik dengan handphonenya.

Merasa tidak ada sahutan, Bulbul menatap dongkol Kenzo dengan tangan berkacak pinggang, dan pipi yang sengaja di kembungkan. "Iihh! Abang!" panggilnya lagi.

BULBUL! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang