~Part 39~

7.5K 930 203
                                    

Happy reading

Vote dulu ya:v

Part ini agak banyak drama:v

~~••~~

Tak lama setelah Kenzo tak sadarkan diri. Satria dan Gibran yang memang pulang melewati jalan tersebut. Dan melihat motor milik Kenzo yang terparkir di bahu jalan. Namun, terlihat tak ada pemiliknya. Tetapi, suara pekikan anak kecil dari arah depan membuat kedua remaja itu mengetahui apa yang terjadi.

Kedua remaja itu segera menghampiri dimana Kenzo berada. Setelah mengetahui apa yang terjadi. Dan Melihat kondisi Kenzo yang benar-benar menghawatirkan. Kini Satria dan yang lain langsung bergegas membawa Kenzo ke rumah sakit terdeka, menggunakan mobil milik Zeline.

Sementara setelah kejadian Kenzo tertabrak tadi. Si penyebab utama kejadian tragis itu. Yakni, Fika, perempuan itu langsung pergi menancap gas mobilnya meninggalkan tempat kejadian itu. Merasa tak peduli dengan apa yang terjadi.

"Bang Jojo endak boleh cakit!" ujar Bulbul. Dengan tangisan yang sama sekali belum mereda. Bulbul berada duduk dikursi depan bersama Zeline. Anak itu terus saja memberontak ingin menghampiri Kenzo yang berbaring di kursi belakang bersama Satria.

Zeline segera mendekap tubuh anak itu. "I-iya, Bang Jojo kuat, Bang Jojo gak bakal kenapa-kenapa," ucap Zeline. Mencoba menenangkan anak itu.

Satria yang berada di belakang tertegun. Tatapan khawatir terpampang jelas di mata cowok itu melihat kondisi Kenzo sekarang. Dengan pahanya sebagai bantal kepala Kenzo. Tak peduli pakaiannya sekarang sudah terkena banyak darah yang terus keluar dari Kepala Kenzo. Satria berdecak kesal. Pasalnya mobil yang mereka kendarai belum juga sampai. "Ck! Bran, masih jauh?"

"Sebentar lagi!" Setalah berucap seperti itu, akhirnya mobil yang Gibran kendarai sampai di rumah sakit terdekat dari tempat kejadian tadi.

Tanpa sepatah kata pun, Gibran segera turun untuk memanggil suster agar segera membawa brankar.

"Sus! Tolong temen saya cepetan!" pinta Gibran. Berlari menghampiri suster itu untuk membantu mendorong brankar yang beberapa suster itu bawa.

Tak lama, Aldan beserta Winda yang sudah dikabari oleh Gibran sebelumnya datang. Langsung menghampiri Kenzo yang sudah tergeletak diatas brankar.

Winda hanya bisa bungkam, seakan tak mampu berkata lagi, melihat kondisi Kenzo seperti ini. Wanita itu hanya bisa mengeluarkan airmata melihat wajah Kenzo yang terlihat pucat, tak seperti biasanya. Dan beberapa bercakan darah di beberapa bagaian wajahnya serta baju seragam yang awalnya putih kini sudah berubah menjadi merah.

"Sayang, kamu gak bakal kenapa-kenapa nak," ujar Winda. Berusaha menahan sesak di dadanya sembari mengelus salah satu luka lebam pada pelipis Kenzo. Wanita itu sambil terus berjalan ikut mendorong brankar itu menuju ruang IGD.

"Zo? Bangun nak. Buka mata kamu, ini Papa!" ujar Aldan. Berharap  anaknya itu membuka matanya. Tentunya sama-sama sambil membantu mendorong brankar itu.

"Mohon maaf, hanya pasien yang boleh masuk. Semuanya tunggu di luar!" perintah salah satu dari ketiga suster itu. Yang telah berada di depan ruangan IGD.

Aldan berdecak kesal. "Tolong lakukan yang terbaik. Selamatkan anak saya!" tegas Aldan. Lalu tatapannya, beralih menatap Kenzo yang terbaring lemah di atas brankar.

Suster itu mengangguk singkat. "Sus, persiapkan semuanya. Saya akan panggil dokter Ridho!"

"Dokter Ridho sedang menangani oprasi Sus! Lebih baik panggil Dokter Radit!" salah satu suster yang hendak mendorong brankar itu masuk memberitahu.

BULBUL! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang