BAB 8

14K 1K 85
                                    


☆⬅️

*

"Makanan ini cukup buruk untuk dinikmati, Bella" Arthur mengelap bibirnya dengan saputangan miliknya. Rasa tidak puas terlihat di wajah Arthur. Dan Bella memperhatikannya saat Arthur meletakan sendok dan garpunya dengan kasar.

Bella hanya bisa menghela napasnya pasrah. Ini bukan kali pertama pria itu terlihat cukup dingin terhadapnya. Hari ini, bahkan hari ini, pria itu bertindak sangat menyebalkan untuk Bella. Seandainya Bella memiliki hak untuk bertanya dan mempertanyakan segala sikap Arthur terhadapnya.

Oh! Tapi semua itu tidak mungkin. Memangnya, siapa Bella? Kenapa Bella harus marah dan kesal.

Sepertinya Bella harus mengguyur kepalanya dengan air dingin agar kekesalannya hari ini cukup mereda.

"Aku akan membuat makanan baru untuk anda,"

"Untuk apa?"

"Anda mengatakan jika makan ini cukup buruk untuk dinikmati. Jadi aku akan membuatkan makanan yang cukup baik untuk anda,"

Arthur melempar sapu tangan miliknya ke meja dengan sedikit kasar, sehingga membuat Bella terkejut. Apa pria itu marah?

"Maafkan aku," kata Bella tulus. "Katakan padaku, apa makanan kesukaan anda. Aku akan mencoba memasaknya untuk anda. Sungguh, aku akan melakukannya dengan baik kali ini..." kali ini Bella mencoba bernegosisasi dengan Arthur. Mungkin caranya tadi cukup kasar untuk pria itu.

"Apa aku menyuruhmu?"

"Tapi—"

"Aku tidak ingin makan apapun, Bella Weston!"

Gertakan Arthur membuat bulu kuduk Bella merinding. Pria itu baru kali ini menyebut namanya dengan lengkap. Tapi tidak cukup indah untuk di dengar. Nada bicaranya seolah-olah sedang marah dengan Bella.

"Ka-kalau begitu katakan padaku. Apa yang anda inginkan?"

"Aku ingin kau minum bersamaku,"

"Minum?"

Arthur terdiam. Sedangkan Bella menatap Arthur tak percaya.

**

Setelah Bella menyiapkan beberapa minuman yang Arthur suruh. Mereka akhirnya minum bersama. Sesekali Bella menuangkan minuman untuk Arthur dengan wajah memerah.

Sepertinya Bella sudah gila. Ya, dia sudah gila. Bella tidak bisa mengendalikan dirinya saat Arthur mengajaknya berbicara. Bella mabuk.

"Tuan , aku sudah tidak bisa minum lebih banyak lagi..."

"Kenapa?" Tanya Arthur datar.

Bella mengerjapkan matanya beberapa kali, berharap kesadarannya akan kembali penuh saat ia melakukannya.

"Aku khawatir, jika aku sampai mabuk, aku tidak akan bisa mendengar anda memanggilku,"

"Kau begitu mengkhawatirkanku?"

"Tentu saja," jawab Bella jujur.

Sesungguhnya Bella sudah mabuk, hanya saja ia tidak menyadarinya.

"Kenapa?"

"Karena anda adalah tuan Arthur. Majikanku..." ujar Bella kemudian tersenyum miris. "Aku—benar-benar seorang pelayan sekarang."

"Kau pikir?"

"Aku pikir...aku hanya akan bekerja sebagai orang yang akan merawat kesehatan anda. Tapi rupanya, aku memiliki banyak sekali pekerjaan." Bella mengangkat kedua tangannya ke atas, menjabarkan betapa sibuknya dirinya. "Aku harus memandikan anda, menyuapi anda—terkadang. Dan aku harus mengurusi anda dari atas kepala sampai kaki anda." Bella lalu menepuk dadanya kasar. "tapi tidak apa-apa. Aku melakukannya dengan sungguh-sungguh. Jika memang harus seperti itu adanya..."

MA BELLE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang